11. Japanese Trap That I Listen to while using my blood demon art

1.7K 140 18
                                    

It's just the song title that I listen while writing this part
😅
_____

Mata pedang samurai Ambrosio berkilat dan cairan merah kental menetes di sepanjang logam tajam itu.

Darah.

Mata Sisilia terbuka lebar saat menyadari bau semilir yang mengusik alam bawah sadarnya. Bau amis dari logam bercampur protein dalam darah. Pembusukan oleh bakteri menimbulkan senyawa yang memperkuat bau amis itu, membuatnya pusing. Ruang jamuan tempat pembantaian itu tereka dalam kepalanya. Ruangan itu berubah menjadi selasar panjang rumah sakit, di mana dalam temaram, lantai licin mengkilap oleh genangan darah. Edward Chen yang serupa binatang buas dengan mata merah menyala mendatanginya. Tubuh pria itu penuh luka membusuk. "Mati! Kau harus mati!" ujar pria itu menggeram.

"Tidak!" bentak Sisilia sambil terbangun dari tidurnya. Dia duduk di balik selimut dengan punggung turun naik bernapas cepat. Udara dingin malam itu membuat tubuhnya sedingin es, akan tetapi peluh dingin mengalir di sekujur tubuhnya. Kamar bercahaya temaram oleh terang lampu di luar kamar. "Sialan!" makinya pelan lalu merangkak cepat bersama selimutnya menuju lemari yang menjadi satu dengan dinding kamar. Ia mengeluarkan kotak penyimpanan sampelnya dan membuka benda itu. tabung-tabung seukuran cairan 10 ml tersusun rapi seperti terakhir kali dia memeriksanya.

Sisilia mengangkat tabung sampel dari cairan otak Edward Chen dan berseru lega melihat isinya masih utuh dan tabung tersegel sempurna. "Huffh!" Sisilia meringis teringat perbuatan Edward Chen yang menjadi dalang penculikannya serta berusaha membunuhnya. Pria itu sempat ingin menikah dengannya. Kenapa laki-laki yang bermasalah selalu tertarik dengannya?

Dia meletakkan tabung itu lalu mengangkat yang lain. Tabung berisi cairan hitam yang dikirim dari India dengan label kode khusus U666, zat yang menyebabkan Edward Chen menjadi monster. Zat ini, jika sampai mengontaminasi makhluk lain, akan menimbulkan bahaya besar. Mungkinkah ... darah para penyerang Ambrosio mengandung zat U666?

Sisilia tersentak menoleh ke pintu geser yang terbuka lebar. Ambrosio muncul di ambang pintu sambil menggendong Tetsuya yang tersandar ke bahunya. Anak itu tertidur. Ambrosio menyalakan lampu kamar dan keheranan melihat istrinya membungkuk dalam selimut dan berkutat dengan wadah sampel, menatap cemas ke arahnya. "Ada apa? Kukira kau sedang tidur," gumam Ambrosio. Ia melangkah ke dalam kamar dan membaringkan Tetsuya perlahan-lahan di futon. Ia mengusap rambut anak itu sebentar untuk menenangkannya.

Sisilia melirik jam di ponsel yang diraihnya dari meja, tak jauh dari lemari. Dia mengecek jam. Pukul 00.02 AM. Dia menyimpan sampelnya dan menutup rapat kotak itu. "Kau baru saja datang?" tanyanya pada Ambrosio.

"Tidak, aku pulang sekitar jam makan malam, kau sudah tidur dan aku tak ingin mengganggumu." Ambrosio duduk bersila di tepi futon dan Sisilia memutar tubuh, duduk bersimpuh berhadapan dengannya. Sisilia menatap lembut pada anaknya. "Tetsuya ketiduran bersama kakeknya?" Ambrosio menyahut santai, "tidak, dia tertidur setelah kami menyelesaikan sesi latihan malam kami."

Sisilia terperangah, "Apa? Lat-," Sisilia membatalkan niatnya memprotes hal itu. Sebagai calon ninja, Ambrosio mengajari anaknya sedari dini dan mungkin itulah cara hidup mereka, tak ada yang bisa dilakukannya mengenai hal itu. "Aku dengar kau pergi ke pertemuan klan. Bagaimana hasilnya? Apa yang kalian bahas di sana?"

