AKHIR [End]

6K 226 16
                                    

Assalamu'alaikum Readers!
Author comeback! Gimana kabar kalian?

Jangan lupa klik ⭐ di pojok kiri yaa 😄 + comentnya juga boleh kok!.

Selamat membaca🎉

                          ___________

Empat tahun kemudian...

Aida menatap jendela yang menampilkan suasana di luarnya. Kini ia sudah menyelesaikan study-nya dan menetap di Indonesia.
Minuman yang sedari tadi ada di hadapannya seakan tak di anggap kehadirannya, karena buktinya ia tak di minum seteguk pun oleh sang empunya.

Ia menghela nafas panjang, menatap minuman yang sedari tadi ia diamkan, teh manis hangat  lebih tepatnya. Teh itu sudah dingin, bukan lagi hangat.

Ia menoleh menatap salah satu kamar di atas, ia harus kesana. Langkah kakinya beradu dengan tangga yang terbuat dari kayu hingga terdengar sedikit suara. Terdengar gelak tawa disana .

Knop pintu ia buka, netranya langsung menangkap sang putri kecil yang tengah bermain bersama Aidan-Kakaknya. Karena hari ini Aidan dan juga istrinya sedang mengunjungi rumahnya, dan sebentar lagi Syifa juga keluarga kecilnya akan kesini, lengkap sudah.

Aida menatap putri kecilnya, gadis kecil itu tampak senang dengan kehadiran Aidan , Unaisya--istrinya , dan Abyan--anak laki-laki mereka.

Rubi Syadza Nashira , nama putri kecil Aida. Gadis kecil itu nampak bersemangat bermain bersama Abyan. Mereka tertawa bersama sambil berlarian, senyum tercetak jelas di wajah Aida yang melihat putrinya senang .

"Kak Abyan! Kata Umma ndak boyeh naik-naik ke citu, anti jatuh!" Rubi, gadis kecil yang beberapa bulan lagi akan menginjak usia empat tahun bersuara kala melihat Abyan yang menaiki sebuah kursi dan berdiri disana.

"Ndak akan! Abyan kan udah gede!" Jawab Abyan yang umurnya hanya beda beberapa bulan dengan Rubi.

"Emang iya?" Tanya Rubi lalu mendekati Abyan.

"Iya!" Sahut Abyan.

"Coba tuyun! "

Abyan turun, dan menghampiri gadis kecil bermata bulat itu.

"Tuh liat! Tinggian Abyan kan? Lubi sih..Ndak pelcaya!" Sorak Abyan saat tahu bahwa dirinya lebih tinggi dari Rubi.

"Ohh.."

"Rubi... Kita turun dulu yuk! Sebentar lagi Tante Syifa, Om Akhtar , sama Naqib mau dateng" Ucap Aida sembari mendekati putrinya.

" Akib , Umma?" Tanya gadis kecil itu memastikan.

Aida mengangguk , " Katanya Rubi rindu main bareng Naqib , ya kan?"

Gadis kecil itu mengangguk cepat. Lalu menggandeng tangan Aida dan berjalan ke bawah disusul Aidan, Unisya , dan Abyan.

"Assalamu'alaikum!..."

Suara salam yang sudah ia tunggu akhirnya datang, siapa lagi jika bukan Syifa. Ia benar-benar merindukan sahabatnya itu .

Dengan cepat Aida membuka pintu dan menjawab salam.

"Aidaa! Aku kangen banget.." pekik Syifa yang langsung berhambur memeluk Aida.

Aida terkekeh, padahal baru tiga bulan yang lalu mereka bertemu. Ah iya, namanya sahabat pasti tiga bulan waktu yang sangat lama.

"Akib!..Main cama Lubi yuk!" Ajak Rubi pada Naqib--anak dari Syifa dan Akhtar.

"Ayuk!" Jawab Naqib sembari menghampiri Rubi.

"Lubi, kata Bunda lambut perempuan itu ndak boleh keliatan." Ucap Naqib sembari memasukan anak rambut Rubi yang keluar dari jilbab pink-nya.

Ketika Taqdir Yang MemilihWhere stories live. Discover now