32. Celebration (2)

62.2K 3.4K 9
                                    

William Anderson

Aku melangkahkan kakiku menuju toilet, aku akan mencari Lily. Aku kaget ketika wanita yang keluar dari toilet malah wanita itu.

"Liam..." ia memanggilku, aku masih tidak memperdulikannya. Ia mendekatiku ketika aku berdiri di depan toilet menunggu Lily.

"Ini lihatlah" Helena mengeluarkan 3 lembar foto. Foto tersebut menggambarkan Lily bertemu dengan teddy, ia memegang tangan teddy dan lily tersenyum pada teddy yang menatapnya.

Seketika aliran darah naik ke kepalaku, aku ingin marah, tidak aku sangat marah. Untuk apa ia masih bertemu dengan teddy bear itu?! Mengapa ia bahkan tidak memberitahukan aku bahwa ia bertemu dengan Teddy bear itu?!

"Ia tidak mencintaimu, ia masih mencintai mantan tunangannya, sama seperti aku yang masih mencintaimu Liam." Helena memeluk tubuhku. Seketika aku melepaskan pelukannya dengan kasar.

Aku dengar pintu toilet terbuka dan saat itu tiba-tiba Helena menangkup wajahku dan mendaratkan ciuman di bibirku. Aku diam masih kaget, ketika aku melepaskan ciumannya aku melihat Lily memandang pada kami dan berjalan cepat melewati kami.

"Kau! Damn!" Aku melepaskan kasar tubuh Helena, aku tidak perduli lagi, aku mengejar Lily di depanku.

"Lily, kau salah paham" kataku menggengam lengannya.

"Lepaskan" ia menatapku, aku lihat lapisan kaca mulai menghiasi matanya, ia menangis. Tidak.. Jangan menangis Lily. Liam apa yang sudah kau lakukan!!! 

"Lily ku mohon.."

"Lepaskan, kau menyakitiku, kau ingin tanganku di perban lagi? Karena kau menarik tanganku?Lepaskan" Aku melepaskan genggamannya.

"Ku mohon Lily, biarkan aku menjelaskan dahulu." Kataku lalu Lily menghadapku menunggu apa yang akan aku katakan.

"Lily... ia memaksaku kembali padanya, aku menolaknya, dan ketika pintu terbuka ia menciumku dan ternyata kau yang keluar dari pintu itu, percayalah Lily, aku tidak melakukannya secara sengaja, kau hanya salah paham Lily." Kataku

Lily tersenyum pahit "Aku.. aku tidak berhak marah padamu, kau bebas melakukan apa yang kau mau, termasuk mencium wanita itu bahkan membawanya ke penthouse-mu, karena aku bukan siapa-siapamu, mungkin aku hanya obsesimu yang belum kau dapatkan, tenanglah aku menyetujui pertunangan ini karena ayahku." 

 "Hanya untuk ayahmu?" kataku pelan menatapnya. 

Aku bahkan tidak menganggap nya obsesiku, aku bahkan menganggap nya kekasih dan calon istriku, bagaimana ia berkata bahwa ia bukan siapa-siapaku, dan ia menerima pertunangan ini hanya karna ayahnya? Dengan semua yang aku lakukan di Malibu bahkan ia tidak menyukaiku seperti aku yang sudah hampir gila menyukainya. Jadi ini semua hanya untuk ayahnya? bukan karena ia juga menyukaiku? 

Aku mengeluarkan beberapa foto di saku jasku dan menunjukkannya di hadapan wajahnya, ku letakkan foto itu di genggamannya.

"Berapa kali harus ku katakan bahwa aku tidak suka kamu bertemu dengan laki-laki lain? Kamu bilang aku bebas melakukan apapun pada wanita itu, agar kau juga bebas bertemu dengan mantan tunanganmu dan berpengangan tanggan sambil tersenyum bahagia seperti ini?!" Aku marah, aku tidak suka melihat Lily tersenyum pada laki-laki lain terutama dia mantan tunangannya. 

"Kau hanya bisa diam?!" Tanyaku menatapnya dingin. Ku mohon jawablah Lily, berikan aku penjelasan. Katakan kau tidak menyukai teddy bear itu..

