Bagian 44 : Bebas

72.7K 11.5K 14.1K
                                    

Hai guys back lagi!!!

Harus dengerin lagu di mulmed, pas bgt sama part ini btw,

Oh iya, bacanya santai aja gaes, coba di pahami yaa, dan thank u bgt buat yg support terus cerita ini💗

Siap baca?!

Gasssss💗 jangan lupa spam komen💗

••••

Jessie menatap jam yang sudah menunjukkan pukul 10 malam, dan mereka ingin mengadakan dansa malam. Avi menyuruhnya memakai dress putih yang pernah di berikan Avi sebelum lelaki itu menculiknya, dan Jessie dengan cepat meminta menunggu dan ia mengganti bajunya di kamar lelaki itu. Avi mengiyakan saja tanpa curiga sedikit pun, padahal Jessie sedang merencanakan sesuatu.

Jessie dengan cepat masuk ke dalam kamar Avi dan tidak lupa juga untuk menguncinya. Jessie menatap kamar Avi, beberapa hari ini yang awalnya ia rasa sangat membenci Avi, tapi lama-kelamaan terasa nyaman karna lelaki itu tidak memperlakukannya dengan buruk di sini. Bahkan Jessie seperti di manjakan oleh lelaki itu dengan di berikan apapun.

Sampai akhirnya Jessie telah mengganti bajunya, ia menatap nakas Avi, demi apapun jantungnya berdetak tidak karuan. Rasanya benar-benar membutuhkan nyali besar untuk melakukan ini. Dan Jessie mencoba menarik napasnya dalam-dalam lalu membuangnya.

"Gue harus pergi dari sini," gumam Jessie pelan lalu dengan hati-hati ia membuka laci nakas dan segera mengambil ponsel lelaki itu. Demi apapun jantung Jessie berdetak tidak karuan, ia dengan cepat mengetikkan nomor Fano yang untungnya dia hafal nomor Asya dan Fano.

08xxx

Pah ini Jessie, lacak skrg lokasinya, Pah.

Saat Jessie hendak mengirimkan pesannya, pintu di ketuk membuat Jessie merasakan dadanya bergemuruh.

"Jessie? Udah selesai ganti bajunya?" Tanya Avi dari balik pintu, dengan cepat Jessie menstabilkan dirinya dan mengatur napasnya agar tidak terdengar seperti tengah menyembunyikan sesuatu.

"Bentar," ucap Jessie.

"Oke, aku tunggu di ruang tamu ya," balas Avi lalu terdengar langkah kaki menjauh.

Jessie bernapas lega dan segera mengirimnya meski hatinya menolak, namun ini bukan cinta, demi apapun ini sama sekali tidak benar. Setelah benar-benar terkirim, Jessie segera menghapus pesan tersebut, dan kembali mematikan ponsel Avi lalu meletakkannya dengan hati-hati di dalam laci nakas.

Ini pilihan terbaik, demi kebaikan kita berdua, batin Jessie lalu segera melangkahkan kakinya keluar kamar Avi. Sesampainya di ruang tamu, Avi terkejut dengan dress yang Jessie pakai, walaupun tidak ada make up, Jessie tetap terlihat cantik apa-adanya.

"Dress yang kamu impikan bener-bener cantik," ucap Avi menyambutnya, Jessie mengangguk.

"Kamu kok keringetan?" Tanya Avi saat Jessie mendekat, jelaslah Jessie keringetan sekaligus deg-degan karna takut Avi tahu bahwa ia memberikan titik tempat di mana Avi dan Jessie berada.

"Kenapa harus jam 10?" Tanya Jessie hati-hati seraya mencoba memegang bahu lelaki itu untuk posisi dansa.

"Karna aku suka malam hari," jawab Avi seraya tersenyum miring, sedangkan Jessie merasakan aura mengerikan saat Avi mengatakannya.

Lain dengan Fano yang langsung bergegas saat mendapat pesan dari Jessie, Fano dengan pintar tidak menjawab pesan tersebut, dia dengan segera mengerahkan pasukan anak buahnya serta kepolisian untuk menyerbu tempat di mana Jessie di sembunyikan.

Liam menatap Fano yang terlihat sangat khawatir, sebenarnya lelaki itu khawatir, tapi ia tidak mau terlihat jelas karna takut memperkeruh keadaan. Liam tahu jelas kelakuan Avi, lelaki itu yang ingin mencelakakannya karna terus berdekatan dengan Jessie.

Jessie (SELESAI)Where stories live. Discover now