🌼Asyhila🌼37

24.1K 1.5K 119
                                    

Happy reading✨

Sekeras apapun dirimu menolak, jika rasa itu sudah ada nikmati saja.
.
.
Azka



Apa yang lebih sulit dari pada menebak pikiran orang lain? Pasti dari kalian tidak akan pernah ada yang bisa menebaknya. Sang pemilik otak saja kadang tidak meyakini apa yang sedang ia pikirkan saat itu. Apalagi kita yang berpikir untuk menebaknya.

Jangankan untuk menebak pikiran orang lain. Pikiran kita saja kadang tidak tentu arah.

Mungkin itulah yang dialami gadis itu sekarang. Berusaha menebak isi pikiran dari seseorang yang sudah beberapa hari ini menghantuinya, terlebih sifatnya yang sangat jauh dari yang gadis itu bayangkan sebelumnya. Sifat yang baru ia lihat sejak kejadian itu. Membuat gadis itu berpikir bahwa laki-laki itu mempunyai kepribadian ganda.

Dua hari berlalu setelah tragedi yang dialami gadis mungil itu. Dua hari juga ia berada dirumah. Dikarenakan kondisinya masih kurang sehat. Beruntung sang ibu belum pulang, jadi gadis itu mempunyai waktu untuk mengobati luka cakar serta bekas tamparan yang masih nampak membekas.

Rasa bosan serta jenuh pasti ada. Terlebih gadis itu hanya berdiam dikamar tanpa diizinkan melakukan sesuatu yang lebih, akibat kondisinya yang kurang sehat.

Kini pagi sudah kembali menjelang, namun gadis itu masih belum diperbolehkan untuk bersekolah oleh Bi Arum. Jadilah, ia hanya duduk sambil sesekali mengoles salep untuk wajahnya.

"Hufff... Bosen. Pengen sekolah." kalimat itu. Setiap hari mungkin gadis itu mengatakannya sendiri. Duduk manis didepan cermin sambil mengoleskan salep untuk lukanya, gadis itu selalu saja mengatakan kalimat itu. Seolah tidak pernah bosan mengatakannya.

Menatap dirinya didepan cermin, hanya ada beberapa luka saja lagi. Itupun sudah mengering dan mungkin akan tinggal bekas saja lagi nanti.

"Bibi lagi ngapain ya?" monolog gadis itu mengkucir rambutnya. Memilih turun, gadis itu merasa sangat bosan terus-terusan berada didalam kamar.

Sesampai dibawah, senyum gadis itu mengembang ketika melihat Bi Arum yang tengah sibuk mencampur bahan-bahan untuk membuat kue.

"Bibi mau bikin kue, ya?" tanya gadis mungil itu langsung duduk dikursi sebelah Bi Arum.

"Lho, non Syhila ngapain ke bawah? Mending istirahat aja." kata Bi Arum tanpa menjawab pertanyaan gadis mungil itu.

Syhila menghembuskan nafas pelan. "Syhila bosen, Bi. Dikamar mulu, suntuk." ujar Syhila cemberut.

Bi Arum tersenyum lalu menuangkan adonan yang sudah jadi ke dalam loyang kecil. "Bibi buatin non brownis coklat, kesukaan non Syhila, kan?" kekeh Bi Arum beranjak ke dapur.

Mata gadis mungil itu nampak berbinar. "Suka banget, aah.. Udah lama banget Syhila gak makan brownis buatan Bibi." ujar gadis itu nampak girang.

Wanita paruh baya itu nampak tertawa kecil, lalu mencuci tangannya. "Yasudah, kalau gitu. Non tunggu dikamar aja, ya. Nanti Bibi bawain ke atas." kata Bi Arum.

Syhila lantas menggeleng-gelengkan kepalanya. "Syhila disini aja, nemenin Bibi." tolak gadis itu sambil memunguti beberapa plastik serta bekas telur diatas meja.

"E-eh, jangan atuh, nanti non Syhila tambah sakit." cegah wanita paruh baya itu mengambil beberapa sampah yang berada ditangan Syhila.

Syhila memberenggut kesal. Selama dua hari ini selalu saja seperti ini, pikir gadis itu.

ASYHILA(COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang