Bagian 41 : Nyaman?

68.3K 11.1K 7K
                                    

Hai lama yaa? Thank u bgt buat yg baca cerita ini💗💗💗

Semangat semua!

Siap komen tiap paragraf, gasss💗

••••

Jessie terbangun dari tidurnya dan terkejut sudah ada seseorang di sampingnya. Dengan cepat Jessie mengecek keadaannya saat ini, untunglah pakaiannya masih lengkap, Jessie mencoba mengingat apa yang terjadi semalam.

"Udah bangun?" Jessie melotot.

"U-udah, kenapa bisa tidur bareng?" Tanya Jessie memberanikan diri, Avi mencoba berpikir.

"Gatau," jawabnya membuat Jessie menghela napasnya, ia segera menjauh dari kasur tersebut. Lalu Jessie menatap sekitar.

"Sekarang tuh udah pagi atau gimana sih? Gue gak liat sinar matahari sama sekali," ujar Jessie membuat Avi mengubah posisinya menjadi duduk.

"Kamu mau liat matahari?" Tanya Avi, dengan cepat Jessie mengangguk.

Lalu Avi mengajaknya ke tempat yang terdapat sinar matahari, dan ternyata terdapat balkon kamar, rupanya Jessie dan Avi kini berada di lantai atas. Jessie mengernyit saat melihat ke bawah, tidak terdapat satu pun orang yang lewat.

"Ini apartemen ya?" Tanya Jessie saat tangannya sudah menyentuh beso penghalang.

"Iya, cuma gak ada yang tau tempat ini," balas Avi.

"Kamu mau makan apa? Aku buatin ya?" Tanya Avi, Jessie dengan cepat menoleh.

"Aku bantuin."

Senyum Avi mengembang lalu mengajak Jessie untuk buat sarapan bersama. Demi apapun Jessie yang bodoh malah merasa nyaman dengan keadaannya saat ini.

Canda tawa mengiringi pembuatan sarapan pagi, Jessie terus mengganggu Avi begitu pun Avi sampai akhirnya Jessie sadar akan sesuatu, Jessie mengubah rautnya seusai membuat sarapan.

"Aku ke toilet dulu." Avi mengangguk mengiyakan membiarkan Jessie pergi. Jessie dengan cepat berlari menuju kamar mandi dan segera membasuh wajahnya untuk menyadarkan dirinya.

Dia tidak boleh seperti ini, semua yang terjadi adalah kesalahan, Avi adalah penjahat dan lelaki itu buronan karna telah membunuh banyak orang, jika Jessie menerima keadaannya sekarang dan bahagia bersama Avi, maka ia akan kehilangan keluarganya.

"Gue gaboleh nyaman, gue harus bisa cari cara buat keluar dari sini," gumam Jessie lalu menampar pipinya sendiri.

Lain dengan keluarga Avi yang terus menerus mencoba menghubungi Avi, begitu pun keluarga Jessie yang terus menerus mencari keberadaan Avi dan Jessie. Semua orang sibuk sekaligus sedih karna terus memikirkan anak mereka.

Dan semuanya terkejut dengan info dari kepolisian tentang seorang Avior Stefano.

"Kasus pembunuhan?" Tanya Andi, lalu semuanya mengusap wajahnya gusar, demi apapun orang yang sedang di cari adalah lelaki berumur 18 tahun, tetapi kenapa seperti psikopat yang ahli, sudah dua hari terlewatkan dan mereka belum menemukan titik terang.

Saat mendatangi apartemen Avi yang ternyata Avi sudah pindah dari sana, demi apapun akalnya bisa di bilang luar biasa, pergi tanpa meninggalkan jejak sedikit pun.

"Kita harus cepet-cepet nemuin Jessie," ucap Fano dengan nada rendah, demi apapun jika terjadi sesuatu yang tidak mengenakan atau bahkan ada luka sedikit saja pada anak kesayangannya, Fano akan membumihanguskan orang tersebut.

***

Jessie tersenyum saat Avi memberikannya es krim, astaga rasanya menyenangkan sekali saat melihat senyum Jessie, Avi ikut tersenyum.

Jessie (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang