Kak Rasyid?

2.6K 175 1
                                    

Apakah dia berhasil membuatmu buta dengan semuanya?
~Aida Anzani Hifza~

Beberapa hari setelah PLKJ...
Aida kembali ke pondok, dia sangat senang. Pasalnya, mengajar anak - anak adalah hobinya , Aida banyak membuat kenangan disana bersama mereka.

Ia duduk di pinggiran ranjang sambil membuka buku catatanya. Ia tersenyum melihat foto tingkahnya dengan anak - anak.

"Aida.. Kenapa nih senyum - senyum gitu? " Tanya Hafshah, kemudian duduk di sampingnya.

"Coba liat, mereka lucu banget kan? "

"Iya.. "

"Apanya yang lucu?! " Suara dengan nada tinggi membuat Aida tertegun, ia mendongak, Syifa.

"Mereka syif, kamu kenapa sih? " Jawab Aida

"Oh.. Kirain tentang hubunganmu dengan Ali " Ucapnya, lalu ia tertawa yang membuat Aida dan Hafshah bingung

"Istighfar Syif, kamu kenapa? Aku udah nggak deket lagi sama Ali"

"Nggak deket? Oh.. Tapi kalian akan jauh lebih dekat nantinya "

"Kamu ngomong apa sih? "

"Aida makasih buat semuanya. Makasih karna kamu yang udah buat hatiku terluka untuk yang yang ke dua kalinya! " Syifa menangis, tubuhnya terkujur lemas.

"Syifa... Ma'afin aku. Aku benar - benar nggak tahu apa - apa" Aida menghampirinya merengkuh tubuhnya, ia tak tahu harus berbuat apa.

"Cukup kan hanya sekali?! Aku sakit da! Apa kamu tak merasakanya? "

"Syifa.. Aku nggak tahu, apa sebenarnya yang terjadi. Dan maksud kamu yang mengulang kedua kalinya apa? "

"Ali akan melamarmu setelah lulus, puas kan?! " Syifa bangkit dan keluar begitu saja

Deg, melamar? Bohongkan? Itu nggak mungkin.

Entah sejak kapan air matanya lolos, persahabatanya hancur karna seorang lelaki.

Hafshah menenangkanya, karna ia tahu pasti Aida sangat tertekan dengan hal ini.

* * *
Melamar? Ali? Syifa?

Kata - kata itu terus mengiang di kepalanya. Sampai tak sadar bahwa Rasyid memperhatikanya.

"Assalamu'alaikum, Aida"

Diam

"Aida? "

"Eh, iya ustadz"

"Kamu kenapa nangis? "

"Nangis? " Ia meraba pipinya , basah. Bahkan ia pun tak sadar dengan dirinya.

"Kamu kenapa? "

Aida tersenyum dan menggeleng.

"Jangan tutupi lukamu dengan senyum itu, saya benci"

Aida menghela nafasnya, orang lain nggak boleh tahu.

"Nggak kok ustadz "

"Sudah saya bilang, jangan panggil saya ustadz"

"Lalu? "

" 3 tahun lebih tua darimu"

Sisa mendengus kesal,ustadznya ini selalu membuatnya kesal.

"Aida nggak tahu harus manggil apa"

"Aida...Aida..polos banget" Ucapan itu hanya terucap di dalam hati Rasyid .Rasyid tersenyum memperlihatkan deretan giginya.

"Kenapa sih ustadz?" Tanya Aida bingung,wajah bingung Aida membuat rasa Rasyid lolos detik itu juga.

"Ustadz...Kenapa?"

"Jangan panggil saya ustadz "

"Kalau Aida panggil kakak,nanti ustadz bilang 'saya bukan ka-"

"Saya tidak akan mengulang kalimat itu"

Aida membeku,'kak Rasyid?Apa itu yang ia mau?'

"Hm..us-eh,kak.Aida ke asrama dulu ya! Aida baru inget sekarang lagi di tunggu Hafshah"

Rasyid mengangguk sembari menerbitkan senyuman manisnya.

"Assalamualaikum"

"Wa'alaikumussalam"

Aida berjalan cepat,jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. "Astaghfirullah..zina..Aida " Rutuknya saat bayang Rasyid nampak dalam otaknya.

* * *
"Aida...kamu dari mana aja?"
Haruskah menghampiri Aida yang baru saja masuk ke pintu kamar.

"Dari masjid ,Shah"

Pandangan Aida berubah sendu kala melihat Syifa asyik berbincang dengan Zahra tanpa memperdulikan kehadirannya.

'Ya Allah..Bagaimana ini?'

Tak terasa air matanya menetes ,Hafshah segera memeluk Aida .

"لا يكلف الله نفسا الا وسعها " bisik Hafshah di telinga Aida

Aida mengangguk, dua sangat beruntung ada Hafshah disisinya. Gadis keturunan Arab itu selalu berhasil membuat hatinya dekat dengan sang pencipta.

Hafshah membawa Aida duduk disisi ranjang, dia mengelus pundak Aida.

"Jazakillah khairan", Hafshah hanya tersenyum.

Tatapan Hafshah beralih menatap sehelai kain di atas lemari Aida. Hafshah beranjak mengambil kain itu. 'Rasyid? ' nama yang tertulis dengan bordiran di sisi kain.

"Aida, ini punya ustadz Rasyid?"

Aida menatap sapu tangan itu, kemudian menganggguk.

"Kok ada di kamu? "

"Dia minjemin itu beberapa hari lalu", Hafshah hanya ber'oh' ria.

# # #
Sore harinya, Aida dan yang lainnya tengah belajar ilmu mantiq. Semuanya tengah serius mendengarkan penjelasan ustadz.
Setelah selesai, Aida dan Hafshah berniat pergi ke taman belakang sekolah, dia ingin menenangkan pikiranya sejenak.

"Aida! "

Aida menoleh, ia benar - benar tidak ingin bertemu dengan pria itu hari ini.

"Ada yang menitipkan ini untukmu"

"Siapa? "

Ali menggeleng, Aida segera menerima bingkisan itu dan pergi bersama Hafshah ke belakang sekolah.

Mereka duduk di kursi yang ada disana. Semilir angin sore membuai wajah keduanya.

"Siapa ya Shah? " Tanya Aida sembari menatap bingkisan di tangannya.

"Coba buka deh "

Aida membukanya dengan perlahan, sebuah khimar. Khimar panjang berwarna peach itu membuat Aida bingung. Siapa pengirimnya?

"Maa syaa Allah, bagus Da "

"Iya, Alhamdulillah. Tapi... Aku bingung siapa pengirimnya "

"Eh, itu ada surat " tunjuk Hafshah pada selembar kertas putih yang terlipat, Aida meraihnya, lalu membukanya perlahan.

Assalamu'alaikum
Maafkan aku yang berbohong, ini bukan paket dari seseorang, tapi dari si pengagummu. Aku benar -benar minta maaf, izinkan aku untuk pertama kalinya dan yang terakhir kalinya memberimu sesuatu. Aku harap kamu menyukainya, khimar ini khusus aku berikan pada wanita yang ku pinjam namanya dalam do'aku, dalam 1/3 malamku. Maaf aku telah lancang

Wassalamu'alaikum

Pengagummu dalam diam
Ali Al maliki

.............................................................
Assalamu'alaikum Readers, hari ini update nih. Jangan lupa vote, coment nya ya! .

ال اللقاء 😊

Ketika Taqdir Yang MemilihWhere stories live. Discover now