• 33•

43.7K 5K 1.2K
                                    

"El, lo ulang tahun tanggal berapa?"

Vano mencelupkan biskuit aroma kelapa ke dalam teh hangatnya sebentar, setelah itu baru ia masukkan ke mulut.

"Satu Mei," El mengikuti perbuatan Vano tadi. Dia mengakui, biskuit memang lebih enak dimakan dengan teh.

"Lho? Udah lewat dong?"

El mengangguk tak peduli.

"Kok gue ngga dikasi tau?" tanya Vano keberatan.

"Ngga penting. Lagian, kayaknya satu Mei gue belum bangun deh, pas di rumah sakit."

Dahi Vano mengerut tak setuju, "Penting lah! Yang keberapa? Enam belas? Tujuh belas?" tanyanya sambil merangkul pundak El.

"Tujuh belas."

"Tuh kan! Yang ketujuh belas lagi!"

El mengerling tak senang, karena menurutnya ulang tahun itu memang tidak penting sama sekali. Paling, yang penting itu tanggalnya saja karena lembar jawaban untuk ulangan zaman sekarang, memiliki kolom tanggal lahir yang harus diisi.

"Jadi, lo mau hadiah apa?" tanya Vano.

"Ngga perlu. Kan udah lewat."

"Apapun yang lo mau bakalan gue turutin, lho. Yakin ngga mau?"

Yah, walaupun sebenarnya, Vano tetap akan menuruti keinginan El biarpun pemuda cokelat itu tidak sedang berulang tahun.

El terdiam. Tampak berpikir. Mungkin dia sadar, kalau dia tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan ini. Tangannya mengambil biskuit lagi, dan memasukkannya ke mulut. Ambil lagi, masukkan lagi. Ambil lagi, masukkan lagi. Ambil lagi, masukkan lagi. Ambil lagi--

"Kunyah dulu yang bener, terus telan. Baru diambil lagi biskuitnya," gerutu Vano sambil menahan tangan El.

El menurut. Mengunyah beberapa biskuit yang ada di dalam mulutnya itu dengan susah payah. Vano membersihkan remah-remah yang menempel di sekitar mulut El. Ia tertawa pelan saat melihat pipi putih itu bergerak karena kunyahan dan harus menampung muatan yang banyak. Lalu, mengambil teh milik El dan meminumkannya ke si pemilik saat biskuit yang berada di dalam mulut sudah ditelan.

Berasa udah punya anak ya, batin Vano sambil mengusap rambut cokelat El. Setelah itu, meletakkan cangkir teh tadi ke atas meja lagi.

"Mau nginep di rumah Orly, boleh?"

Vano mengerjap, lalu tertawa, "El, cari permintaan yang lain dong. Kalo mau nginep di rumah Orly mah, pasti bakalan gue ijinin."

"Ngga. Itu aja."

"Yakin?"

"Mh-hm."

"Mau nginep kapan?" tanya Vano.

El berpikir sejenak. Melihat kalender. Hari ini tanggal dua puluh empat November.

"Hm? Tanggal dua lima-dua enam aja gimana? Besok sama senin," ujar El.

"Ngga boleh."

"Loh?"

"Kalo tanggal segitu ngga boleh."

"Kenapa?"

"Tanggal satu aja gimana?" usul Vano.

"Yah, terserah sih."

Vano mengangguk, "Oke. Ntar gue kasi tau Orly."

Vano mengambil biskuit lagi dan menyodorkannya pada El. Tanpa mengatakan apapun, ia langsung menggigit biskuit tersebut, membuat Vano tersenyum senang padanya.

Happiness [SELESAI] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang