Lamaran darinya

2.4K 157 1
                                    

jika ada laki - laki yang melamar dengan agama yang baik, kenapa harus di tolak?

_ketika taqdir yang memilih_

"Tring.. "

Aida masih asik memandang cuaca mesir sore ini, dia tak memperdulikan deringan pada ponselnya.

"Da, tadi ada notif tuh " ucap Qila

"Iya, Qil. Aku tahu kok"

"Liat, barang kali Umma"

Aida segera meraih ponselnya, karna ia benar - benar sedang merindukan Ummanya.

Dia membuang nafasnya pelan, ternyata bukan Umma. Melainkan pria tampan yang sering bergabung dengannya, juga Qila. Ya! Fikri.

From: Fikri

Assalamu'alaikum. Bisa keluar dulu nggak Da?, aku mau bicara penting. Sekalian bawa Qila, takut jadi fitnah.

To: Fikri

Wa'alaikumussalam. Ya udah, tunggu.

Aida membenarkan khimarnya, lalu menghampiri Qila yang tengah memakan.

"Qil, ikut yuk! "

Qila menoleh, "kemana? "

"Ke bawah, Fikri katanya mau bicara, penting"

Qila mengangguk, kemudian keduanya turun.

                      🍁🍁🍁

"Assalamu'alaikum " ucap Aida dan Qila bersamaan

Fikri menoleh, "Wa'alaikumussalam "

"Duduk, Da, Qil"

Mereka duduk di kursi yang tersedia di taman itu. Fikri tepat duduk di hadapan mereka.

"Ada apa Fik? " Tanya Aida yang mulai penasaran

"Ini... Soal masa depan"

Dahi Aida mengernyit, masa depan?

"Masa depan? Maksudmu? "

Qila  menatap Fikri penuh selidik

"Iya, aku.. Fikri Ar ra'uf ingin menjadikan Aida Anzani Hifza sebagai pelengkap imannya. Apakah kamu bersedia? "

Deg, pelengkap iman? Menikah?

Qila membekap mulutnya tak percaya dengan yang di katakan Fikri. Aida hanya menunduk, ia malah teringat peristiwa saat Rasyid melamarnya di Bandung.

Tak terasa setetes air matanya jatuh. Entah, pikirannya kalut srkarang. Fikri? Rasyid? Ah, semuanya memenuhi isi kepalanya.

"Aida, kenapa? " Tanya Qila panik, saat menyadari air mata Aida menetes

Aida segera mengusap pipinya, ia tak mau tangisannya kembali di saksikan oleh Fikri.  

"Ah, nggak kok. Qil"

"Kenapa Da? Apa ucapanku membuatmu sakit hati? " Tanya Fikri

"Eh, nggak kok Fik" Jawab Aida dengan senyum yang tercetak di bibirnya

"Makasih kamu udah jujur, aku hargai niat baik kamu. Tapi, aku.. Butuh waktu untuk menjawab itu" Sambung Aida

"Aku duluan, Fik. Yuk Qil! Assalamu'alaikum " pamit Aida

"Wa'alaikumussalam "

Fikri menatap sendu wanita yang mulai hilang dari pandangannya.

Kenapa? Ada apa dengan Aida? Apa ucapanku salah? 

Di dalam kamar Aida segera mengganti bajunya, ia memutuskan untuk menelpon Ummanya. Memberitahu semuanya.

"Assalamu'alaikum "

"Wa'alaikumussalam, Umma"

"Maa syaa Allah, Aida. Kamu sehat Da? "

"Iya, Alhamdulillah Umma. Umma gimana? Sehat? "

"Alhamdulillah. Kenapa Da? "

"Umma, sebenernya tadi ada yang lamar Aida. Namanya Fikri, Fikri Ar-ra'uf. Dia dari Indonesia, lebih tepatnya di kota Surabaya "

Hening

"Umma? Umma kenapa? "

"Da.. Sebenernya pun nak Rasyid menanyakan keadaan mu kemarin"

Deg, dia? Apa kak Rasyid sudah bahagia dengan ustadzah Nabila?

"Tapi.. Aida udah memutuskan semuanya Umma. Kak Rasyid juga kan udah nikah sama Ustadzah Nabila, Aida nggak mau ngeganggu hubungan mereka"

"Ya udah, Umma percayakan sama kamu Da. Soal.. Fikri, jika dia memang baik agamanya, kenapa harus di tolak? "

"Iya, in syaa Allah Umma. Abu ada? "

"Abu lagi ada acara di kantor Da, nanti Umma bicarain sama Abu"

"Makasih Umma, Aida tutup ya! Assalamu'alaikum "

"Wa'alaikumussalam "

Aida terdiam, kata - kata Ummanya masih terngiang.

Jika memang agamanya baik, kenapa harus di tolak?

Da.. Sebenernya pun nak Rasyid menanyakan keadaan mu kemarin

"Kak Rasyid,  In syaa Allah Aida sudah mengikhlaskanmu " gumamnya

********************************
Assalamu'alaikum, Readers!
Oke, aku majuin update nya ya..
Because, aku besok nggak megang ponsel.

Segitu aja ya! Tunggu part berikutnya

Jangan lupa baca Qur'an

Wassalamu'alaikum

Bandung, 17-01-2020🍃

Ketika Taqdir Yang MemilihWhere stories live. Discover now