Bagian 33 : Pria cabul

83K 12.1K 7.4K
                                    

Spam tiap paragraf ya guys

Gak lama kan?

Let's go kita main peek a boo👀

•••

Keesokan paginya, tepat hari minggu Asya dan Fano memutuskan untuk pergi ke acara keluarga dan Jessie memilih untuk di rumah saja, atau lebih tepatnya dia sedang kacau. Untuk bertemu nenek dan kakeknya atau bahkan kakaknya dia tidak sanggup.

Asya dan Fano membiarkan Jessie sendiri, toh dirumah ada ibu dan bapak, atau lebih tepatnya pelayan di rumahnya. Pukul 9 pagi, Jessie sudah siap dengan pakaian santainya, di weekend ini ia ingin menghabiskan waktunya bersama dengan Avi, dan Avi juga menyuruhnya untuk ke apartemen lelaki itu.

Sesampainya di sana, senyum Avi mengembang, demi apapun lelaki itu sangat merindukan Jessie, hanya sapa menyapa lewat internet tidak membuat Avi puas, saat Jessie sudah benar-benar berada di dalam apartemen lelaki itu, Jessie melepaskan jaketnya begitu pun tas kecil yang di bawa olehnya.

"Cuacanya lagi cerah banget tau, Kak. Kakak nggak mau keluar?" Tawar Jessie, Avi tersenyum lalu menggeleng.

"Aku lagi gamau keluar."

"Hm, ya udah gapapa," jawab Jessie lalu Avi ke dapur untuk membuatkan makanan, sedangkan Jessie langsung menyalakan TV agar suasana tidak begitu hening.

Saat sedang menonton, Jessie terkejut dengan munculnya berita aneh, tidak bukan berita aneh melainkan berita tentang Kakak kelasnya.

"Saya ngerasa bunuh diri anak saya di rekayasa, Pak. Anak saya nggak mungkin melakukan itu, dia anak yang ceria—"

"Kenapa ibu begitu yakin?"

"Karna kejadiannya itu sangat tidak wajar, anak saya sebelumnya masih tertawa bersama saudaranya, dan tidak ada tanda-tanda anak saya depresi."

Jessie tahu itu ibu dari Rehan kakak kelasnya, kematian kakak kelasnya sampai masuk berita pagi hari, tiba-tiba saja TV di matikan sepihak oleh Avi membuat Jessie menoleh.

"Kok di matiin?"

"Gausah nonton yang tegang-tegang."

"Hm tapi kakak tadi tahu kan siapa yang di beritain?" Tanya Jessie, Avi menggeleng.

"Gatau, tapi gasuka aja denger-denger suara nangis." Jessie menghela napasnya pelan lalu mulai mengambil semangkok sup yang Avi bawakan untuknya.

"Kak Avi, kakak ngerasa aneh nggak sih? Hm maksud Jessie, pas kita habis di ganggu sama kak Rehan, terus besoknya kak Rehan bunuh diri?" Tanya Jessie memberanikan diri, Avi menghela napasnya lalu menatap mata Naya.

"Dia stres."

"Kak Avi tau dari mana?"

"Apalagi yang orang lakuin untuk bunuh diri kalo nggak dia stres atau putus asa? Kamu nggak liat muka dia kemarin waktu habis nonjokin aku? Dia kayak puas banget."

"Hm apa karna dia dendam sama kak Avi? Terus sehabis mukulin kak Avi dia langsung bunuh diri? Astaga ngeri banget." Avi menatap Jessie lalu mengangkat tangannya untuk mencubit hidung Jessie.

"Gausah sok tau."

"Nebak kak, seru aja haha." Keduanya sibuk makan, namun tiba-tiba saja Jessie kembali ingin melayangkan pertanyaan pada Avi.

"Kak Avi, hm kak Avi kok jarang sekolah ya sekarang?" Tanya Jessie, Avi terdiam sejenak lalu kembali menunduk untuk memakan-makanannya.

"Nggak enak badan." Jessie terdiam seraya menatap lelaki itu, lalu Avi tiba-tiba saja memegang dadanya dan juga kepalanya membuat Jessie refleks bangun.

Jessie (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang