Bagian 40 : Pasrah

71.3K 11.5K 6.3K
                                    

Lama ya ga update hehe, mari kita liat Jessie selama bersama Avi:)

Jangan lupa komen tiap paragraf yaaaa💚💚💚💗

Love u guys!

***

Avi duduk di atas kasur seraya menatap ponselnya yang penuh dengan telpon, bahkan pesan yang di kirimkan ibunya dan kakaknya. Avi sudah tahu akan seperti, akan berakhir dengan penculikan.

Avi bahkan sudah tidak tinggal di apartemen dulu lagi, dia membawa Jessie ke tempat yang jarang di temukan orang atau lebih tepatnya terpencil. Ya, bahkan untuk menyembunyikan Jessie, Avi sudah merencanakannya jauh-jauh hari. Avi merasakan kepalanya sakit karna terlalu banyak memikirkan sesuatu bahkan sampai dia melupakan obatnya.

Dengan cepat dia melangkahkan kakinya menuju kamar mandi dan membuka lemari kaca lalu mengambil obatnya dan segera menelannya di bantu oleh air.

Seketika Avi teringat Jessie, sekarang sudah menunjukkan pukul 11 malam, dan Avi jadi memikirkan bagaimana keadaan gadis itu sekarang. Karna merasa keterlaluan, Avi dengan cepat menghampiri ruangan di mana Jessie di ikat di sana. Sesampainya di sana Avi melihat Jessie tengah tertidur dengan mata sembab.

Terlihat sangat menyedihkan dengan tangan terikat, rasanya Avi tidak tega melihatnya, namun jika dia melepaskannya, entah apa yang akan di lakukan Jessie.

Perlahan Avi membuka ikatan tangan Jessie, sangking pulasnya Jessie tidak terganggu sama sekali tidurnya. Avi tersenyum lalu segera menggendong Jessie menuju kamarnya. Saat Avi hendak meletakkan Jessie, Jessie terbangun.

Dengan cepat Avi mengikat kembali tangan Jessie di penyangga kasur membuat Jessie terpekik.

"LEPAS!!!"

Avi tetap mengikatnya sampai Avi melihat pergelangan tangan Jessie yang terkelupas karna tergores tali tambang yang kasar.

"Lo mau apain gue? Lo mau lecehin gue? Belum cukup lo nyulik—" Jessie menghentikan kalimatnya saat melihat air mata Avi keluar. Lelaki itu terisak seraya menatap pergelangan tangan Jessie.

"Pasti sakit," gumam Avi seraya menatap tangannya.

"Lo penyebabnya!" Pekik Jessie.

"Maafin aku, Jessie." Suara lirih yang di keluarkan Avi membuat jantung Jessie berdetak tidak karuan, Avi menangis hanya karna tangannya terluka?

"Aku gamau kayak gini, aku juga gamau kamu sampe begini," ucap Avi lalu membiarkan satu tangan Jessie bebas dan satunya terikat.

"Kenapa lo nangis? Bukannya ini yang lo mau? Nyakitin gue," ujar Jessie dengan nada bergetar. Avi menunduk seraya mengusap bekas air matanya.

"Engga, aku gamau kamu terluka sedikit pun, aku gatau kenapa aku bisa sebegitu takutnya kamu pergi, Jessie. Aku takut banget sampe aku nggak bisa kontrol semuanya," gumam Avi merasakan sedih karna tidak suka melihat luka di tubuh Jessie.

"Gue gak kesakitan," balas Jessie sedikit lunak karna melihat raut Avi.

"Aku salah," ucap Avi lagi seraya menunduk, tiba-tiba saja tangan Jessie terangkat hendak mengelus rambut Avi, namun dengan cepat ia tersadar dengan apa yang akan di lakukannya. Apa hatinya masih menyukai lelaki ini? Jelas-jelas nyawanya sekarang dalam bahaya.

"Intinya gue gapapa, gausah lebay! Kalo lo emang gamau nyakitin gue, lepasin gue sekarang," ucap Jessie sarkas. Avi menghapus air matanya, lalu Avi membuka nakasnya dan mengambil pisau lalu menggoreskan ke tangannya. Mata Jessie melotot lalu segera mencoba melepaskan satu tangannya lagi.

"Gila! Jangan gila, ck!" Jessie akhirnya terlepas dan segera merebut pisau lipat tersebut dan membuangnya sembarangan.

"Lo bener-bener bego! Ah berdarah," Jessie meringis melihat darah yang keluar dari tangan Avi.

Jessie (SELESAI)Where stories live. Discover now