🌼Asyhila🌼31

24.3K 1.6K 40
                                    

Happy reading✨

Jarak yang dulu terbentang jauh kini kian mendekat, dan tidak ada yang menyadarinya terutama diri kita sendiri.
.
.
Asyhila

Setiap suatu tindakan pasti ada sebuah alasan. Apa yang kamu lakukan pasti berdasarkan hati maupun pikiranmu.

Namun, jika alasan itu berdasarkan amarah dan kebencian untuk seseorang? Apakah pantas untuk dilakukan.

Seseorang dari arah sudut menatap satu objek yang tengah tertawa bersama yang lain. Padahal gadis itu sudah ingin sekali memberi pelajaran pada gadis yang tengah tertawa disana.

"Kalau bukan sekarang, mungkin setelah nanti." gumam gadis itu lalu melangkah pergi. Biarlah gadis itu bisa tertawa sepuasnya belum tawa itu lenyap nantinya, pikir orang itu.

Didepan tenda Elin dan yang lain menggelar tikar dan duduk bersama dengan yang lain.

"Hoii, benerkan kata gue, kelompok gue yang menang." Elin berseru bangga lalu bertos ria dengan Kavi yang berada disebelahnya.

Abel yang tengah membuat minuman pun langsung menoleh. "Elah gitu doang, kelompok gue juga menang kali." ujar Abel menyahut.

Elin yang duduk bersila lalu menyelonjorkan kakinya dan dengan iseng gadis itu menendang bokong Abel. "Prett.. Pokoknya kita duluan yang sampe, kan pape?" keukeh Elin tak mau kalah.

Kavi yang namanya disebut dengan sebutan Pape langsung mendengus. "Maklum ya, lidah kurang bahasa gaul. Nyebut nama gue ganteng aja susuh." ujar Kavi tak mau ambil pusing.

Pletak

"Lo, bilang apa barusan? Ganteng? Lo, aja kalau dibandingin sama upil cicak masih ganteng sama upil cicak." cerocos Elin sambil berkacak pinggang.

"Gak usah pake urat leher juga, Lin. Putus tuh entar." ejek Anwar yang baru datang dengan beberap camilan ditangannya.

"Orang waras mah ngalah aja." sahut Kavi malas. Beradu mulut dengan Elin-si cempreng tak akan pernah ada habisnya.

"Peka banget lo kalau gue lagi laper." ujar Abel bersiap mengambil makanan milik Anwar.

"Yee.. Si label main embat aja, lo." kata Anwar menjauhkan makanannya.

"Dasar pelit, gue doain kena azab." ketus Abel menatap Anwar sengit.

"Etdah.. Becanda, gitu aja masukin dalam hati." ujar Anwar lalu duduk bersama dan membagi makanan yang ia bawa.

Syhila yang baru keluar dari tenda lantas bergabung. Gadis itu membawa beberapa roti selai yang sudah ia sediakan sebelum membersihkan diri tadi.

"Syhila.. Sini dekat gue aja." tanpa persetujuan Elin langsung menarik gadis itu sehingga duduk disampingnya.

"Biar bisa minta kan, lo?" tuduh Anwar meminum minumannya.

Elin mendengus. "Sirik aja, lo." ujar Elin sambil melotot.

Syhila terkekeh kemudian mengambil roti dan memakannya. "Kalian kalau mau ambil aja." kata Syhila sambil tersenyum.

Tanpa persetujuan Abel langsung mencomot roti itu. "Hheee.. Makasih Syhila." kekeh Abel lalu memakan makanan itu.

"Besok kita udah balik kan ya? Cepet banget, padahal gue masih pengen disini." kata Abel sambil selonjoran.

"Yaudah, kagak usah balik sekalian. Biar damai sekolahan kagak ada preman kek lo." sahut Anwar lalu tergelak.

ASYHILA(COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang