6. First Death

2.3K 154 34
                                    

If this can no longer resonates
No longer make my heart vibrates
Then this maybe how i die
My first death

***Black Swan by BTS***

*
*
*

Sisilia menggeliat di balik selimut yang acak-acakan. Perasaannya masih di alam mimpi. Dia berbaring di hamparan awan tebal, nyaman dan hangat.  Hanya saja gemuruh dari perut membangunkannya. Aroma sedap menggelitik indera pembau. Dia membuka mata dan mendapati kamarnya terang oleh cahaya matahari yang menerobos masuk lewat kaca jendela. Ambrosio rupanya bangun lebih dulu dan membuka tirai. Pria itu juga memasak dan sengaja membiarkan pintu kamar terbuka agar dia mencium bau makanan. Cara yang romantis sekali untuk membangunkan istrinya, Sisilia mencibir. Dia menggaruk-garuk rambutnya yang tergerai berantakan.

Dia teringat sesuatu dan bangun tiba-tiba, melempar selimutnya dan berlari keluar kamar dalam keadaan bugil. Ambrosio yang melihatnya terbelalak. Ia hampir melempar wajan yang digunakannya untuk memanggang ikan. Sisilia melintasi ruang tengah. "Oi, mau ke mana kau, Sisilia?!"

"Barang-barangku, Ambrosio. Aku membawa sampel penting. Mereka tersimpan dalam bagasiku."

"Barang-barangmu ada di kamar depan." Ambrosio mematikan kompor listrik dan menyusul Sisilia ke kamar depan. Kamar lain di apartemen itu. "Aku sengaja menaruh di sana supaya barang-barangmu tidak berserakan di ruangan lain."

Ugh, satu lagi kesempurnaan Ambrosio. Ia suka memastikan semuanya tertata rapi. Sisilia berjongkok di lantai dan membuka koper hitam yang ditandai label khusus. "Oh, ya Tuhan, kuharap sampel itu tidak rusak," ujarnya cemas. Dalam koper itu terdapat sebuah kotak lagi dengan kunci khusus dan pendingin. Dia memeriksa kondisi sampel di dalamnya melalui layar interaktif di permukaan kotak itu. "Oh. Syukurlah, sampelnya baik-baik saja, oh ...." Sisilia memeluk kotak itu. "Maafkan kelalaianku, sampelku ...."

Ambrosio dongkol sekali melihatnya. Wanita itu berposisi mengangkang menampilkan keseluruhan miliknya dan tubuh penuh memar merah keunguan bekas gigitannya, terutama di wilayah selangkangan dan sekitarnya. Setelah bercinta dengannya sekarang wanita itu ingin bercinta dengan kotak sampelnya. Jika Sisilia tidak bugil mungkin ia tidak akan sebegitu cemburunya. Ia melempar sehelai kemeja miliknya pada Sisilia. "Setidaknya kenakan dulu pakaian sebelum kau mencari sampelmu, Sisilia. Aku tidak keberatan kau telanjang, tapi Hiro mungkin datang sebentar lagi membawa Tetsuya ke sini."

"Oh. Iya." Sisilia meletakkan kotak sampelnya kembali dalam koper dan menutupnya lalu mengenakan kemeja dari Ambrosio. Dia melirik pada Ambrosio yang bertelanjang dada dan hanya mengenakan celana panjang piama. Tato di punggungnya menjadi pemandangan indah ketika pria itu berbalik menuju dapur. Tato itu menakdirkan Ambrosio sebagai pemimpin yakuza berikutnya. Salah satu hal yang ditakutinya jika mencintai Ambrosio, dia mungkin akan kehilangan Ambrosio karena dibunuh. Bahaya akan selalu mengancam Ambrosio, termasuk dirinya dan anak mereka.

Dia menyusul Ambrosio ke dapur, duduk di bangku bar, memandangi Ambrosio. Suaminya lanjut memasak dan wajahnya tampak serius sekali. Kemampuan memasak Ambrosio tak diragukan lagi. Ia sudah setaraf koki profesional. Di balik sifat manjanya, Ambrosio pria yang mandiri. Entah kapan pria ini tidak memesona lagi, jadi dia bisa mantap meninggalkannya. Bagaimana jika sebaliknya? Ambrosio yang tidak punya hasrat lagi padanya, padahal dia masih butuh. Apa yang harus dilakukannya?

"Makan, jangan melamun," ucap Ambrosio sembari mengecup keningnya. Sepotong daging Salmon panggang dengan saus miso tersaji di depannya bersama semangkuk nasi putih. Sisilia memang lapar, tetapi makanan itu kali ini tidak menggoda seperti biasanya. Dia justru melihat Ambrosio lebih menggiurkan. Apa karena dia sudah mengakui pria ini bertahta dalam hatinya.

Play In Deception 2: Camouflage (END)Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