🌼Asyhila🌼70

20.2K 1.3K 119
                                    

Happy reading✨

Apapun yang terjadi, aku tidak akan pergi. Karna yang ku katakan bukan sekedar janji, tapi sebuah bukti.
.
.
Asyhila.


Sinar matahari menyelusup masuk ke celah-celah gorden berwarna putih terang itu. Mata yang awalnya sangat berat untuk terbuka kini perlahan terbuka, menyesuaikan cahaya terang yang masuk dari celah-celah tirai itu.

Dengan keadaan masih terbaring lemas dikasur. Entah apa yang tengah gadis itu pikirkan. Ia tiba-tiba tersenyum.

"Ini cuma mimpi, aku bener ini cuma mimpi." gumam gadis itu kemudian bangkit dan duduk diatas kasurnya.

"I-ini, pasti cuma mimpi. Ya, mimpi buruk, aku yakin itu," racau gadis itu tersenyum senang. Namun, entah kenapa air matanya kembali lolos.

Ingatannya kembali berputar pada malam tadi. Kemudian gadis itu lantas menggeleng tegas. "Iya! Itu cuma mimpi! Mimpi buruk! Kak Azka gak mungkin bilang itu, enggak!" gadis itu tiba-tiba menjerit dan memeluk tubuhnya yang tengah bergetar hebat itu.

Katakan padanya, bahwa ini hanyalah mimpi. Bilang bahwa semuanya hanya mimpii!

"Syhila!" teriak Diana khawatir dari arah pintu.

Wanita paruh baya itu panik saat mendengar anak gadisnya menjerit saking kerasnya.

"Bunda, bunda. Syhila sama Kak Azka gak putus kan? Iya, kan?" cecar Syhila menggoyang-goyangkan tubuh Diana.

"Sayang, sstt.. Tenang ini bunda." ujar Diana mendekap erat anak gadisnya. Air mata Diana lolos. Ia tahu semuanya. Semua apa yang disembunyikan oleh anak gadisnya ini, Hans lah yang sudah menceritakannya.

"Bunda, Kak Azka udah jemput Syhila ya? Astaga, ini udah pagi. Pasti Kak Azka udah nunggu Syhila." racau gadis itu kembali kala tak sengaja melirik jam diatas dinding.

"Syhila tenang! Azka gak ada disini! Dan, dia gak bakalan pernah kesini lagi." tegas Diana menatap sedih anaknya.

Syhila lantas menggeleng. "Enggak! Kak Azka pasti kesini! Dia pacar aku, dia masih pacar aku!" kata Syhila menangis pedih.

"Kak Azka pasti date--

"SYHILA!"

Tangis gadis itu semakin pecah kala Diana membentaknya. Diana langsung memeluk Syhila. Sungguh, ia tidak bermaksud membentak Syhila, namun kalau bukan seperti ini pasti Syhila akan terus meracau memanggil nama Azka.

"Hiks... Ternyata i-ini bukan mimpi ya, bun?" tanya gadis itu terisak.

"Lupain sayang. Anak bunda kuat." bisik Diana memeluk Syhila erat. Demi apapun ia tidak sanggup melihat anak gadisnya yang sangat terlihat rapuh ini.

Syhila semakin menangis. Ia pikir semuanya hanya mimpi, mimpi buruk yang menyeramkan.

"Syhila salah apa, bun? Syhila salah apa? Kenapa tiba-tiba Kak Azka mau ninggalin, Syhila." ujar Syhila semakin memeluk Diana erat.

"Bukan kamu sayang. Tapi emang dia orang yang gak pantes buat kamu, lupain semuanya. Bunda dukung kamu." ujar Diana mengusap lembut rambut Syhila.

Syhila tiba-tiba langsung melepaskan pelukan itu. "Gak akan, Syhila gak akan pernah lupain Kak Azka!" tegas gadis itu menghapus air matanya kasar.

Diana menatap anak gadisnya dengan raut bingung. Apakah Syhila tidak sakit hati.

"Percuma kamu pertahain dia kalau dia gak akan pertahanin kamu balik. Lupain semuanya, dia gak pantes buat kamu." ujar Diana memberi nasehat.

ASYHILA(COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang