13. Reikon

1.4K 117 14
                                    

Reikon (霊魂) - jiwa

Saat seseorang meninggal, reikon meninggalkan jasad dan memasuki tempat penyucian (purgatory), tempat mereka menunggu sampai upacara pemakaman dan pasacapemakaman dilaksanakan dengan layak. Jiwa yang tenang akan berkumpul dengan para leluhur dan menjadi pelindung keluarganya yang masih hidup.

_____

"Aku tidak membuat luka itu," celutuk Ambrosio sambil menunjuk luka di tengah dada jasad yang tengah diperiksa Sisilia. Jasad Kankuro. Seingatnya Kankuro ditebas di leher dan sekarang kepala pria itu sudah menyatu dengan tubuhnya, tidak ada luka di bagian dada.

Sisilia terdiam sejenak memperhatikan luka di dada yang sudah dijahit dengan rapi. Dia mengambil pisau kecil dan membuka jahitan sekira cukup tangannya merogoh ke dalam dan merasakan kekosongan dalam rongga dada jasad itu. "Oh, ini," gumam Sisilia, "mereka mengambil jantungnya untuk tes toksikologi. Kadar racun yang terserap tubuh bisa diketahui dengan memeriksa jantungnya." Luka seperti itu terdapat di semua jasad yang diperiksanya.

Setelah selesai memeriksa fisik dan mengambil sampel yang diperlukannya, pakaian jasad-jasad itu dirapikan. Sisilia mengangguk lega pada Ambrosio. Semua jasad itu sudah dipastikan benar-benar mati. Dia melepas masker dan sarung tangannya, menyimpan kedua barang beserta peralatan bekas pakai lainnya ke dalam wadah khusus. Pengawal Ambrosio membereskan sisanya. Sisilia menyadari apa yang dilakukannya membuat marah para tetua. Dia membungkukkan dalam di hadapan mereka. "Gomen-nasai!" ucapnya. "Maafkan atas kelancangan saya. Saya harap arwah para pemuda ini tenang di alam sana dan keluarga yang ditinggalkan diberikan kesabaran dan kelapangan dada menghadapi musibah ini." Itu ucapan belasungkawa yang bagus, jika saja tidak diucapkan oleh wanita yang menjadi pengikut pembunuh anak mereka.

Tetua dari Keluarga Yoshimitsu bersuara, "Anak-anak kami sudah disucikan, tetapi kau mengotori mereka lagi dengan tanganmu. Berharap saja mereka tidak gentayangan dan menuntut balas pada kalian semua."

Bagi seseorang yang tewas dalam cara yang tak lazim atau secara sadis, misalnya dibunuh atau bunuh diri, bila ritual tidak dilaksanakan dengan benar atau bila almarhum masih dipengaruhi emosi yang kuat seperti balas dendam, asmara, kecemburuan, kebencian atau kesedihan, maka reikon dipercaya akan berubah menjadi yūrei, yang dapat menyeberangi batas antara alam baka dengan alam fana (dunia manusia).

"Yamazaki akan mendapat kutukan dan kalian berada di ambang kehancuran dengan melakukan ini."

"Jaga mulutmu, pria tua!" hardik Ambrosio.

"Kau yang memulai ini!" Beberapa orang berseru keras dan nyaris menyerang Ambrosio jika saja Ren tidak berada di antara mereka. Pria itu merentangkan tangannya untuk menahan mereka. Ia melirik pasrah pada para tetua dan memberikan sedikit saran bagi mereka. "Apa yang telah dilakukan Yamzaki-sama, biarlah mereka sendiri yang akan menanggung akibat perbuatan mereka. Gichou-sama lebih baik menahan diri dan tidak memperkeruh suasana. Di saat seperti ini, lebih baik konsentrasi pada upacara pemakaman dan tetap tenang hingga prosesi usai. Dengan begitu, arwah saudaraku dan anak-anak kalian bisa melintas dengan tenang."

Para tetua terlihat lebih tenang meskipun mereka masih bergumam tak senang. "Huh, anak muda jaman sekarang, semakin pintar bicara dan beralasan."

"Anak-anak jaman sekarang tidak tahu adab budaya lagi. Mereka selalu menyepelekan para leluhur," timpal seorang lagi.

Ambrosio memberi isyarat pada anak buahnya agar membuka pintu. Sambil bergumam para tetua berjalan keluar ruangan. Ren menyimpan pedangnya.

"Ren-kohai, terima kasih banyak atas bantuanmu," ujar Hiro. Sisilia juga membungkuk terima kasih pada pria itu. Mata Ren menyeret tajam pada mereka berdua. "Aku tidak tahu apakah setelah ini aku masih bisa menghormatimu, Hiro-senpai. Lain kali kita bertemu mungkin aku tidak akan sebaik ini. Permisi!" ujar Ren dingin. Pria itu membungkuk sekilas pada Hiro lalu beranjak dari ruang kremasi.

Sisilia membisiki Hiro. "Pria yang baik," gumamnya mengomentari Ren. "Kalian sepertinya sangat akrab."

