🌼Asyhila🌼79

25.5K 1.4K 74
                                    

Happy reading✨



Plak!

"Ma, maafin Tasya. Tasya gak sengaja." isak gadis pirang itu berlutut dihadapan sang ibu. Gadis pirang itu berlutut seraya memegangi pipinya yang terasa panas akibat tamparan yang melayang dipipinya.

"Diam! Saya benci sama kamu!" bentak Diana menunjuk kasar Tasya, menendang pelan tubuh gadis ringkih itu.

Semuanya kini berkumpul dirumah sakit. Bahkan Rika dan Hans pun ikut datang. Alya pun juga disana. Sedangkan Egi sudah ditangani polisi, sedangkan Tasya masih diselidiki terlebih dahulu. Karna bagaimana pun, disini Tasya juga korban.

"Tante ini bukan salah Tasya." timbrung Azka nampak seperti orang gila sekarang. Lihatlah, wajah laki-laki itu sangat lah terlihat kacau, belum lagi pakaiannya yang habis dilumuri darah Syhila. Namun, laki-laki itu tidak peduli.

Diana langsung menoleh dan memberikan tatapan kekecewaannya.

"Ini semua gara-gara kamu! Saya sudah kasih kepercayaan buat kamu jaga anak saya, tapi apa?! Kamu malah penyebab dari semua ini!" bentak Diana marah. Wanita paruh baya itu benar-benar sangat kecewa pada Azka.

Azka merunduk, ia sangat menyadari betapa besar kesalahannya. Bahkan ia saja belum tentu bisa memaafkan dirinya sendiri.

"Saya kecewa sama kamu! Sangat kecewa!" bentak Diana dengan sorot tajamnya.

"Na, udah." ujar Rika menenangkan. Mengusap punggung temannya itu pelan.

"Tante maafin, Azka. Azka gagal jagain Syhila, Azka gagal buat jadi pelindung dia." ujar laki-laki itu tiba-tiba berlutut dihadapan Diana seperti Tasya.

"Bangun kalian! Saya kecewa sama kalian, terlebih kamu!" tunjuk Diana pada Azka dengan marahnya.

Sedangkan Alya hanya bisa menangis. Ia tidak bisa membela sang anak karna itu benar kesalahan Azka. Sedangkan Varo masih setia mendampingi sang ibu.

Laki-laki itu juga baru tahu kalau Tasya adalah bagian keluarga ini, terlebih Kakak dari Syhila. Membuatnya sedikit terkejut.

Tiba-tiba pintu ruangan terbuka. Membuat semua tangis yang bersahut-sahutan itu terhenti seketika. Semua orang dilanda cemas dan lega sekaligus.

"Keluarga pasien."

"Saya dok! Saya ibunya," Diana langsung menyambar dengan tangis yang sedari tadi tak kunjung henti. Wanita paruh baya itu langsung pulang kala mendengar bahwa sang putrinya tertembak.

Tasya, sang pelaku yang tak sengaja menembak juga tak hentinya menangis. Ia benar-benar tidak tahu kalau Egi akan menarik Syhila untuk melindungi tubuh laki-laki itu sehingga yang tertembak bukanlah Egi, melainkan Syhila.

"Gimana keadaan anak saya, dok? Dia baik-baik aja kan?" tanya Diana beruntung.

Dokter yang kala waktu itu menangani keadaan Syhila pun menghela nafas kasar. "Pasein kehilangan banyak darah, dan beruntungnya kami masih memilih stok darah yang sama saat ini, tapi.."

"Tapi apa, dok?" tanya Diana tak sabaran.

"Syhila belum memberitahu anda?" dokter itu malah balik bertanya.

Semuanya dibuat bingung dan khawatir bersamaan. Diana pun menggeleng pelan menjawab pertanyaan sang dokter.

"Syhila mengidap leukimia atau kanker darah stadium 3, ko--

"GAK MUNGKIN! ANAK SAYA BAIK-BAIK AJA!" Diana sudah terlebih dahulu berteriak dan menyela kalimat sang dokter.

"Gak mungkin! Syhila, gak mungkin!"

ASYHILA(COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang