Kelulusan & rencana Ali

2.4K 171 1
                                    

Bismillah...
Selamat membaca❤

                    ❤❤❤

Aida menceritakan masalahnya dengan Ali pada kedua orang tuanya, juga kakaknya.

Mereka pun terkejut, Aida baru berumur 17 tahun. Walaupun begitu, abunya tak mempermasalahkan umur. Jika memang Aida siap, tunggu apalagi?

Sedangkan Aida? Dia benar - benar bingung. Sejujurnya ia pernah mengagumi sosok Ali, tapi itu hanya sebatas kagum tak lebih. Bukan Ali yang di cintainya, melainkan sosok Rasyid yang tengah mengisi hatinya.

Aida mengutarakan alasanya pada ummanya. Bahwa ia tak mencintai Ali, bahkan mungkin luka itu masih membekas.

"Cinta itu akan tumbuh seiring berjalannya waktu"  itu nasihat ummanya

"Tapi umma, cinta nggak bisa di paksakan. Aida takut sama Ali "

Umma memeluk putri tersayangnya itu. Pasti sangat sulit, apalagi di usianya yang masih muda.

                     🌾🌾🌾

Semua santri dan orang tuanya telah hadir di aula pesantren. Ya! Akhirnya mereka lulus. Raut wajah semua santri benar - benar menggambarkan rasa senang mereka.

Dan Aida ingin di hari bahagia ini, hubungannya dengan Syifa membaik.

"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabaraakaatu"

Salam dari kyai di sambut senang oleh semua santri, dan orang tuanya.

Kyai membawakan pembukaan, juga akan mengumumkan beberapa santri yang berprestasi "Santri dengan nilai ujian tertinggi, di raih oleh... Ali Al Maliki  "

Semua tepukan bergemuruh, Ali berjalan ke depan . Ali pemuda tampan, bijak, berwibawa, pintar. Apa yang kurang darinya? Mungkin pemikiran orang seperti itu. Lain dengan Aida, gadis itu berpikiran jauh dari mereka.

"Santri dengan hafalan terbanyak di raih oleh... Aida Anzani Hifza"

Gadis itu tak percaya dengan apa yang ia dengar. Senyum kebahagiaan terpancar dari kedua orang tuanya. Aida dengan langkah ragu berjalan ke depan, ia melihat senyum manis dari Ali yang melihatnya berjalan ke depan. Aida hanya tersenyum tipis

"Santri ter-istiqamah di raih oleh... Hafshah Qurrata A'yun dan Kafi Al - Barq "

Hafshah dan Kafi berjalan ke depan. Hafshah berbisik

"Da, aku istiqamah apa? "

"Shalat lima waktumu selalu di masjid tanpa alfa Shah"

"Oh, ya? "

Aida mengangguk mantap, mungkin gadis keturunan arab itu tak menyadarinya.

                     🌹🌹🌹

Dan akhirnya mereka di nyatakan lulus. Sebuah kesenangan tersendiri bagi mereka. Aida mencoba menghubungi Syifa, ia mencoba berdamai dengan sahabatnya itu.

"Assalamu'alaikum, Syifa? " sapa Aida di ujung telpon

"Wa'alaikumussalam. Ya, ada apa?"

"Aku minta maaf Syif, aku benar - benar minta maaf. Aku rindu kamu yang dulu Syif "

"hiks... Aku egois Da, sebenarnya pun aku rindu kamu Da. Aku rindu kebersamaan kita, hiks.. Maafkan aku ya Da. Aku ikhlas, jika dia memang bukan jodohku "

"Aku sudah memaafkanmu Syif, Alhamdulillah jika kamu telah sadar. Aku juga rindu Syif, masalah itu.. Aku bimbang Syif "

"B-bimbang? "

"Jujur Syif, aku nggak punya perasaan lebih sama Ali. Walaupun orang tuaku tak mempermasalahkan menikah di usia muda. Tapi, ada sosok yang lebih awal singgah di hatiku Syif "

"Hiks.. Maafin aku Da.. "

"Sudah, aku sudah memaafkanmu"

"Da, aku nggak bisa lama. Sebentar lagi aku mau pergi ke surabaya, aku pamit ya. Assalamu'alaikum "

"Wa'alaikumussalam "

Aida menutup telponnya, tak terasa ternyata air matanya telah membanjiri pipinya sejak tadi.

Terimakasih ya Rabb, Alhamdulillah.

                     🍁🍁🍁

Ali membuat status di Whats Up nya. Hanya ukiran Basmallah yang menjadi statusnya.

Siapa sangka ukiran itu menjadi tanda tanya bagi yang melihatnya. Salah satunya, Rasyid. Ya, tanpa Aida tahu bahwa Rasyid adalah paman dari Ali.

Kak Rasyid
Assalamu'alaikum, ada apa li?

Pesan singkat dari Rasyid, membuat Ali sedikit malu untuk menjawabnya. Pasalnya, Rasyid saja yang berusia lebih tua darinya belum menikah.

Ali
Wa'alaikumussalam, Ali.. Akan melamar akhwat kak.

Rasyid terkejut bukan main membaca jawaban pesan dari Ali. Melamar? Dirinya saja belum kunjung melamar seseorang yang mengganggu pikirannya sejak kembalinya ia dari Indonesia.

Rasyid
Kalau boleh tahu, siapa akhwatnya?

Ali diam, dia benar - benar malu harus menjawabnya.

Ali
Ehm.. Aida kak. Do'akan Ali ya

Entah kenapa, rasanya benar - benar sakit. Dia tak tahu harus bagaimana. Seseorang yang ia rindukan akan menjadi pendamping hidup orang lain.

Rasyid melafalkan istighfar sebanyak - banyaknya, ia memutuskan untuk shalat dhuha, dan mengadukan segalanya kepada sang Pencipta.

🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
Assalamu'alaikum  Readers, author kembaliii... Wahh gimana nihh jadinyaa😆, apa Ali benar yakin dengan niatnya?

Tunggu part berikutnya ya..

Ku tunggu vote, coment, & follow kalian...

الى اللقاء

Wassalamu'alaikum

                
                          Bandung, 17 -12-19

Ketika Taqdir Yang MemilihWhere stories live. Discover now