"Hmm, Ren Nakamura adik angkatan di kampusku. Aku pernah membantunya beberapa kali. Mungkin karena itu ia sedikit sungkan padaku. Syukurlah, jika tidak ada Ren, akan sangat sulit bagi kita mengatasi para tetua klan." Sisilia menyetujuinya.

Setelah mendapatkan sampelnya, Sisilia meninggalkan gedung krematorium itu didampingi salah satu anak buah Ambrosio. Dia pergi ke Laboratorium Azteca yang berada di pinggiran Kota T. Laboratorium tersebut merupakan salah satu tempat Ambrosio menginvestasikan uangnya selama beberapa tahun belakangan. Ambrosio berharap kelak Sisilia mengelola laboratorium tersebut. Namun apa hal, Sisilia memilih bekerja di laboratorium lain yang berada di Kutub Utara. Alasannya karena penelitian di sana lebih misterius.

Sementara Sisilia memeriksa sampelnya untuk menentukan ada tidaknya U666 dalam darah para mendiang, Hiro dan Ambrosio tinggal di gedung krematorium hingga upacara penghormatan usai dan berlanjut dengan acara kremasi. Mereka berjaga kalau-kalau terjadi sesuatu.

Para tetua memegangi foto anak mereka yang dibingkai dengan hiasan bunga, berjalan beriringan bersama anggota keluarga lainnya menuju ruang kremasi. Mereka berhadapan dengan peti jenazah dan mengamati wajah anak mereka untuk yang terakhir kali. Wajah pemuda yang seputih kapas, dingin dengan mata tertutup rapat dan muka suram memendam amarah. Sungguh kematian yang begitu tragis di usia yang sangat muda. Para tetua tentu saja tak rela menerima kematian mereka.

Ambrosio dan Hiro mengawasi dari pinggir ruangan dan mereka tersentak melihat kedatangan Sisilia yang berwajah pucat pasi yang menandakan Sisilia memperoleh hasil yang tak diinginkan dari pemeriksaannya. Sisilia mendekat ke telinga Ambrosio dan membisikinya dengan suara gemetaran. "Positif, Ambrosio, darah para jasad mengandung U666. Mereka telah terkontaminasi zat iblis abadi."

Rahang Ambrosio mengeras. Serentak ia menarik tangan Sisilia dan merangkul sang istri ke sisinya, melindungi wanita itu dari segala kemungkinan yang bisa menyakitinya. Bahkan udara dalam krematorium itu seakan bisa menyakiti Sisilia. Ambrosio berada dalam siaga penuh.

Tanpa berkedip sekali pun, Ambrosio, Sisilia dan Hiro mengamati peti jenazah yang perlahan bergerak memasuki tungku kremasi. Tanpa disadari, mereka bertiga berpegangan tangan.

Sedu sedan para wanita mengiringi prosesi itu. Pria-pria muda tertunduk dalam penuh penyesalan, sedangkan para tetua meringis kecewa melepas kepergian anak-anak mereka yang selama ini menjadi tumpuan kepemimpinan klan selanjutnya.

Hal itu sangat menyedihkan, tetapi Ambrosio, Sisilia dan Hiro merasa lega dalam hati karena dengan menjadi abu, memupus kemungkinan jasad-jasad itu kelak hidup lagi seperti yang mereka khawatirkan.

Hiro begumam pada Sisilia yang ada di sampingnya. "Sisilia-chan, dengan menjadi abu, zat U666 itu tidak akan menyebar, bukan?"

Sisilia menelan ludah seret dan menjawab, "seharusnya tidak. Zat itu hancur dengan pembakaran, begitu juga dengan jasad yang bisa hidup lagi. Dengan menghancurkan mereka hingga menjadi abu, orang yang sudah mati tidak akan bisa hidup lagi dan tidak mungkin membunuh orang yang masih hidup."

Hiro tenang mendengarnya. Ia kembali menatap tungku-tungku yang menyala. Api membara melahap apa pun yang ada di dalamnya termasuk kekhawatiran mereka.

Namun rupanya drama hari itu belum berakhir.

Ruangan yang tadinya diisi sedu sedan sekarang bertambah teriakan dan pekikan cemas. Foto-foto yang dipegang tetua klan berjatuhan dan kacanya pecah berkeping-keping. Beberapa tetua klan roboh hampir bersamaan. Tubuh mereka terkulai lemas dan dipegangi kerabat di sisi mereka.

Tetua Nakamura juga ikut pingsan. Ren memeriksa denyut di pergelangan tangan ayahnya dan wajahnya langsung berubah seputih kapas. Ia menatap sekitarnya dan melihat para tetua yang lain mengalami kondisi yang sama dengan ayahnya. Tatapan Ren terpaku pada satu orang yang berdiri tegap tanpa ekpresi di pinggir ruangan. Ambrosio.

Orang-orang meratap penuh derita. "Tidak, oh, tidak, para leluhur, jangan murka pada kami! Ampuni kami, ini semua ulah Yamazaki-sama, ia yang telah menumpahkan darah mereka. Ia yang harus menebus semua kesalahan ini."

*
*
*
🤔
18/02/20

Play In Deception 2: Camouflage (END)Where stories live. Discover now