Bagian 34 : dia masuk

76.7K 12.2K 9.3K
                                    

Spam komen ya

Selamat membaca

••••

Jessie terdiam di kelas, ia menatap sekitar kelasnya yang begitu hening, hanya ada suara guru yang sedang menjelaskan pelajaran, Jessie tiba-tiba saja teringat hal mengerikan tadi, banyak polisi, dan orang-orang yang mengumpul untuk melihat pria itu.

"Jes," panggil Geladis membuat Jessie sontak menoleh.

"Apa?" Balas Jessie berbisik sebab jika ketahuan nanti bisa gawat oleh guru.

"Serem banget ya suasana pagi, lo liat nggak tadi pagi rame depan sekolah?" Jessie dengan ragu mengangguk.

"Gue gangerti kenapa sekarang banyak yang mati," ucap Geladis lagi, dia memainkan pulpennya lalu menatap ke penjuru kelas.

"Dis, gue takut," ucap Jessie pelan.

"Kenapa?" Tanya Geladis.

"Gue...kemaren ketemu sama cowok itu. Cowok yang di temuin tewas deket sekolah," dan Geladis melongo lalu mengatup mulutnya yang menganga sebab terkejut.

"Serius, Jessie?"

"Demi Tuhan. Cowok yang mati itu, dia gangguin gue, te-terus—orang misterius itu dateng dan dia mukul kepala cowok yang mati itu," jelas Jessie membuat Geladis benar-benar terkejut.

"Jes. Demi apa Jes?" Jessie memejamkan matanya lalu mengangguk.

"Sumpah."

"Lo beneran gak salah liat? Atau salah orang gitu?"

"Itu beneran cowok yang gangguin gue kemaren, bener-bener dia, 100% gue yakin, Dis."

"Kehidupan lo dalam bahaya, Jessie." Keduanya terdiam dengan pikiran masing-masing, benar kata Geladis, hidupnya sedang dalam bahaya, dan ia masih santai-santainya untuk tidak membawa apapun dalam tasnya ketika berpergian.

Cowok itu mengincarnya, lelaki itu menginginkannya, apa yang harus Jessie lakukan. Jessie bingung, hanya karna ada orang di sekitar Jessie yang mengganggunya dan lelaki itu langsung maju untuk melakukan pembenaran. Ya bagi dia membunuh adalah pembenaran.

Lelaki itu gila.

"Jes," panggil Geladis sesaat ia melamun dan akhirnya tersadar.

"Hah? Iya."

"Ayo ke kantin." Jessie mengangguk lalu mengikuti langkah Geladis menuju kantin, dan yah Jessie bertemu dengan Avi, dan lelaki itu hanya menatapnya datar, tatapan yang pertama kali Jessie mengetahui keberadaan Avi.

Lelaki itu membawa sebotol air dan kembali pergi, entah mengapa ia merasa aneh dengan Avi, entahlah mungkin hanya perasaannya saja.

Otak Jessie berpikir keras saat melihat tatapan Avi. Astaga entahlah apa yang dipikirkannya, Jessie langsung melayangkan sendok dan memukul kepalanya membuat Geladis terkejut.

"Jes, gue takut lo kenapa-kenapa. Please jangan banyak pikiran." Jessie menghela napasnya.

"Gimana gue nggak banyak pikiran? Semua orang disekitar gue, kejadian aneh, orang misterius, pacar gue bahkan sampe bang Liam, semuanya selalu ada di pikiran gue. Di saat gue mau berhenti buat mikirin itu, otak gue terus bekerja."

"Hm gue ragu mau ngomongnya, ta-tapi..."

"Kenapa?" Potong Jessie dengan tatapan datar.

"Kita ke psikiater ya?" Tawar Geladis membuat Jessie tertawa.

"Maksud lo—"

"Jess, please. Coba, gue takut selama ini lo cuma mengkhayal, semua itu cuma gangguan kecemasan aja."

Jessie (SELESAI)Where stories live. Discover now