Bonus ++

59.6K 4.3K 1.9K
                                    

El duduk dengan tenang di depan Vano yang tengah sibuk membuat badge nama untuk acara OSP--maksudnya PKKMB yang akan ia datangi besok. Rambut hitam pemuda tampan itu sudah dipangkas pendek, karena itu adalah salah satu ketentuan agar bisa menjalani proses pengenalan kampus tersebut tanpa mendapatkan masalah.

Tali rafia hitam yang tergulung rapi karena belum disentuh sedari tadi, El ambil. Ujung tali itu ia tahan dengan kaki kanan, setelah itu memanjangkannya untuk mengira-ngira panjang tali yang pas ketika melingkar di leher Vano. Gunting yang sedang menganggur, El ambil dan memotong tali itu.

Vano mengembuskan napas lelah. Kemarin, mereka baru melaksanakan TM -Technical Meeting- untuk PKKMB. Di situ, semua mahasiswa baru dibagi menjadi dua belas kelompok. Masing-masing kelompok memiliki pembimbing. Di hari itu juga, tiap kelompok diberi tugas untuk membuat yel-yel, serta sebuah spanduk abal-abal dari kertas karton yang akan dikumpul di hari pertama PKKMB. Lalu, masing-masing individu, wajib mengumpulkan minimal lima puluh biodata teman-teman mahasiswa baru beserta tanda tangannya dan minimal dua puluh biodata panitia. Sekali lagi, dikumpul di hari pertama PKKMB.

Syukurnya, acara pengenalan kampus ditahun mereka, hanya berlangsung selama tiga hari. Tidak seperti tahun kemarin yang sampai lima hari. Lalu, setiap harinya, mereka wajib membawa makanan dan snack yang sudah ditentukan. Ketika TM itu juga, mereka diberi 'clue', apa-apa saja yang harus mereka bawa nanti.

Tali rafia yang sudah El potong, Alvano ambil. Badge nama miliknya hampir jadi.

El mengambil ponsel Vano yang bergetar sedari tadi. Pesan-pesan dari 'teman-teman baru' pemuda itu memenuhi aplikasi chatting tersebut. Dikarenakan acara TM mereka kemarin baru selesai ketika menjelang malam, mereka tidak sempat untuk meminta biodata masing-masing. Jadi, Vano memutuskan untuk mengirim pesan kepada seratus mahasiswa baru secara acak untuk meminta biodata mereka dan foto tanda tangan untuk ia palsukan.

Dengan telaten, El menghitung berapa orang yang menjawab pesan Vano dengan lengkap --berisi biodata plus foto tanda tangan-- sambil membalasi mereka satu-satu dengan ucapan terima kasih.

"Oke. Selesai!" seru Vano lega. Jarum jam telah menunjuk pukul empat sore lewat beberapa menit ketika ia mengatakan itu. Sejak pagi tadi, ia sibuk keluar apartemen untuk bertemu kelompok PKKMBnya dan mengerjakan 'tugas kelompok' yang diberi, yakni membuat yel-yel serta spanduk abal-abal. Dalam hati, Vano menggerutu. Betapa konyolnya sistem 'pengenalan kampus' ini.

"Baru empat puluh satu orang yang bales lengkap, Van," lapor El, "Kurang sembilan."

"Gapapa. Nanti malem, aku teror mereka."

El menatap kekasihnya itu dengan kasihan. Dia tau sih, tiap awal masuk kuliah, para mahasiswa-mahasiswa baru pasti akan dibuat 'repot' selama beberapa hari --bahkan ada yang hingga satu semester-- oleh senior-senior mereka.

Vano mengecek catatan yang ia buat kemarin. Mencentang apa-apa saja yang sudah ia selesaikan. Lalu, menggerutu karena masih banyak yang harus ia lakukan. Terutama, makanan dan snack. Sial.

"El, tolong bukain grup maba di sana. Cek mereka udah nebak makanan sama snack apa aja yang harus dibawa atau belum," ujar Vano.

El menurut. Membuka grup yang notifikasinya sudah menembus angka seribu itu. Ia membaca dengan cepat. Melewati bagian-bagian yang ia yakini tidak penting.

"Van, mereka ada ngeshare biodata senior nih," ujar El.

"Discreenshot aja. Itung-itung buat nambah, kalo ada panitia yang ngga bales pesan aku."

Vano berdecak saat ingat bahwa ia harus memakai kaos kaki berwarna ungu besok. Dan dia tidak punya kaos kaki berwarna seperti itu.

"Besok makanan yang harus dibawa nasi, telor sambel, sama bayam."

Happiness [SELESAI] ✔Where stories live. Discover now