Khabar

2.9K 199 4
                                    

Tabayyun lah jika kalian mendengar atau menyaksikan suatu khabar
~Aida Anzani Hifza

Aku harap hanya aku yang mersakan rasa sakit ini
~Aida Anzani Hifza

Aida tengah duduk di atas ranjang, entah kenapa air matanya tak henti - henti mengalir. Ucapan Ali masih terngiang di telinganya

"Mana rasa malu kamu sebagai wanita?! "

Tak lama kemudian, Hafshah dan Syifa datang. Terlihat Aida sedang duduk dengan wajah yang tertunduk.Hafshah menghampirinya, sedangkan Syifa hanya menatapnya lalu pergi begitu saja.

"Apa benar yang di katakan Ali da? " tanya Hafshah

"Enggak Shah, Aku bisa jelasin semuanya"

Aida pun menjelaskanya dari kakaknya yang datang tiba- tiba sampai ia di marahi Ali.

"Aku percaya kamu da! Kamu nggak usah khawatir, Allah bersama kita"

Deg,

Ucapan Hafshah mengingatkanya akan Allah, ya! Dia tidak boleh  sedih karna Allah selalu ada bersamanya.
                  *            *         *
Malam hari setelah isya', Aida dan para santri akhwat sedang mendengarkan tausiyah dari ustadzah Nabila. Aida merasa tak nyaman karna tatapan tajam para santri akhwat kepadanya, mungkin karna khabar itu.ah, entahlah..

Setelah kajian, Aida menghampiri Syifa yang tengah membaca kitab.
"Assalamu'alaikum Syif, kamu lagi apa? "

"Wa'alaikumussalam, kamu lihat kan aku lagi apa? "Jawabnya ketus

Aida menghembuskan nafasnya kasar, apa Syifa juga percaya khabar itu?

"Kamu kenapa Syif? Dari pagi sampai  sekarang. Aku rasa kamu acuh sama aku"

"Perasaan kamu aja kali, aku sih biasa aja" jawabnya santai tanpa memalingkan wajahnya dari kitab yang di pegang

"Ya udah, aku duluan. Assalamu'alaikum "

"Wa'alaikumussalam "

"Aku gini karna kamu udah buat aku cemburu da! Tapi sekarang aku seneng karna kamu udah berhasil buat Ali benci sama kamu! "

          *             *           *
Aida dan para santri sedang mendengarkan penjelasan dari ustadz Ridwan, tiba - tiba seseorang mengetuk pintu kelas di susul salam di akhirnya.

"Wa'alaikumussalam, silahkan masuk! " jawab ustadz Ridwan

"Ustadz, boleh izin dengan Aida? "

Aida langsung menengok ke arah suara, ia terkejut kakaknya ada disini. Teman temanya sudah menatapnya tajam, apalagi Ali.

"Dengan siapanya Aida? "

"Saya Aidan, kakaknya Aida"

"Silahkan Aida"

Aida langsung menemui kakaknya tanpa melihat tatapan teman - temannya.

Banyak dari teman - temannya terkejut dengan jawaban dari pria yang mengaku kakak dari Aida, apalagi Ali, dia merasa sangat bersalah pada Aida.

Ia menuduhnya di depan umum, memarahinya tanpa memberinya waktu untuk menjelaskan.

"Bodoh li! Bodoh! "
"Kamu telah menyakiti perasaan seorang wanita! Bodoh li! "

               *                *       *
Saat istirahat, Aida mendapat banyak permintaan maaf dari para santri akhwat yang menatapnya tajam.

Aida melangkahkan kakinya menuju perpustakaan bersama Hafshah.

"Kakakmu ganteng ya! Jadi itu yang di maksud Ali "

"Iya Shah"

Aida membuka pintu perpustakaan dan masuk kedalam di buntuti Hafshah di belakang.

"Ma'af da... "

Aida membalikan tubuhnya ke samping, seorang ikhwan yang tengah menunduk sambil berucap maaf padanya.

"Ma'afin aku da.. Aku telah su'udzan padamu"

Entah kenapa air matanya turun begitu saja

"Lupakan li, aku harap tak ada lagi rasa sakit setelah aku. Aku harap hanya aku yang merasakanya jangan menambah lagi pada yang lain"

"Ma'af da, ma'afkan aku"

"Iya, lupakan. Aku duluan Assalamu'alaikum "

Aida pergi meninggalkan Hafshah yang menatapnya bingung, juga Ali yang masih berdiri menatap kepergiannya.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Assalamu'alaikum  Readers
Aku kembali lagi nihh hhehe, Terimakasih bagi yang sudah membaca cerita aku ini... Dan mohon maaf apabila typo bertebaran.  
Assalamu'alaikum

Ketika Taqdir Yang MemilihWo Geschichten leben. Entdecke jetzt