Bagian 30 : Di intai

77.3K 11.8K 5.2K
                                    

Jessie menatap ponselnya, hampir jam 11 malam lewat, Avi tidak memberinya kabar sedikit pun, bahkan Jessie juga sudah spam chat, tapi ponsel Avi tidak aktif.

"Astaga, kalo kak Avi masih di gang sepi itu gimana? Kalo kak Avi mati—" Jessie langsung memukul mulutnya yang berbicara sembarangan.

"Gue harus posthink, mungkin kak Avi lagi dirawat di rumah—" mata Jessie kembali membulat membayangkan Avi di apartemen sendiri dengan luka lebam seperti itu. Demi apapun Jessie khawatir.

Ia menatap sekitar kamarnya, tidak lama ia merasakan aura yang tidak enak, Jessie menoleh ke Jendela kamarnya. Lalu Jessie merasakan ada seseorang yang ingin membukanya dari luar. Refleks matanya membulat, Jessie menatap letak pintunya yang agak jauh, terlebih ia menguncinya beberapa kali.

Dan sebentar lagi Jendela akan terbuka, mencoba berpikir keras akhirnya Jessie menahan jendelanya. Ia memejamkan matanya seraya terus menahan jendelanya.

Keduanya saling menempel di jendela, iya. Orang tersebut dan Jessie yang tengah menahan jendelanya.

"Are u scared?" Suara berat itu memasuki telinga Jessie. Jessie merasakan bulu kuduknya meremang.

"Ka...mu..siapa?" Tanya Jessie bersuara. Jessie jelas tidak melihat orang tersebut. Tetapi ia bisa merasakan bahwa seseorang tersebut ada di depannya persis meski terhalang jendela.

"Shadow." Jessie mencoba untuk menghilang rasa takutnya.

"Punya urusan apa lo sama gue? Kenapa lo ganggu gue terus? Kenapa?"

"Nope. I just wanna see ur face. Cause—" Jessie merasakan lelaki itu mendekat meski terhalang oleh Jendela.

"Kamu cantik." Jessie melotot saat mendengarnya, suara yang tidak asing namun tetap mengerikan. Jessie mundur dan berlari menuju pintunya. Beberapa kali ia mencoba untuk membuka pintu dan akhirnya terbuka. Jessie keluar lalu berlari menuju ruang bawah, dan suasana rumah sudah sepi karna orang-orang rumah sudah tertidur.

Jessie berlari menuju bawah untuk melihat siapa orangnya, dan saat melihat ke jendela kamarnya yang terletak di atas, tidak di temukan apapun. Jessie menoleh ke sana kemari untuk melihat peneror tersebut, nyatanya memang lelaki itu sudah lenyap.

Jessie menghela napasnya panjang. Namun ia teringat betul suara berat tersebut. Seperti pernah mendengar tetapi agak sedikit asing. Dengan cepat Jessie masuk ke dalam rumahnya.

Lain dengan orang tersebut yang keluar dari semak-semak dengan pakaian serba hitam begitu pun wajah yang ditutup masker beserta topi. Mata tajamnya menatap pintu rumah Jessie.

Namun sebelum benar-benar loncat dari lantai dua, lelaki itu sudah memberi Jessie sesuatu yang akan Jessie lihat nanti.

***

"Bunuh diri? Demi apa anjir gue nggak ngerti lagi, kenapa di sekolah kita banyak yang bunuh diri?" Pertanyaan itu keluar dari mulut Safira, lain dengan Jessie yang termenung sendiri. Sekolahnya kembali di gemparkan dengan berita kakak kelasnya bunuh diri.

Dan kakak kelasnya tersebut adalah, Rehan. Ya dia ditemukan gantung diri di kamarnya. Dan yang paling mengerikannya lagi, semalam Jessie menemukan surat dan berisikan :

Siapapun yang mencoba membuatmu sedih, marah, dan...tersakiti, akan kubuat dia menyesal. And i hope u happy for the news tomorrow, bby.

Ithinkiloveu

"Jes, lo nggak papa?" Tanya Geladis seraya memegang dahi Jessie yang panas.

"Lo sakit?"

"Hm, gapapa kok, gue cuma kurang tidur. Lo mau nemenin gue ke UKS nggak, Dis?" Tanya Jessie, Geladis refleks mengangguk.

Jessie (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang