Bonus +++

50.3K 3.9K 1.1K
                                    

Saya ngga suka dimintain season 2, book 2, or whatever it is.

Terima kasih.
__________________________________

El mendusel wajahnya di dada bidang Vano. Hari ini hari Kamis, dan si besar ini libur. Setelah melewati tiga hari penuh kesibukan PKKMB, akhirnya hari-hari melelahkan itu berakhir.

Vano baru akan mulai masuk kuliah hari Senin nanti. Ah, El rindu sekali pada kekasihnya ini. Tiga hari berturut-turut kemarin, Alvano pergi pagi pagi sekali, dan baru pulang jam lima sore. Lalu, di apartemen, pemuda itu sibuk mengerjakan tugas PKKMB lainnya, dan langsung tidur habis itu.

El tidak bisa bermanja. Dia hanya bisa memeluk Vano ketika pemuda itu akan pergi, dan ketika pulang. Setelah itu, keberadaannya diabaikan. Menyebalkan sekali. Bahkan, dia tidak bisa tidur karena Vano tidak memeluknya!

Jadi, satu satunya cara agar El bisa tidur, adalah dengan memakai baju besar Vano, dan membayangkan bahwa pemuda itu tengah memeluknya. Hm. Mengenaskan sekali :')

El hanya tidak tega untuk membangunkan Vano yang terlihat kelelahan, hanya untuk membantunya tidur.

Pelukan ditubuhnya, mengerat. El mendongak menatap Alvano yang masih terpejam. Padahal, di luar sana matahari sudah tinggi. Si kecil itu kembali membenamkan wajahnya di dada Vano. Menghirup bau kekasihnya itu, yang selalu berhasil membuatnya tenang.

'Kryuuukk~'

El lapar ngomong-ngomong. Kepalanya menegak. Lalu, mendorong tubuh Alvano hingga membuat kekasihnya itu terlentang. Namun, dengan cepat, sepasang lengan milik si besar itu menariknya dan membuat El berada di atas tubuhnya.

"Aku laper," gumam El pelan.

"Mhh.. nanti dulu."

El menumpukan dagunya di atas dada bidang Alvano, "Udah siang, oi."

"Bodo."

"Tidur aja lagi. Aku mau buat sarapan," ujar El lagi sambil mencoba melepas pelukan Vano.

Kekasihnya itu berdecak, "Diem dulu kenapa si El. Nanti dulu sarapannya," gerutu Alvano. Sebelah kakinya melingkar di tubuh El untuk mencegah si kecil itu beranjak.

El memejamkan kedua matanya. Lapar lapar begini, emosi gampang naik. Dia harus sabar. Vano masih lelah karena tiga hari kemarin. Sabaar.

Jadi, dia kembali meletakkan kepalanya di dada sebelah kiri Alvano. Mendengar detak jantung si besar itu yang meraih indra pendengarannya. Sementara jemari tangan kiri, sibuk menyentuh sana sini pundak dan belikat sang kekasih yang memang terekspos karena dia tidak memakai baju.

"Kamu jadi anak baik kan selama PKKMB kemarin?" tanya El pelan.

"Mh-hm," helaian cokelat milik El diusap lembut.

El kembali mendongak. Kedua mata Vano terbuka menatapnya. Mereka saling tatap sejenak. Tangan Vano yang berada di belakang kepala El, menarik si kecil itu agar bisa melayangkan kecupan-kecupan manis di bibirnya.

"Aku jadi Komting Angkatan," ujar Vano.

El mengerjap. Dahinya mengerut, "Komting?"

Kekasihnya itu mengangguk, "Komandan Tingkat. Kalo di sekolah, kayak ketua kelas gitu," ia kembali menyatukan bibir mereka. Melumatnya pelan, dan menghisap bibir bawah El, "Tapi, kalo aku, untuk satu angkatan."

Pipi El dikecup. Lalu, turun ke lehernya. Jemari tangan kiri El menyusup diantara helaian rambut Alvano.

"Pas SMA jadi ketua OSIS, sekarang kuliah jadi Komting Angkatan. Ngga capek?"

Happiness [SELESAI] ✔Where stories live. Discover now