🌼Asyhila🌼24

22.9K 1.5K 46
                                    

Happy reading✨

Ketidakpedulian ku ada alasannya. Karna aku tidak ingin lagi merasakan apa yang dinamakan bahagia sementara bukan selamanya.
.
.
Azka


Entah sudah berapa kali laki-laki itu bergumam tak jelas dengan perasaan yang tidak enak.

Sejak sore saat ia secara tidak langsung mengusir gadis itu, pikiran laki-laki itu mulai berkelana. Mengapa juga ia harus pusing? Mengapa harus merasa bersalah? Mengapa harus tidak enak hati dan mengapa...mengapa.

Saat bersama Tika pun, sampai mereka ketempat tujuan yang dituju laki-laki tidak berkonsentrasi dan lebih banyak melalum saja.

Rasanya kepalanya ingin pecah detik ini juga.

Memilih beranjak, laki-laki itu membuka pintu kamar balkonnya dan berdiri dipagar pembatas sambil memejamkan matanya.

Dan, seketika hembusan angin malam menerpa wajah cowok itu. Laki-laki itu memejamkan matanya rapat, berharap masalah yang bersarang dikepalanya akan hangus sekarang juga terbawa oleh hembusan angin malam.

"Gue kenapa?" decak laki-laki itu kesal. Bahkan laki-laki itu tak sadar bahwa ia mencengkram erat pagar pembatas didepannya.

Pintu kamar terbuka, memperlihatkan sang Mama yang masuk dengan tatapan mengintimidasi. Memilih masuk, laki-laki itu berniat menghampiri sang Mama.

"Mama kenapa? Tum--

"Mama gak pernah ngajarin kamu jadi laki-laki yang gak bertanggung jawab." sederet kalimat itu lantas mengurungkan niat Azka untuk bertanya. Alya mengatakan itu dengan tegas namun masih bernada lembut.

Alya memang memaklumi sifa anak bungsungnya ini. Namun, jika anaknya sudah melalaikan tanggung jawab menjadi seorang laki-laki Alya harus tegas menasehatinya.

"Mama kenapa?" tanya Azka kebingungan. Alya masuk dan tiba-tiba berkata demikian membuatnya kebingungan.

Alya berdecak kesal. Mengapa anaknya ini sangat lelet dalam berpikir.

"Pas sore, kenapa kamu biarin Syhila pulang sendiri? Harusnya kamu anterin dia." ujar Alya menyuarakan sedikit kekesalannya.

Sekarang Azka paham mengapa sang ibu mengomelinya seperti ini.

Jujur saja, Azka pun merasa bersalah tapi ia benar-benar tidak bisa menolak Tika waktu itu.

"Azka ada urusan sama Tika, Ma." jawab Azka sekenanya.

Alya berdecak."Dan mengabaikan tanggung jawab kamu? Kamu yang bawa dia kesini dan harusnya kamu juga yang nganterin dia pulang." kata Alya menatap Azka sebal.

"Mama tau kan, Azka nemenin Tika ke maka--

"Iya tau, tapi kamu gak harus ngusir Syhila juga kan? Kamu bisa nyuruh Tika nunggu sebentar buat pergi." kata Alya sedikit pusing menghadapi Azka.

Azka menghela nafas kasar. Jika sang ibu sudah seperti ini Azka tidak bisa berbuat apa-apa lagi, selain mendengarkannya dan menurut.

"Gimana kalau Syhila kenapa-napa dijalan? Kamu sih, Mama kesel sama kamu." rajuk Alya melipat tangan didada.

Azka mengulum senyum. Sang ibu jika sudah marah mirip anak gadis saja, pikir laki-laki itu.

"Kenapa ketawa? Gak ada yang lucu." omel Alya menatap kesal Azka.

Azka mendekat menarik Alya kedalam pelukannya. "Maafin Azka, Ma. Azka salah." gumam Azka.

Alya mengurai pelukannya, menatap Azka dengan tatapan menyelidik. "Beneran?" tanya Alya memastikan.

ASYHILA(COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang