🌼Asyhila🌼09

27.9K 1.9K 94
                                    

                              Happy reading✨

Gue benci saat bayangan itu hadir. Apalagi bayangan itu hadir di mata orang yang selama ini gue berusaha ngehindar.
.
.
Azka

"Bangun! Aku mohon bangun!" pekik laki-laki itu histeris. Darah sudah bercucuran dimana-mana.

Mendekap tubuh polos mungil itu, laki-laki menangis."BANGUN QILA! BANGUNN!"

"BANGUN!"

"Qi-la, s-say-ang--

"ENGGAK!" jerit laki-laki itu dengan nafas yang memburu.

"Azka! Bangun, sayang." ujar wanita paruh baya yang sedari tadi melihat sang putra menjerit-jerit .

Derup nafas itu beradu dengan isak tangis seseorang disamping laki-laki itu.

Alya-Mamanya-Azka terisak ketika melihat sang putra menjerit dengan keringat yang membanjiri seluruh badan laki-laki itu.

Azka memijit pelipisnya pelan. Merasa sangat bersalah karna sudah membuat sang ibu khawatir.

"Kamu kenapa? Mimpi itu lagi?" kata Alya pelan lalu memeluk sang putra hangat.

Azka mengusap punggung sang ibu lembut guna menenangkan isak tangis kecil wanita itu. "Azka gak papa, Ma." jawab Azka berusaha mengatur nafasnya yang masih memburu.

Mimpi itu benar-benar menguras tenaganya sama sekali. Ia melirik jam didinding sudah menunjukan pukul 6 pagi.

Alya mengurai pelukannya lalu menangkup wajah sang anak. "Apa kamu selalu mimpi yang sama?" tanya Alya.

Azka mengangguk membenarkan.

Laki-laki itu mengusap wajahnya kasar lalu menyandarkan dirinya dikepala ranjang.

Alya menghela nafas kasar. Merasa kasihan dengan Azka yang masih dihantui masa lalunya. "Kamu masih belum bisa lupain, dia?" tanya Alya hati-hati.

Gelengan laki-laki itu cukup menjawab pertanyaan sang ibu. "Gak bisa, Ma. Dan gak akan pernah." balas Azka.

Alya mengusap pelan pipi Azka. "Lupain, sayang. Biarin dia tenang disana." ujar Alya meyakinkan.

Azka tersenyum lembut. "Ngapain jadi bahas ini sih, Udah pagi Azka mau mandi dulu." kekeh Azka lalu turun dari tempat tidur menuju kamar mandi.

Percayalah, Azka yang berada dirumah dengan yang berada disekolahan. Sangat berbeda! Azka hanya akan selalu lembut dan tersenyum jika bersama sang ibu.

"Semoga nanti ada seseorang yang meluluhkanmu, Nak." gumam Alya berharap. Wanita paruh baya itu bangkit dan meninggalkan kamar bernuansa hitam itu.

                                       ***

Seolah menjadi kebiasaan saat pagi. Setelah bersiap-siap gadis itu menuju dapur untuk sekedar membantu atau membuat bekal untuknya sendiri.

"Bi Arum masak apa?" tanya Syhila sudah tiba-tiba berada dibelakang wanita paruh baya itu.

Wanita berumur puluhan tahun itu terkejut ketika melihat anak majikannya itu. "Astaga, Non Syhila ngagetin aja." kata Bi Arum mengusap dadanya pelan.

ASYHILA(COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang