Bagian 8 : Avi suka Jessie?

125K 16K 4.9K
                                    

Jessie masih setia memeluk Avi dari belakang, namun seketika ia terkejut saat mendengar suara dehaman seseorang.

"Udah sampe."

"Eh?" Jessie langsung segera melepaskan tangannya yang melingkar di pinggang Avi. Avi membuka helm full face nya, ia menatap Jessie datar.

"Hm, terima kasih ya kak Avi. Jessie jadi enak..." Jessie merutuki dirinya sendiri, "maksudnya...jadi gak enak gitu udah ngerepotin."

"Nggak apa-apa."

Ini kenapa aneh banget ya? Ngerasa nggak sih. Jessie berusaha menelaah sifat Avi ini, kenapa jadi lembut?!

"Hm, kak Avi..."

"Hati-hati di rumah."

"Kak Avi mau masuk? Ayooo, mampir dulu nggak apa-apa," ajak Jessie seraya menatap Avi antusias.

Avi menatap Jessie dalam membuat Jessie deg-degan setengah mati. Cuma di tatap lho, gimana pas di ajak nikah.

"Kak Avi nggak mau ya?" melihat Avi diam saja sedari tadi membuat Jessie mempertanyakannya. Tak lama Avi mengangguk.

"Boleh." demi apa rasanya ia ingin loncat indah. Dengan segera Jessie membuka pagar rumahnya. Bapak sama ibu belum pulang karna kesehatan Santi semakin memburuk, Asya, ibunya sudah menelpon di sekolah tentang bagaimana keadannya.

Jessie jawab saja jika ia ditemani Geladis, maka dari itu Asya lega mendengarnya.

Setelah membuka pagar rumah, Jessie mengajak Avi untuk memasuki pekarangan rumahnya yang besar. Setelah turun dari motor, Avi berdiri, gila banget nggak sih? Mimpi apa semalem ia sampai cowok yang di idolakannya selama hampir 1 tahun lebih akhirnya main ke rumah.

"Ayo, Kak!" Jessie membuka pintu, seketika Avi bertanya saat Jessie membukanya dengan kunci rumah.

"Nggak ada siapa-siapa?" Jessie menoleh.

"Iya hehe." Avi tidak bersuara lagi, setelahnya Jessie dan Avi masuk, Avi duduk di sofa.

"Kakak mau minum apa?" Avi menggeleng.

"Nggak usah."

"Ih kata Mama aku, kalo ada tamu tuh di kasih minum, setidaknya yang paling murahlah, hm...air putih!"

Avi memilih diam, sedangkan Jessie berjalan menuju dapur dengan perasaan berkecamuk antara senang dan ingin berteriak sekeras-kerasnya.

Jessie membawa segelas air lalu meletakkannya di meja. Ia tersenyum tipis seraya memandang wajah Avi puas. Sangat puas, sebelumnya ia hanya mampu melihat diam-diam, nunggu di hukum guru buat ke perpus, sialan emang.

"Maaf," Jessie berucap demikian membuat Avi menaikkan sebelah alisnya.

"Soal?"

"Surat dan bunga itu. Kakak pasti nggak nyaman kan?" Avi terdiam memandang Jessie.

"Enggak."

"lho?"

"Maafin gue juga. Maaf kalo gue bersikap nggak baik sama lo," ucap Avi membuat jantung Jessie berdetak keras. Woy, rasanya Jessie mau makan daging sekilo sendiri.

"Ini beneran kak Avi?"

"Iya, gue." Jessie mau teriak hua, hanya saja ia sanggup untuk menahannya.

"Kak..." Avi bangkit, lalu ia menghampiri Jessie. Hal yang tidak pernah terduga ketika Avi mengangkat tangannya lalu mengelus puncak kepala Jessie.

"Gue pamit pulang, jaga diri di rumah." Jessie tidak menyangka Avi akan berkata demikian. Saat Avi hendak pergi, Jessie langsung memeluk Avi dari belakang.

Jessie (SELESAI)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora