Ali atau Rasyid?

2.4K 158 3
                                    

Ya Rabb, hatiku bimbang. Aku tak tahu harus bagaimana? Apakah aku boleh egois atas diriku?
~Aida Anzani Hifza~

                         ❤❤❤

Terik matahari menerobos jendela kamar gadis yang tengah menatap indahnya ciptaan Tuhan. Ia membuka jendela, membiarkan wajah manisnya di terpa angin dan sinar mentari.

Ia lafalkan dzikir pagi, tatapanya masih sama, mengamati objek di hadapannya. Aida sudah mendaftarkan dirinya di universitas Al - Azhar di Kairo,tentu saja dengan jalur beasiswa.

Ia memutuskan membantu ummanya yang sedang memasak di dapur.

"Umma, masak apa hari ini? " Tanyanya pada wanita paruh baya yang sedang menggoreng ikan.

"Hari ini kita makan yang berprotein ya? Umma bikin ikan goreng, kamu tolong buatkan tumis kangkung ya"

Aida mengangguk, dengan cekatan ia membuat apa yang ummanya minta. Setelah selesai, ia membantu ummanya menyiapkan hidangan di meja makan.

Tak lama kemudian, abu dan kakaknya menyusul.

"Wahhh.. Tumis kangkung " ucap Aidan antusias

Aida hanya tersenyum, lalu duduk di kursi.

"Siapa nihh yang masaknya? " goda abu

"Dua - duanya bu" jawab umma

"Ekhemm.. Yang mau di lamar udah siap - siap ya"

Aida melotot, kakaknya ini memang menyebalkan.

"Apa sih A?!  Udah sana Lamar tuh kak Icha! " timpalnya, lalu melipatkan kedua tanganya di atas meja dan menenggelamkan wajahnya.

"Sstt.. Aidan jangan goda adikmu" nasihat Umma

Aidan hanya tersenyum, ia memperhatikan wajah adiknya yang datar tanpa senyum.
Entah, Aida tidak ingin membahas masalah lamaran Ali.

                     ❤❤❤

Aida tengah menulis beberapa bait puisi di balkon. Dia sangat serius, sampai - sampai panggilan dari Ummanya tak ia dengar.

"Aida.. Kamu Umma panggil nggak nyahut - nyahut "

"Eh, Aida nggak tahu Umma " Jawabnya cengengesan

Ummanya hanya menggelengkan kepala, "Di luar ada tamu, kamu ganti baju dan dandan yang rapi" lanjut Ummanya

Tamu? Siapa? Tumben harus dandan.

"Siapa Umma? " Tanyanya penasaran

"Nanti kamu juga tahu " Jawab Ummanya, lalu melenggang pergi

Aida diam membeku, siapa?

Aida hanya menuruti perintah Ummanya, ia mengganti bajunya dengan gamis polos berwarna biru langit, juga khimar panjang yang senada. Setelah itu, ia memoles sedikit bedak di wajahnya.

Aida menuruni tangga menuju ruang tamu, semua pandangan tertuju padanya. Sedangkan ia hanya menunduk.

"Jadi ini yang namanya Aida? " Tanya seorang wanita paruh baya yang ada di ruang tamu itu

Aida hanya tersenyum dan menyalami tangannya. Aida menatap seluruh tamunya, tiba - tiba saja hatinya gelisah tak karuan. Jadi yang di katakan Ali sungguh - sungguh?

Ya! Tamunya adalah keluarga Ali. Aida tak sengaja menatap sosok Ali yang tersenyum ke arahnya. Aida hanya tersenyum tipis.

Ia langsung duduk di samping Ummanya, menggenggam tangan Ummanya erat.

"Umma dukung apa pun keputusanmu " bisik Ummanya

Hatinya benar - benar gelisah, perasaan takut menyelimutinya. Entah kenapa? Apa ini petunjuk dari-Nya. Karna selama istikharah, Aida tak pernah bermimpi sosok Ali. Tapi, sebuah Al - Qur'an berwarna coklat dengan resleting hitam.

"Jadi.. Maksud kedatangan kami kesini, yaitu melamar Aida untuk putra kami Ali "

Deg

Keringat dinginnya bercucuran, hatinya benar - benar tak baik.

"Saya hanya bisa menyerahkan semua keputusan pada Aida, gimana Da? " Ucap abunya

"Aida -... "

❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤
Assalamu'alaikum Readers,
Aduhh Aida  gantungin Readers nih 😁 hhehe..

Oke, tunggu part berikutnya ya..

Jangan lupa baca Al Qur'an

الى اللقاء
Wassalamu'alaikum

Ketika Taqdir Yang MemilihWhere stories live. Discover now