🌼Asyhila🌼83

35.8K 1.6K 153
                                    

Happy reading✨

Dan pada akhirnya, mengikhlaskan adalah pilihan yang terbaik.
.
.
Asyhila.


Suasana pagi ini tidak bersahabat. Pagi-pagi saja hujan sudah mengguyur deras. Hawa dinginnya lantas menyerbu setiap makhluk yang ada.

Sejenak gadis itu terdiam, menatap lurus butiran air yang turun menyentuh bumi. Seiring dengan itu air matanya juga ikut mengalir bersamaan dengan turunnya hujan.

Gadis yang duduk tenang dikursi roda itu merunduk seraya mengusap air matanya kasar.

Mengapa dunia begitu kejam baginya? Ia sadar bahwa ia tidak sepantasnya menyalahkan takdir yang ia jalani. Tapi, ia kecewa dengan apa yang ia jalani sekarang.

"Syhila," lamunan gadis itu lantas membuyar kala sang ibu memanggilnya.

"Iya, bun." sahut Syhila tak bergeming ditempat.

Diana pun lantas menghampiri gadis yang berada didekat jendela terbuka itu. Dan seketika hawa dingin lantas menyerbu tubuhnya.

"Astaga, sayang! Disini dingin, ayo masuk. Nanti kamu tambah sakit." ujar Diana langsung menarik kursi roda itu untuk kembali ke ranjang.

Gadis itu tersenyum miris. "Syhila emang udah sakit, bun. Gimana pun keadaannya Syhila bakalan tetep sakit." cicit gadis itu.

"Sayang," peringat Diana lembut. Wanita paruh baya itu paling tidak suka kala anaknya ini pesimis akan penyakit yang sedang gadis itu alami. "Kita berangkat habis magrib nanti, jadi kamu punya waktu buat istirahat dulu." kata Diana mengusap puncak kepala Syhila.

Syhila pun mengangguk pelan. Jika boleh jujur ia tidak ingin pergi sama sekali.

***

"Syhila!! Aaa.. Gue seneng bangett!!"

"Kecilin suara lo bego!" sentak Satria membekap mulut sang adik. Kalau tidak begitu, bisa dipastikan petugas keamaan akan menyeretnya.

"Ihhh lepas! Tangan lo mau ikan asin!" ketus gadis itu siapa lagi kalau bukan Elin.

"Kalian gak sekolah?" tanya Syhila menatap dua kakak beradik itu.

"Hujan, Syhi. Makanya kita neduh sekalian jenguk lo." seru Elin sangat semangat sekali.

"Kangen." rengek Elin kembali, gadis yang mengenakan sweeter merah itu memeluk Syhila erat.

"Aku juga kangen, kamu." gadis itu membalas pelukan Elin.

"Halah, bilang aja mau bolos. Pake alesan mau jenguk segala. Kan balik sekolah bisa." cerocos Satria mengusap rambutnya yang lepek akibat terkena guyuran hujan.

"Diem lo! Dah, balik sono ke sekolah! Gue mau menemin Syhila disini." Elin malah balik mencerocos.

"Kamu juga sekolah, aku gak mau kamu bolos gegera aku." peringat Syhila mengurai pelukannya.

Elin berdecak pelan. "Iya, lagian kalo hujan kek gini gerbang gak bakalan ditutup kok, jadi mau kapan aja masuk juga gak papa." ujar Elin dengan santainya.

"Bener juga, baik ngadem disini." kata Satria setuju akan perkataan sang adik.

"Syhi, numpang merem ya. Entar kalau udah reda bangunin aja." lanjut laki-laki itu kemudian merebahkan diri disofa tebal disana.

ASYHILA(COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang