Ustadz Rasyid?

3.5K 235 1
                                    

Aida mencoba mengikuti pelajarannya dengan baik. Rasyid menggantikan Adam kakaknya mengajar selama seminggu, dia mengajar pelajaran bahasa Arab.

Aida sangat menyukai pelajaran bahasa Arab, dari dulu ia sangat ingin menguasai bahasa Arab. Karna Al qur'an di turunkan dengan bahasa Arab, selain itu bahasa Arab merupakan bahasa orang ahli surga. Maa syaa Allah

Rasyid memberikan 5 soal di papan tulis, dan mempersilahkan kepada para santri untuk menjawabnya. Namun nihil, tak ada yang berani maju ke depan untuk menjawab pertanyaanya.

Akhirnya dia memutuskan untuk menunjuk para santri. Tatapannya mengarah pada gadis cantik yeng tengah menunduk menatap catatanya. Rasyid tertarik untuk menunjuknya.

"Aida Anzani Hifza, kerjakan nomor pertama " ucap Rasyid tegas

Yang di panggil malah kaget dan terperanjat. Aida melangkah maju, ia mulai menulis jawabannya.

'Oh.. Allah... Bantulah aku'
'Kenapa dia menunjukku? Yang lain kan ada'

Itu hanya suara hati Aida yang tak bisa di dengar Rasyid.
Setelah Aida selesai, Aida kembali duduk. Ada sebuah lengkungan manis terbit di bibir Rasyid

                *           *          *
Siang harinya, Aida tengah mengambil beberapa buku yang di berikan ustadzah Hanin. Ia akan mengajar anak - anak sekarang, ada rasa senang di hatinya.

Setelah sampai di kelas, Aida mengucapkan salam dan memperkenalkan dirinya, juga alasan mengapa ustadzah Hanin tidak bisa mengajar.

Anak - anak tampak senang di ajari oleh Aida, selain Aida mudah bergaul dengan anak kecil, dia juga sangat ramah.

Tak sengaja Aida menangkap sosok Rasyid yang tengah memperhatikannya dari jendela. Dia tersenyum pada Aida, Aida pun membalas senyumannya.

'Kenapa dia selalu muncul? '
Gumamnya dalam hati

Aida mempersilahkan anak didiknya untuk beristirahat, semua anak didiknya bersorak senang sambil berlari keluar.

Aida sedang membereskan bukunya, setelah itu dia berlalu ke luar.

"Assalamu'alaikum, Aida"

Aida membalikan badanya untuk melihat siapa yang menyapanya.

"Wa'alaikumussalam " jawabnya setenang mungkin, karna yang ada di hadapannya ini adalah seseorang yang sering kali membuat jantungnya tak normal.

"Kamu juga mengajar? " tanya Rasyid

"I-iya ustadz, saya hanya menggantikan ustadzah Hanin seminggu"

"Ohh.. Jangan panggil saya ustadz, saya belum layak "

"Terus Aida harus panggil apa? "

"Usia saya tiga tahun lebih tua dari kamu, jadi kamu tahu harus manggil saya apa "

'Menyebalkan! ' keluhnya dalam hati.

"Saya tahu kok saya menyebalkan... " ucap Rasyid

'Kok dia bisa baca pikiran ya? ' tanya Aida dalam hati

"Saya nggak bisa baca pikiran, saya bukan peramal, tapi saya hanya jujur"

"Ya udah us—eh kak Aida pergi dulu. Assalamu'alaikum " ucap Aida dan langsung berbalik, ketika dia hendak melangkah, Rasyid menghentikanya

"Kakak? Saya bukan kakak kamu lho.." Ucapnya dengan wajah tanpa dosanya itu.

"Ya terus Aida harus manggil apa?" tanya Aida setelah membalikan badanya kembali, Aida berusaha sabar dengan sikap Rasyid.

"Hahaha... Muka kamu lucu ya kalau lagi kesel"

Aida langsung membalikan badanya seraya berkata.
"Assalamu'alaikum "

"Wa'alaikumussalam "jawab Rasyid dengan terkekeh, menurutnya wajah Aida sangat lucu. Sampai ia gemas sendiri melihatnya

'Jika kita mahram, ingin sekali ku mencubit pipimu ' gumam Rasyid dalam hati sambil melihat Aida yang menjauh dari pandanganya

Kemudian dia menyadari kesalahanya, cepat- cepat dia beristighfar.

----------------------------------------------------
Assalamu'alaikum, dikit dulu ya!

Ketika Taqdir Yang MemilihМесто, где живут истории. Откройте их для себя