• 36 •

43.6K 4.6K 678
                                    

El menatap pantulan dirinya dari cermin yang berada di pintu lemari. Tangan kirinya menaikkan kaos yang ia gunakan ke atas untuk melihat perutnya.

Vano masuk ke dalam kamar dengan tangan yang memegang jajanan sostel.

"El, sostel nih," ujar Vano.

El menatapnya, "Gue gendut."

"Terus?"

Kaos itu El turunkan lagi. Tangan kirinya mengambil satu tusuk sosis yang digulung telur itu dari kantong yang Vano pegang. Lalu, menggigitnya, "Ngga bisa dibiarin."

Dahi Vano mengerut, "Lo ngga gendut kok," gumamnya sambil memindai tubuh El.

"Tapi, perut gue mulai buncit."

Kedua mata Vano mengerling jengah, "Baru juga buncit dikit. Nih, pegang dulu. Gue mau ambil kentang goreng."

Wajah El menekuk. Kantong itu ia ambil dan ia letakkan di atas meja yang berada di sana, lalu menghabiskan satu tusuk yang tadi ia ambil. Sementara Vano, kembali keluar dari kamar.

Tubuhnya ia dudukkan di pinggiran ranjang. Dia harus diet kah? Tapi, kayaknya Vano ngga bakal ngebolehin. Kalaupun dia diet diam-diam, pasti tetap akan ketahuan karena porsi makannya sedikit. Olahraga?

"Iya juga ya. Lari sekitaran sini. Lagian gue juga ngga pernah keluar kecuali ke rumah si Suchart. Sekalian ngeliat-liat sama ninggiin badan juga. Badan tinggi, perut kempes," gumamnya.

Tusuk yang sudah bersih dari sosis dan telur, ia letakkan di samping kantong, lalu mengambil satu tusuk lagi dari dalam kantong tersebut.

Tak lama kemudian, Vano kembali masuk. Di tangannya, sepiring kentang goreng, terlihat enak sekali.

Piring itu, ia letakkan di atas meja. Kantong sostel, ia ambil.

"Van.." El memanggil pelan.

"Paan?"

"Kalo besok gue nginep di rumah Orly, boleh?"

Vano melirik El sekilas, lalu mengangguk, "Boleh."

El segera mengulum senyumnya yang hampir terkembang, "Anterin gue yak."

"Oke. Itu kentangnya lo aja yang habisin."

"Kok gue?"

"Gue kenyang."

El diam sejenak. Oke, mungkin tidak apa-apa. Lagipula, dietnya juga belum dimulai.

Vano mengulurkan setusuk sostel lagi, "Nih, makan yang banyak."

Nah, ini dia salah satu penyebab perut buncitnya! Vano selalu memberinya makan tiap kali ada kesempatan! Dan kerjaan El di rumah hanya seputar tidur, mandi, nonton tv, main sama Poppy, makan, minum, makan, makan, makan, makan, dan makan!

Tidak bisa dibiarkan! Hmp!

Dahinya disentil. Vano tertawa pelan, melihat El merengut sambil mengusap dahinya.

"Lo lagi mikir apaan sih?" tanya Vano sambil mengacak pelan rambut kecokelatan itu dengan gemas, "Dahi lo tuh, berkerut mulu dari tadi."

El mencebik, "Rese lo, ah."

"Ututututu~" kedua pipinya ditangkup Vano, dan diunyel-unyel.

"Vano, ah!" gerutu El sambil menjauhkan wajahnya dari tangan-tangan menyebalkan itu.

Alvano tertawa, "Dah, cepet makan!"

Sambil menggerutu, El memasukkan jajanan-jajanan itu ke dalam mulutnya.

*****

Sepulang sekolah, Vano langsung mengantar El yang sudah siap ke rumah Orly. Motor yang mereka gunakan, berhenti tepat di depan bangunan bergaya modern milik 'Ayah' El tersebut. Pemuda cokelat itu pun segera turun. Vano membantu melepas helm yang ia gunakan.

Happiness [SELESAI] ✔Where stories live. Discover now