Ambrosio membusungkan dada, bersedekap dan mendengus sinis. "Eiji-sama mengakui kelalaiannya dan menganggap kejadian itu adalah tanggung jawabnya. Ia bersedia menebus kesalahan dengan bunuh diri di hadapan para ketua klan."

"Ia melakukan itu??" Sisilia terenyak.

"Tentu saja aku tidak akan membiarkannya!" sahut Ambrosio. "Pria tua itu berusaha menutup kasus ini dengan kematiannya. Aku tidak akan membiarkan para ketua klan itu bernapas lega begitu saja. Mereka pantas berkabung selamanya dan menyesali perbuatan mereka. Aku ingin melihat mereka gelisah dan khawatir setiap saat memikirkan aku bakalan mengekspose kesalahan mereka satu per satu. Aku ingin melihat bagaimana mereka saling menikam satu sama lain dan melihat siapa yang jatuh lebih dulu."

Sisilia termenung, dalam otaknya berputar-putar sedang memuat saat ingin menonton video di salah satu kanal berbagi video. Dia sempat berpikir Ambrosio adalah tipe ninja yang ingin menciptakan perdamaian dunia. Kita semua adalah sahabat dan tak ada yang ditinggalkan. Mari kita berteman dan menikmati hidangan bersama-sama dengan bersenda gurau dan berbahagia. Ambrosio tidak seperti itu ternyata. Ia jahat. 😢

"Tampaknya sesuatu sangat mengganggumu sehingga kau terbangun di tengah malam begini," komentar Ambrosio melihat raut cemas di wajah Sisilia.

"Ambrosio," ucap Sisilia pelan namun mantap, "aku perlu sampel darah para pewaris klan itu dan aku harus melihat jasad mereka."

"Kenapa?"

"Aku perlu meyakinkan bahwa tidak ada kandungan U666 dalam darah mereka dan orang-orang itu benar-benar mati, bukan pura-pura mati. Aku tidak ingin kelak melihat jasad mereka bangkit lagi seperti makhluk alam baka. Sekali U666 menyebar dalam darah, mereka menjadi iblis haus darah dan tak akan berhenti kecuali dunia ini berakhir."

Wajah Ambrosio mengeras dan matanya memicing tajam. Jika musuh yang dihadapinya nanti sekelas makhluk abadi lagi, maka ia harus mengasah kemampuannya lebih keras. Ia adalah pria pejuang yang dikenal karena keberanian dan pantang menyerah. Ia percaya tak ada gunung yang tak dapat didaki, begitu juga dalam bertarung, tak ada lawan yang tak dapat dilawan. Ia akan selalu menemukan cara untuk menang.

"Kau juga harus diperiksa, Ambrosio," ujar Sisilia membuyarkan pikiran Ambrosio. "Aku?" pria itu terperangah. "Sisilia, aku tidak perlu menggunakan zat semacam itu untuk mengalahkan musuhku."

"Hanya untuk jaga-jaga, Ambrosio, tak ada salahnya memeriksakan diri terlebih dahulu demi kebaikanmu." Sisilia berusaha membujuknya. "U666 bisa jadi berupa virus yang tersebar bebas di mana saja di bumi ini, kau tidak pernah tahu kapan dan bagaimana virus itu menyusup ke dalam tubuhmu. Kau mungkin tidak menyadari virus itu sudah ada dalam tubuhmu sampai kau benar-benar menjadi sakit, dan selama belum ditemukan penangkalnya, kau tidak akan pernah aman dari yang namanya penyakit."

"Kalau begitu bisakah kau membuat penangkalnya?"

"Itulah yang sedang berusaha kulakukan, Ambrosio. Sayangnya aku sedang mengalami kematian dalam penelitianku."

Ambrosio beringsut mendekati istrinya dan menepuk-nepuk pundak Sisilia. Ia mengangguk mantap dan menatap ke dalam mata Sisilia. "Kau pasti bisa, Istriku, aku percaya padamu!"

"Hanya padamu sikap kakakku benar-benar berbeda, Sisilia." Sisilia teringat perkataan Hiro padanya. Jika U666 menginfeksi Ambrosio, mungkinkah ia masih sebaik ini padanya? Sisilia suka sekali percobaan, tetapi untuk hal yang satu ini, ia tak ingin mencobanya.

*
*
*
*
🤞

Play In Deception 2: Camouflage (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang