54

5K 655 90
                                    

Jangan lupa vote and comment. 












"Lo yakin gak mau gue bantuin beres-beres?" Gue cuma ngegelengin kepala sebagai jawaban atas tawaran bang Mingyu dan kembali mengecek apa ada barang gue yang belum keangkut. Hari ini gue udah pindahan ke apartemen gue. Apartemen yang gue beli setahun lalu pas gue masih di Belanda dengan duit tabungan gue.

Gue udah pindah dari apartemen Eunwoo. Gue gak enak ke mbak Chaeyeon kalau terus-terusan satu atap sama Eunwoo. Ya, Eunwoo bersedia buat mempertanggungjawabkan perbuatannya semalem. Kita banyak intropeksi dan saling mencurahkan isi hati semalem.

Untuk terakhir kalinya Eunwoo minta gue temenin dia tidur semalem. Cuma tidur ya gak lebih. Gue gak berani sejauh itu sama cowok yang bukan jadi suami gueTadi pagi setelah gue selesai masakin dia, gue pamit buat pindah dan Eunwoo pun gak punya alasan buat cegah hal itu. 

"Thanks ya udah bantuin gue pindahan. Sorry juga waktunya harus malem. Gue baru bisa keluar kantor jam segini soalnya." Tentu aja gue minta bantuan bang Mingyu karena dia rumahnya deket sini. 

"Hee, coba duduk sini. Gue pengen bicara sama lo." Gue menghentikan kegiatan mengecek barang gue dan beranjak untuk duduk di sofa yang diduduki sama bang Mingyu.

"Kenapa bang?" Bang Mingyu ngehela nafas berat. Gue kayaknya dan bang Mingyu emang punya tabiat yang sama persis yaitu menghela nafas sebelum ngomong hal yang menurut kita memberatkan kita.

"Dua kali gue bikin lo sakit hati." Oke gue paham kemana arah pembicaraan ini.

"Ini bukan salah lo bang, sumpah. Gak ada sangkut pautnya sama lo."

"Tapi gue yang buat lo kenal Jaehyun, Eunwoo dan Chaeyeon. Gue merasa berdosa sama lo Hee. Gue gak becus jagain lo sebagai adek gue. Sahabat-sahabat gue sendiri yang terus-terusan nyakitin lo." Bang Mingyu keliatan ngerasa bersalah banget bahkan dia juga mulai nangis.

"Udah deh bang. Ini bukan salah lo. Guenya aja yang bego ngambil keputusan tanpa harus berpikir, tapi semuanya ada hikmahnya kok. Kalau gue gak salah paham ke Jaehyun, gue gak bakal berani ambil beasiswa gue ke Leiden." Sebisa mungkin gue mencoba tersenyum untuk abang gue ini.

Senyuman yang memang tulus gue berikan karena rasanya gue baru saja terlepas dari sebuah jeratan kehidupan menyedihkan gue. Jujur aja sih selama ini gue merasa ada hal yang menyesakkan dari dalam diri gue. Sejak gue berpisah dari Eunwoo rasanya hal menyesakkan itu lenyap seketika.

"Sejak kecil lo itu adek gue. Lo, Jungwoo dan Jeno adalah orang yang gak bikin gue merasa kesepian di masa kecil gue. Gue gak bisa liat oranglain nyakitin kalian terutama lo. Princess kesayangan kita semua bahkan papa sama mama kayaknya lebih sayang lo dibanding gue"

"Yaiyalah lebih sayang gue. Gue kan paket komplit siapa sih yang gak sayang sama gue?" Ledek gue. Bang Mingyu pun ikut ketawa pelan karena ucapan gue.

"Lo emang pantes disayangin sampe dua sahabat gue ngerebutin lo." Gue tersenyum kemudian memandang keluar jendela. Ruang tengah emang langsung ngadep ke jendela jadi sekarang gue bisa liat pemandangan kota Surabaya yang penuh gemerlap lampu.

"Gue serakah ya sampe nyakitin oranglain? Andai aja gue tau lebih cepat pasti mbak Chaeyeon dan anaknya gak perlu melalui masa-masa berat."

"Hee, lo gak salah ini murni ......,"

"Untuk mbak Chaeyeon mungkin bukan sepenuhnya salah gue, tapi untuk Jaehyun? Ini sepenuhnya salah gue."

"Jaehyun pasti sangat berarti buat lo ya? Sorry karena gue misahin kalian berdua."

"Udah ah sedih-sedihannya. Lo cepet balik sana. Kasian teh Janice sendirian."

"Ikut gue aja yuk Hee. Khawatir gue lo bunuh diri soalnya dua kali gagal nikah." Pengen gue geplak kepala bang Mingyu pake payung rasanya.

Kena Tilang || JJH (COMPLETED)Where stories live. Discover now