Bagian 3 : Rencana PDKT

171K 17.2K 3.1K
                                    

Jangan lupa spam next yuk biar cepet up lagii. Semangat puasanya💜💜💜

....

Jessie terdiam dikamarnya seraya membayangkan wajah Avi, lelaki yang tadi sempat berkomunikasi dengannya, dan itu perdana bagi Jessie sang pengagum Avi.

Lelaki itu sulit ditebak membuat Jessie semakin menyukai Avi. Perlahan ia mengeluarkan ponselnya dan foto lelaki itu langsung muncul karna Jessie menjadikannya wallpaper ponsel.

Jessie selama ini tidak tahu di mana Avi tinggal dan bagaimana detailnya lelaki itu. Hanya saja dia tahu Avi penyuka buku, karna lelaki itu sering sekali menghabiskan waktunya di perpustakaan sekolah.

Kini Jessie melamun, teringat suara dingin Avi masuk ke dalam telinganya. Astaga, sangat menggemaskan, dan terlebih posisi Avi saat itu sedang berada diatas motor. Betapa kerennya lelaki itu...

"Telpon Geladis ah!" baru saja ia hendak menelpon, seseorang mengetuk pintu kamarnya. Akhirnya niat Jessie untuk menelpon diurungkan, dia membuka pintu dan lelaki berpakaian formal berdiri di depan pintu kamarnya dan dia Fano, ayah Jessie.

Mata Jessie berbinar, lalu ia segera memeluk Fano.

"Uwahhh, Papa pulang! Jejes kangen tauuuuuuk," ujar Jessie seraya terus memeluk ayahnya. Fano tersenyum tipis lalu mengelus puncak kepala anaknya.

"Mau hadiah apa?" tanya Fano membuat Jessie refleks menjauhkan diri dari Fano. Ia berdeham pelan berpura-pura menampilkan wajah sedih.

"Hape Jessie udah buluq, Pa. Aduh, ditambah baju Jessie makin sempit, oh iya, Pah?! Jessie juga kehabisan sepatuuu, semua sepatu Jessie udah dipake, Jessie mau ganti lagi." Fano menatap anaknya.

"Yaudah entar Papa transfer ke rekening kamu—"

"Tapi Jessie bukan minta itu semua, Pa." Sontak Fano terdiam, entah apa yang akan di minta anak bungsunya ini, pasti hal yang akan di larang olehnya.

"Terus?"

"Jessie punya satu hadiah dari Papa yaitu...." Fano menunggu kelanjutan anak bungsunya yang mulai bertingkah dengan memundurkan langkahnya, lalu berputar seperti layaknya princess dengan gaun mewah.

"Mulai besok, Jessie tidak akan dijemput supir Papa lagi." Fano sudah yakin pasti permintaan yang tidak akan di turuti olehnya.

"Nggak akan." wajah ceria Jessie berubah murung.

"Uwahhh, Papa! Nggak boleh jawab ituuu, Jessie nggak minta Papa jawab itu," rengeknya seraya menarik lengan Fano. Diumurnya yang sudah 16, Jessie masih manja pada ayahnya.

"Terus apa pilihan kamu?"

"IYA ATAU BOLEH, itu ajaaaa," Jessie drama dengan pura-pura menangis.

"Papa nggak mau kamu pulang sendiri, sayang."

"Papaaa, umur Jessie udah 25–"

"Apaan 25."

"Belum selesai, Pa. 25 dikurang 9, Pa."

"Masih kecil." Jessie memanyunkan bibirnya.

"UDAH GEDE PAPAAAAA, Jessie tuh udah dewasa kayak Jennie blackpink, Papa mau liat Jessie ngedance? Nih yaa....hit u wanna ddu-ddu-ddu...aye aye eeee....hit u wanna ddu-ddu---"

"Udah-udah, Geladis ada di depan sama orangtuanya." Jessie melongo.

"Ada Geladis, Pa?"

"Iya. Papa jadi lupa ngasih tau."

"Soal tadi, boleh kan, Pa? Boleh dong. Kalo nggak boleh Jessie mau gantung."

"Gantung apa?" refleks Fano menoleh.

Jessie (SELESAI)Where stories live. Discover now