"Aku memang menemuinya, entah siapa yang memberikanmu foto tersebut, ku pikir kau yang mengajakku bertemu namun ternyata itu dia, dia hanya meminta maaf dan pamit karena ia akan pergi dengan calon ibu dari bayinya, mereka akan pergi dari New York dan aku bilang padanya bahwa aku sudah memaafkannya agar ia mampu melanjutkan kehidupan barunya bersama keluarganya. dan kamu Pak Anderson kamu bukan siapa-siapaku, mengapa kamu marah? Mengapa kamu cemburu? Bukankah kamu hanya menganggapku obsesimu? Bahkan ketika aku memperingati diriku sendiri untuk tidak jatuh cinta pada pria sepertimu, hatiku mengkhianatinya dan malah sudah mencintaimu!"

Aku tertegun mendengar bahwa Lily mencintaku, Lily sudah mencintaiku? Aku kembali mengulang kata-kata yang di ucapkannya dalam benakku, namun saat au tersadar, aku seudah melihatnya menjauh, ia sudah setengah berlari meninggalkanku dan ketika aku mengejarnya ia sudah menghilang.

Aku meremas rambutku kesal. Tidak seharusnya aku marah, ia hanya berpengangan tangan di foto itu dan ia malah melihatku mencium Helena. Oh Lily! Aku meneleponnya namun telepon Lily tidak aktif. Aku masih mencari ke parkiran, mungkin ia masih berada disana, hingga beberapa saat, ada pesan masuk di handphoneku. Romeo mengirimkan pesan padaku.

-Lily bersamaku, aku mengantarnya pulang ke apartemen, temui aku setelah acara, jangan meneleponku, Lily masih di sampingku, jangan menemuinya dahulu malam ini-

Aku membalas pesannya, bahwa aku menunggunya di kantor malam ini. Aku tidak bisa tenang, aku mundar mandir menunggu kedatangannya. Ketika pintu ruanganku dibuka aku, aku langsung menghampirinya.

"Rome!"

"Kau ini! Apa yang kau lakukan hingga Lily menangis sepanjang perjalanan saat aku mengantarnya." Ia melepaskan jasnya dan duduk di sofa setelah mengambil beberapa bir di kulkas kecilku.

"Ia memergokiku berciuman dengan Helena." Aku ikut bersamanya duduk di sisinya dan mengambil beer tersebut.

"Apa?!! apa yang kau lakukan? apa kau sudah gila??!" Romeo menatapku tajam.

"Helena langsung menciumku dan seketika Lily keluar dari toilet, itu semua salah paham, aku sudah berusaha menjelaskan semuanya, tetapi ia masih menninggalkanku." Kataku kembali meneguk beerku.

"Salah paham yang terlalu kebetulan." Romeo tersenyum meremehkan.

Aku berpikir kembali dengan kata Rome barusan padaku, salah paham yang terlalu kebetulan.

"Aku sudah memperingatimu ketika kau bilang Helena menemuimu. Kau tau apa yang bisa ia perbuat pada Lily, aku sudah memberitahukan padamu, wanita itu tidak akan pernah berhenti hingga ia mendapatkan apa yang ia mau, mengapa kau harus lenggah seperti itu?" Romeo menunjukku.

Aku mengusap wajahku dan menopang daguku. Aku melupakan peringatan itu, yaa... Helena akan berbuat apapun hingga tujuannya tercapai, apa yang harus aku lakukan sekarang. Lily marah. Ia marah padaku. Aku tidak dapat berpikir saat ini.

"Apa yang harus ku lakukan? Lily marah padaku." aku kembali meneguk beer-ku.

"Kau ini! Kau bertanya padaku cara menangani wanita? Kau tidak salah? Ckckckckck, Lily kau sudah meruntuhkan hati Liam yang seperti gunung es!" Romeo mengangkat beer nya tinggi-tinggi mengejekku.

"Lily apa yang sudah kamu lakukan padaku." Gumamku sambil meneguk beerku.

Perfect wedding (COMPLETE)Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora