Merelakan

2.5K 163 1
                                    

Ketika engkau yang menetap di hatiku, apakah sekarang aku harus merelakanmu untuknya?
~Aida Anzani Hifza ~

Gadis manis dengan khimar baby pink itu tengah menatap layar laptop di depannya. Keberangkatannya ke Mesir tinggal sebentar lagi, dan ia belum memberitahu Rasyid soal kuliahnya. Yang Rasyid tahu, Aida akan kuliah di Mesir,tapi ia tak tahu nama universitas nya.

"I praise Allah for sending me you my love... "Deringan ponsel Aida yang merupakan lagu the for rest of my love dari Maher Zein.

Nama Syifa tertera jelas di layar ponselnya. Ia segera mengangkat telpon itu.

"Assalamu'alaikum Syif" Sapa Aida di ujung telpon

"Wa'alaikumussalam. Aida. Ustadzah Nabila sakit"

"Sakit? Kamu udah di jakarta? "

"Iya. Iya aku udah di Jakarta. Da, kamu mau kesana? "

"Ya udah kita pergi. Eh, tapi di rumah atau rumah sakit? "

"Di rumah sakit Adya Utama. Da, bareng ya! "

"Oke, Syif. Assalamu'alaikum "

"Wa'alaikumussalam "

Aida segera bersiap - siap. Lalu ia pergi menemui Ummanya untuk meminta izin. Matanya membulat ketika ia sudah sampai ruang tamu, kenapa lagi - lagi ada
Rasyid dengan Umminya?

Aida menghampiri Ummanya yang tengah duduk.

"Umma , Aida izin pergi ke rumah sakit ya? "

"Rumah sakit? Siapa yang sakit? " tanya Umma

"Ustadzah Nabila "

"Sama siapa Da? " Kini yang bertanya Rasyid

"Syifa, Kak"

"Biar saya antar . Nggak pp kan Umma? " Ucap Rasyid

"Ya sudah Da. Sama nak Rasyid, nanti jemput Syifa nya. Kalian jadi bertiga kan? Nggak berdua " Jawab Ummanya yang sepertinya tahu Aida akan menolaknya.

Aida hanya mengangguk pasrah, bukannya ia tak mau. Tapi jantungnya benar - benar tak normal jika di dekatnya.

Di perjalanan keduanya sama - sama diam. Sibuk dengan pikirannya masing - masing. Sesekali Rasyid melirik Kaca, melihat gadis yang duduk di kursi belakangnya yang hanya diam.

"Oh.. Allah.. Kenapa jadi hening begini?.. " batinnya

"Aida.. " Panggil Rasyid

"Iya, kak? "

"Jadi apa nama universitas mu di Mesir? "

"A-. Kak, berhenti itu Syifa" Baru saja Aida akan menjawab, namun perhatiannya terarah pada gadis yang sedang berdiri di pinggir jalan.

Rasyid menancapkan rem mobilnya. Lalu Aida turun menghampiri Syifa.

Baru saja Aida melangkah, Syifa langsung mendekatinya dan memeluknya.
"Aida.. Aku rinduu.. Maaf"

"Sstt... Jangan bilang maaf lagi Syif. Ayuk! Kita berangkat"

"Ayuk! Kamu rindu aku ngga Da?" Tanya Syifa sambil melangkah

"Iya lah.. Sahabatku"

Mereka masuk ke dalam mobil Rasyid. Syifa membulatkan matanya, setelah tahu pria di kursi kemudi adalah Rasyid ustadznya.

"Lho ustadz Rasyid? Kok sama Aida? " Tanyanya menggoda. Tentu saja ia tahu perihal lamaran Rasyid pada sahabatnya itu.

"Memangnya kenapa? Kamu cemburu sahabatmu saya pinjam? "

Aida cepat - cepat menunduk, pipinya sudah merona.

"Enggak, cuman nanya Ustadz. Lagi pula, Aida nggak bakal lupa sama aku. Walaupun nanti udah nikah sama ustadz "

"Oh, ya? Aida nggak akan saya izinin keluar rumah, kecuali saya ikut"

"Idih, posesif banget Ustadz"

Rasyid menerbitkan senyumnya kala melihat Aida menyembunyikan wajahnya. Ia sudah menebak, pasti wajahnya sudah blushing.

                       🌹🌹🌹

Mereka telah sampai di rumah sakit dan segera mencari kamar ustadzah Nabila. Setelah sampai, terlihat Ustadzah Nabila yang terbaring lemah, wajahnya sangat pucat. Dia juga di temani bibinya yang setia menemaninya di samping brankar.

Aku dan Syifa mendekati tubuh yang terlihat lemah tak berdaya itu. "Assalamu'alaikum "

Bibi Ana, yang merupakan bibi dari Ustadzah Nabila mendongak. Ia menjawab salam kami, terlihat matanya memerah dan sembab.

"Bibi, bagaimana keadaan Ustadzah Nabila? " Tanya Syifa

"Hiks... Na-Nabila menderita leukimia hiks.. "

Leukimia?! Oh.. Allah.. Sabarkanlah Ustadzah Nabila dan keluarganya.

Terdengar suara kecil dari seseorang yang sedang terbaring lemah itu. Ku coba dengar dengan jelas.

"Rasyid... "

Deg

Oh Allah... Kenapa rasanya sangat sesak

Syifa menutup mulutnya, dia langsung merangkul Aida. Aida menggigit bibir bawahnya berusaha menahan tangis.
Aida segera pergi keluar ruangan, ia tak sanggup menahan air matanya yang akan turun.

"Hm.. Bibi, Aida ke toilet dulu ya!"
Izinnya

Bibi Ana hanya mengangguk, dengan cepat Aida langkahkan kakinya keluar.Air matanya telah lolos dari pelupuknya.

"Aida, kamu kenapa? "

Langkahnya yang baru akan pergi ke kamar mandi terhenti. Hatinya sudah berkecamuk, ia tak mau Rasyid tahu bahwa ia menangis.

Ia cepat - cepat menghapus air matanya .

"Iya, kak? Aida nggak pp kok" Jawabnya menunduk

"Saya tidak bisa di bohongi seperti anak kecil Da"

Aida berusaha menahan air matanya agar tak turun detik itu juga.

"A-Aida nggak pp kok,  kak"

"Kalau gitu, tatap saya dan katakan kamu kenapa"

Aida tak bisa melakukannya, karna mungkin matanya telah merah.

"Aida... Katakan. Kamu kenapa? "

"Maaf kak, Aida harus ke toilet " Jawabnya lalu segera berlalu

Rasyid hanya menatapnya bingung, sebenarnya ada apa? Sampai calon istrinya itu menangis?

🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
Assalamu'alaikum Readers.
Author update🎉, pokoknya makasihhh buat semuanya. Oke, segitu aja ya. Tunggu part berikutnya ya.

Wassalamu'alaikum

Ketika Taqdir Yang MemilihWhere stories live. Discover now