Bagian 38 : hidup bersama

77.6K 12.2K 13.5K
                                    

Kenapa harus pusing sih? Padahal simpel tau nyimpulinnya wkwk, baiklah biar paham, baca terus sampai ending ya guys! Love u:)

Komen tiap paragraf siap? Gass

Happy Reading!

••••

Selama pelajaran akhir,  ilmu Jessie sama sekali tidak masuk ke dalam otaknya, demi apapun Jessie tidak bisa berpikir jernih saat ini, otaknya masih berkelana memikirkan Avi dan Avi, Avior Stevano, Jessie mencoba mengingat-ingat apakah ia pernah bertemu.

Jessie menghela napasnya, bahkan ia bisa sampai tertipu, jelas keduanya kembar identik, Jessie benar-benar tidak bisa membedakan antara Avior Erlando dan Avior Stevano. Tapi kenapa soal Avi yang mempunyai kembaran tidak di ketahui oleh sekolah? Apa Avi menyembunyikannya?

Dan yang membuat Jessie menghela napasnya karna akhirnya bel pulang sekolah berbunyi membuatnya terbebas dari sekolah, Jessie ingin istirahat, kepalanya benar-benar sakit dan bahkan ia tidak tahu sekarang sedang apa dan mengapa.

Rasanya memang tidak percaya, tidak percaya jika tidak keduanya bertemu dengan Jessie langsung, Jessie juga tidak tahu harus percaya pada siapa.

"Jess, udah pulang, mau gue anter?" Tawar Geladis, Jessie tersadar lalu menggeleng.

"Gue balik sendiri aja."

"Lo baik-baik aja, Jes?" Jessie menelan salivanya lalu mengangguk dengan terpaksa.

"Hm kayaknya gue lagi sakit deh, makanya gue mau cepet-cepet pulang hehe, ya udah ya, Dis." Geladis mengangguk ragu lalu membiarkan Jessie pergi.

Lain dengan Jessie yang melihat motor Avi keluar dari parkiran sekolah, ia terdiam sejenak lalu tak terasa air matanya menetes membuat Jessie dengan cepat menghapus air matanya lalu melangkahkan kakinya keluar sekolah dan berjalan di trotoar.

Saat di jalan tak terasa air matanya mengalir, rasanya benar-benar tidak percaya dengan apa yang terjadi dengan kisah percintaannya, kenapa bisa serumit ini? Apakah semua orang yang merasakan cinta melewati seperti yang Jessie alami?

Sedang menangis sesegukan, seseorang datang dengan motornya dan menepikan di pinggir dekatnya. Jessie menoleh dan ternyata Avi, saat melihat motornya bahkan sama persis dengan Avi yang keluar dari parkiran tadi.

"Jessie? Kamu kenapa?" Avi dengan cepat melepas helmetnya dan segera turun dari motor, saat Avi hendak memegang tangan Jessie, Jessie langsung menepisnya.

"Gue nggak papa."

"Kamu kenapa? Siapa yang nyakitin kamu?" Tanya Avi lagi memaksa Jessie untuk membalikkan tubuhnya, dengan cepat Jessie mendorong Avi.

"Lepas! Gausah lo pegang-pegang gue!" Ancam Jessie dengan derai air mata.

Avi terkejut dengan respon Jessie.

"Gausah lagi muncul di kehidupan gue, gue nggak mau ada lo lagi," lirih Jessie terasa sangat menyakitkan di hati Avi.

"Jessie—"

"Lo Avi yang mana? Gue bahkan gatau bedanya lo sama Avi yang di sekolah." Avi seketika tersentak.

"Kenapa? Lo kaget gue tau?"

"Kamu ngomong apa sih."

"Gue ngomong, mau sampai kapan lo pura-pura jadi Avior Erlando? Mengatas namakan cinta, tapi semuanya bohong!" Saat Avi hendak memegang tangan Jessie, Jessie langsung mengambil tangan Avi.

"Avior Erlando nggak pernah pakai jam tangan," gumam Jessie seraya menatap tangan Avi. Avi benar-benar tidak percaya dengan apa yang terjadi saat ini.

Jessie (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang