Istri

2.9K 170 4
                                    

Rasyid membawa Aida ke apartemennya setelah makan di kedai tadi. Rasyid langsung menyuruh Aida untuk beristirahat. Gadis itu duduk di sofa , membiarkan tubuhnya beristirahat. Ia menolak untuk tidur, karena dirinya sedari tadi di pesawat lama tertidur.

Tanpa permisi Rasyid langsung membaringkan tubuhnya di sofa dengan kepala di pangkuan istrinya.
Aida mengusap kepala Rasyid ,pria itu terlihat lelah. Rasyid menenggelamkan wajahnya di perut istrinya .

"Kak Rasyid kalau cape , lebih baik tidur " ucap Aida dengan tangan yang masih mengusap kepala suaminya itu.

"Kamu temenin saya tidur"

"Eh?"

Aida mengernyit, manja?

"Aida nggak akan kemana - mana kok"

"Iya, saya tahu. Tapi saya ingin kamu temani saya"

Memaksa?

"Ya udah "

Aida menerima permintaan Rasyid , mau bagaimana lagi. Ia tak ingin berdosa hanya karena hal ini, apalagi melihat wajah lelah suaminya.

Aida membaringkan tubuhnya, mencoba menelisik ke alam mimpinya. Namun urung , ketika ada sebuah tangan yang melingkar di perutnya. Ia tak perlu berbalik karena pasti Rasyid-lah yang memeluknya.

"Terimakasih, habibati.." bisik Rasyid

Aida berusaha menormalkan degup jantungnya , jangan sampai terdengar oleh suaminya itu. Tangan Rasyid terulur untuk menyelipkan sebuah anak rambut istrinya , lalu kecupan singkat di pipinya. Rasanya Aida ingin segera terpejam.

***

Aida menghirup udara pagi Mesir, kini saat ia kembali kesini. Gelar istri sudah tertanam di dirinya. Berbeda dengan pertama kali ia datang . Entah kenapa , memori tentang Fikri tiba - tiba saja berputar tanpa izin .

Ia cepat - cepat menggubris memori itu , jangan sampai air matanya lolos.

"Habibati.."

Aida menoleh , lalu menerbitkan senyum manisnya.

"Yuk! Berangkat"

Aida mengangguk , lalu mengikuti langkah suaminya . Ia bersyukur karena sistem perkuliahan di Al-Azhar ini berbeda dengan di Indonesia . Masalah kehadiran di Al-Azhar tidaklah dianggap suatu kewajiban 'administrasi' walaupun ada beberapa mata kuliah yang oleh para dosennya mensyaratkan untuk menghadiri kulaih minimal 75%. Mengapa demikian, karena seandainya seluruh mahasiswa program S1 diwajibkan datang tiap hari sudah barang tentu gedung dan fasilitas sangatlah tidak mencukupi. Terbukti dengan sistem ujian yang 'antri' atau gantian, berlainan hari antar tiap tingkatan kelas ¹.

#(Maap ya kalo salah, soalnya aku nggak terlalu paham, maap banget..)

Namun, Qila memberitahu bahwa Aida harus membuat bahts ². Mungkin lumayan banyak bahts yang harus ia buat , karena dari beberapa dosen ada yang selalu memberi bahts.

Rasyid menggenggam tangan Aida ketika mereka telah sampai di Al-Azhar university . Netra Aida menangkap sosok Qila , gadis itu tengah berlari menghampirinya.

"Barakallah pengantin baru.." ucapnya antusias

"Aamiin" Jawab keduanya

Aida menoleh ke arah Rasyid ," Aida duluan ya , kak"

Rasyid mengangguk , Aida mencium telapak tangan suaminya .

"Assalamu'alaikum"

"Tunggu , Da. Ada yang ketinggalan"

Langkahnya baru saja akan menjauh dari pria itu. Namun urung , kala dia memanggilnya. Aida menghampiri Rasyid ," Apa?"

Aida terkejut ketika kecupan mendarat di keningnya , sedangkan Rasyid tertawa kecil melihat ekspresi wajah istrinya .

"Kak Rasyid..." Rengeknya

"Halal kok" jawabnya dengan kekehan kecilnya.

****

Assalamu'alaikum Readers! Maaf sangat author baru up sekarang. Ya, karena author kemarin ada acara dan baru selesai tadi pagi🙏.

1: https://foto.web.id
2: karya tulis pendek

Segitu aja yaa , terimakasih semuanya!

Jangan lupa baca Al Qur'an

Wassalamu'alaikum

Bandung,13 Maret 2020

Ketika Taqdir Yang MemilihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang