11. Boyfriend

89.1K 4.8K 14
                                    

Lily Spencer

"Kau sudah pindah apartemen? Baiklah aku akan kesana!" Kata Jessy sambil menyantap makanannya di hadapanku.

"Janji ya Jessy" aku mengacungkan jari kelingkingku untuk kait jari sebagai janji kita.

"Janji Lily!" Jessy tersenyum dan mengaitkan jari kami.

"Lily.. aku mencarimu 2 minggu ini kemana saja kau?" Tiba-tiba aku mendengar suara seseorang yang ku kenal, ketika aku menoleh aku mendapati Teddy sudah berada di sisiku.

Aku hanya terdiam menatapnya. Apa yang ia lakukan disini? Aku masih tidak ingin menemuinya..

"Teddy apa yang kau lakukan disini? Bukankah kau akan menikah 1 bulan lagi dengan Kiara? Jadi tolong jangan ganggu Lily lagi" nada suara Jessy meninggi membelaku.

'Teddy, Teddy akan menikahi Kiara... kenyataan yang menusuk relung hatiku, Lily kau sangat amat menyedihkan' batinku, tanpa aku sadari air mataku menetes. Bodoh... apa tidak cukup semua air mata untuknya..

"Teddy ku harap kau tidak menemuiku, cukup sulit untukku bertemu denganmu" kataku lalu berjalan keluar, aku menghapus kasar air mata yang menetes di pipiku. Mengapa aku masih menangisinya?

'Bodoh berhenti menangis! Berhentii!' kataku memperingati diriku sendiri. Namun air mata itu masih mengkhianatiku dan terus mengalir.

"Lily dengarkan aku, aku berjanji tidak akan menganggumu lagi" Teddy menggengam tanganku membuatku berbalik menatapnya di hadapanku.

"Lepaskan tanganmu dari kekasihku" kata seseorang lalu mendekatiku, Apa yang ia lakukan saat ini?

Liam mendekatiku dan melepaskan genggaman tangan Teddy pada tanganku. Aku hanya dapat terdiam dengan air mataku yang masih mengalir.

"Ohhh perkenalkan namaku Teddy.. maaf mengganggu, aku hanya ingin menyerahkan ini" Teddy menyerahkan sebuah undangan pernikahan. Aku tidak dapat melihat ini semua.

Aku segera membalikkan tubuhku menghapus air mata di pipiku dan aku masih menunduk, aku tidak perduli saat ini bahkan aku sedang berhadapan dengan pria arrogant yang ingin ku hindari. Namun aku tidak punya pilihan lain selain menghindari Teddy saat ini.
Liam melingkarkan tanganya pada pinggangku membuatku semakin terpaku lalu menerima undangan tersebut.

"Ku harap kau akan datang Lily.. aku mencintaimu selalu" Teddy berlalu dan pergi. Aku melihatnya yang pergi menjauh.

Seketika aku melepaskan rangkulan Liam pada pinggangku. Aku menuju mobilkunya tanpa memperdulikan Liam yang terdiam memaku memandang dan membuka undangan pernikahan tersebut. Biarkan saja, undangan tersebut untuknya, aku hanya ingin pulang saat ini.

William Anderson

Aku melihatnya memasuki mobilnya dan hendak pergi, namun aku segera memasuki mobilku dan mengikutinya dari belakang.

Aku melihatnya memasuki apartement, apa yang ia lakukan di apartemen ini? Aku melihat Lily berjalan menuju lobby bahkan ia tidak menyadari bahwa aku mengikutinya sedari tadi. Aku tersenyum dan seketika aku menuju ruagan control apartement.

Mereka yang melihatku segera menundukkan kepalanya memberikan hormatnya padaku.

"Tolong tampilkan cctv di Lift 1 sekarang" kataku pada salah satu petugas keamanan di apartement.

"Baik tuan"

Aku melipat tanganku dan memperhatikan cctv yang menunjukkan Lily berjalan menuju apartemennya lantai 29 nomor 2901.

'Ternyata dia tinggal di apartemenku dan dekat dengan penthouseku' aku tersenyum dan berlalu dari ruangan itu.

Lily... bahkan kau tinggal dekat denganku.. Ya.. apartement ini adalah salah satu dari property milikku. Saat ini aku tidak dapat berhenti tersnyum ketika mengetahui hal ini.

Lily Spencer

Aku memasuki apartemenku, sesaat setelah menutup pintu, aku terduduk di balik pintu, aku tidak mampu lagi menahan tangisku. Hatiku hancur sehancurnya...ada rasa sakit yang tidak mampu ku jelaskan, mungkin air mata ini dapat membantuku menghapus semua rasa sakit ini. Aku biarkan diriku tenggelam dalam kesedihanku, ya untuk saat ini saja karena aku berjanji pada diriku sendiri, aku akan segera menyudahi semua kesedihan ini dan memulai kembali hidupku, menata semuanya kembali menjadi lebih baik..

Setelah berendam cukup lama di air dingin, aku menyanggul rambutku, dan mengenakan sweater dan celana pendek lalu duduk di sofa sambil memandangi pemandangan kota New york yang bergemerlap. Aku menoleh ketika bel pintu apartemenku berbunyi. Mungkin itu Jessy yang akan datang malam ini.

Aku berjalan lesu membuka pintuku.

"Hai.." senyum Liam.
Aku menatapnya kaget dan segera menutup pintuku, aku menyesal mengapa tidak mengintip siapa yang datang terlebih dahulu pada celah pintu. Apa yang ia lakukan disini? mau apa lagi lelaki ini? Tidakkah cukup menggangu hidupku?

Namun Liam gerakannya lebih cepat darinya, ia menahan pintu tersebut dengan kakinya.

"Untuk apa kau kemari, kau membututiku?!" Kataku kesal dan aku masih berusaha sekuat tenagaku untuk mendorong pintu tersebut agar tertutup.

"Menyerahlah sebelum ku dorong pintunya" kata Liam.

"Tidak akan! Aku tidak akan membiarkan orang asing masuk apartemenku!" kataku masih berusaha mendorong pintu tersebut.

"Aku ini bos mu bukan orang asing"

"Tidak.. aku tidak akan membiarkanmu masuk!" Aku masih berusaha mendorong pintu tersebut berharap Liam kesakitan dan menarik kakinya sehingga aku dapat menutup segera pintu ini rapat.

Aku mendengarnya berdecak lalu dengan satu hentakan kuat, tubuhku terpental ketika ia mendorong pintu itu terbuka.

"Awww" kataku terjatuh duduk di hadapannya, aku dapat melihat ia tersenyum penuh kemenangan.

Bodoh, tidak seharusnya aku melawan lelaki bertubuh tinggi seperti dia, sudah dipastikan aku akan kalah, tapi aku tidak ingin berhadapan dengannya saat ini. Aku menghela nafasku kesal.

Perfect wedding (COMPLETE)Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon