Salah paham

2.5K 171 8
                                    

Assalamu'alaikum Readers!
Author kembali bersama Aida dan Rasyid nih 😆.

Oke, selamat membaca!

*Do'a dulu ya

                          🥀🥀🥀

1 bulan telah berlalu..

Aida tengah duduk bersama Qilla  di dalam perpustakaan, keduanya sibuk membaca karena ada tugas yang harus cepat mereka kerjakan.

"Da"

"Hm?"

"Kamu pulang sama ustadz tampanmu itu?"

Aida menoleh , Rasyid?

" Tadi Zikri nitip pesan katanya kak Rasyid duluan , ada acara mendadak" Jawab Aida

"Zikri? Siapa?" Kening Qilla berkerut

"Sahabatnya kak Rasyid"

Qilla hanya ber'oh' ria , lalu tatapannya beralih pada benda di pergelangan tangannya .

"Da, pulang yuk!"

Aida menatap jam tangannya , kemudian mengangguk cepat.

                       🥀🥀🥀

Aida melangkahkan kakinya ke kamar , ia terkejut ketika melihat Rasyid terbaring lemah di kasur.
Cepat - cepat Aida menghampiri Rasyid , lalu menemukan tisu dengan darah segar di bawah ranjang.

Sebenarnya kak Rasyid kenapa? Kenapa ia tak pernah bilang kalau dirinya sedang sakit?

Ia memegang kening Rasyid , panas. Aida segera melepaskan tas Selempangnya. Dan berjalan cepat menuju dapur , ia menyiapkan air untuk mengompres Rasyid.

Ia meletakkan kain di atas kening Rasyid, tiba - tiba saja tangan Rasyid memegang tangan dirinya.

"Aida"

Gadis itu menatap wajah Rasyid yang terlihat pucat .

"Kak Rasyid makan dulu ya? "

Rasyid menggeleng , "Saya ingin kamu menemani saya"

"Aida  nggak akan kemana - mana , Kak Rasyid makan dulu ya?"

Rasyid menggeleng , " temani saya sebentar"

Aida mengangguk , lalu membaringkan tubuhnya di samping Rasyid. Pria itu kemudian memeluknya sangat erat , seakan tak ingin kehilangannya. Aida sendiri bingung  dengan perlakuan Rasyid akhir - akhir ini.

Aida menatap wajah pucat suaminya , rasanya ia ingin menangis begitu mengingat perjuangan Rasyid dulu . Dan sekarang air matanya telah mengalir , cepat - cepat Aida mengusapnya agar tak terlihat oleh wajah di depannya.

"Kak.., makan dulu ya?" Bujuk Aida

"Saya tidak lapar "

"Tapi tubuh kak Rasyid butuh makan"

Rasyid hanya bergeming .

"Aida siapin makanan dulu ya "

Baru saja akan berdiri , lagi - lagi tangan Rasyid memegang tangannya.
Gadis itu menoleh , ia mengerti suaminya itu kembali manja.
Aida mengecup singkat pipi sang suami , lalu berlari cepat ke dapur. Entah, keberanian dari mana , Ia saja tak tahu.

                          🥀🥀🥀

Rasyid sudah lebih baik dari pada tadi sore , ia sedang memeriksa email yang masuk di leptopnya. Dan sang istri tengah membereskan buku - buku di rak.

Ketika Taqdir Yang MemilihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang