Mesir & Fikri

2.4K 152 8
                                    


Assalamu'alaikum Readers, udh update nih😆. Maafkan author ya...

Selamat membaca 🌾. Jangan lupa bismillah hhehe..

* * *

Kini Aida tengah menatap keluar jendela, ia telah sampai di asrama tempat para mahasiswi dari Indonesia.

"Aida, ngapain? "

Aida menoleh, lalu ia mengulas senyum. Ternyata Qila, teman barunya.

"Nggak, cuman lagi liatin pemandangan aja. "

Qila mengangguk, lalu duduk di pinggir Aida. Dan mereka menatap hal yang sama.

"Kamu.. Ada masalah? "Tanya Qila

"Nggak kok, aku emang lagi pengen gini, Qil"

Qila mengangguk

"Oh, ya! Kamu jurusan apa? " Tanya Qila

"In syaa Allah, sastra arab"

"Wihh, kerenn.. "

Aida hanya tersenyum, "kamu apa? " Tanya Aida

"Aku sihh sama kayak kamu "

"Ih, dasar. Kamu juga keren Qil, kirain beda"

Mereka tertawa bersama

* * *

Langkah kaki dua orang gadis itu nampak berhenti di depan sebuah kelas, dan masuk ke dalam.

Aida melihat pria yang tak asing baginya. Pria tampan yang tengah duduk dengan Al - Qur'an di tangannya. Ia mencoba mengingatnya, ya! Fikri.

"Da, kamu kenapa? " Tanya Qila

"Eh, Astaghfirullah.. "

"Kamu kenapa sih? "

"E-nggak kok"

Kemudian mereka mencari tempat duduk. Aida menunduk, ketika Fikri menatapnya. Dia malu karna saat di pesawat ia menangis.

Fikri menghampiri Aida yang tengah duduk di samping Qila.

"Assalamu'alaikum, Aida ya? " Tanyanya setelah ada di hadapan Aida

"Wa'alaikumussalam, i-iya"

"Da, siapa dia? "Bisik Qila

"Saya Fikri, Mba" Ucap Fikri saat bisikan Qila terdengar olehnya

"Mba? Kamu bilang aku Mba? Kamu pikir aku udah tua? " Cerocos Qila

"Afwan, Mba. Eh-"

"Aqila Az - zahra. Panggil aku Qila" potong Qila

Sedangakan Aida hanya terkekeh melihat tingkah Qila dan Fikri.

"Aku bener kan Da? " Tanya Qila

"Iya.. Qil"

Aida tak menyangka sebuah pertemuan di pesawat menghantarkannya kembali dengan Fikri di kampus.

                    *       *      *

Aida membuang nafasnya perlahan, lelah mendominasi tubuhnya hari ini. Ia sedang berbaring di kasur nya. Setelah selesai kelas, ia langsung pulang bersama Qila.

"Tring.. " suara hand phone Aida berdering. Ia membiarkan deringan itu berteriak. Ia benar - benar tak ingin menyentuh benda pipih itu sejenak.

"Tring.. " lagi - lagi deringan itu berbunyi. Aida menghembuskan nafasnya kasar, siapa yang mengirimkan pesan? Apa Umma ya?

Aida beranjak mengambil ponselnya yang tergeletak di atas meja. Tapi setelah di lihat, ternyata bukan Umma melainkan Fikri.

From : Fikri
Assalamu'alaikum

Aidaa?

"Dari mana dia mendapatkan nomorku? " batin Aida

To : Fikri

Wa'alaikumussalam. Ada apa? Kalau nggak penting nggak usah ngirim pesan.

Aida takut kalau dia saling mengirim pesan dengan laki - laki yang bukan mahramnya tanpa kepentingan yang pasti akan menjadi dosa.

'Kak Rasyid aja belum pernah ngirim pesan, lha dia bukan siapa - siapa seenak jidatnya aja. Eh, kok kak Rasyid sih? Astaghfirullah.. Ikhlasin... '  batin Aida

Aida cepat beristighfar dalam hatinya, jangan sampai nama itu tertulis lagi dalam hatinya.

Sedangkan Fikri, dia tersenyum membaca balasan dari Aida.
'Benar dugaanku' batin Fikri

                     *       *     *

Terhitung sudah waktu Aida disini, di Mesir tempat bersejarah. Ia sudah 5 bulan tinggal disini.

Dan hari ini, gadis berwajah indonesia itu tengah duduk di bawah pohon. Matanya masih terfokus pada layar laptop di depannya.

"Assalamu'alaikum "

"Wa'alaikumussalam "

Aida menoleh setelah menjawab salam, Qila.

"Tumben baru dateng? " tanya Aida

"Hhehe biasaa ada urusan yang sangat penting" jawabnya dengan cengiran yang tercetak di bibirnya

"Jangan bilang urusan perut "

Qila hanya tersenyum dengan gigi putihnya.

"Mana Fikri? " Tanya Qila

Aida hanya menggelengkan kepala, bertanda ia tidak tahu.

"Assalamu'alaikum "

Semuanya menoleh, benar. Pria berbadan tinggi nan tampan itu tengah berdiri di hadapan mereka.

"Wa'alaikumussalam "

"Kenapa? Rindu? "

Aida hanya menutup telinganya berharap tak mendengar celotehan Qila dan Fikri yang sepertinya sebentar lagi akan di mulai.

"Rindu?! Ah, gila kamu. Mana ada aku rindu ke orang kayak kamu"

"Bisa Qil, nanti"

"Nggak akan, dan nggak akan pernah "

"Siapa tahu aja kan? "

"Ogahh"

"Aku ke toilet dulu, kalian berhenti dulu debat" ucap Aida

Dia melangkahkan kakinya meninggalkan keributan. Netranya menangkap sosok itu, ya! Sosok yang ia rindukan. Aida menepis pikirannya, mana ada dia disini.

"Astaghfirullah,kenapa kayak gini? Bukannya Aida udah ikhlas? Atau memang Aida belum berhasil?" batinnya

lagi - lagi pandangannya masih tertuju pada sosok pria dengan baju koko, juga peci yang melekat di kepalanya.

"Kak Rasyid?! Ah, bukan. Sepertinya aku halu" batinnya

                       🍃🍃🍃

Assalamu'alaikum Readers. Author update hhehe... Alhamdulillah megang hp.
Gimana nih, kok ada Fikri😁?

Oke Readers, tunggu part berikutnya.

Jangan lupa baca Al - Qur'an

Wassalamu'alaikum

Bandung, 16-01-2020🍃

Ketika Taqdir Yang MemilihWhere stories live. Discover now