17. When The Party's Over

1.5K 125 31
                                    

Don't you know I'm no good for you?
I've learned to lose you, can't afford to
Tore my shirt to stop you bleedin'
But nothin' ever stops you leavin'
Quiet when I'm coming home and I'm on my own
I could lie, say I like it like that, like it like that

***When The Party's Over by Billie Eilish***

"Kenapa kau tidak bilang padaku lebih dulu kalau kau mengenal Ren, Ambrosio?" tuntut Sisilia sambil mengiringi langkah Ambrosio menuju kamar mereka. "Kau tidak tanya," jawab Ambrosio enteng. Menyenangkan melihat istrinya membuntutinya karena rasa penasaran. "Lagi pula aku tidak ingin kau akrab dengannya. Aku tahu kau mudah terkesan dengan orang yang memiliki kemampuan khusus." 

Sisilia mengerucutkan bibirnya ke depan. "Bukannya aku terkesan dengan semua orang, Ambrosio, aku hanya jadi curiga, jika kemampuan Ren sehebat itu, bisa jadi ia orang yang menebar racun pada para tetua klan."

"Baguslah kalau kau berpikir demikian."

"Jadi kau mencurigainya juga?"

Mereka masuk ke dalam kamar mereka dan Ambrosio segera menutup pintu rapat-rapat. Ia menarik pundak Sisilia dan menyandarkannya ke dinding, menatap ke dalam matanya yang berbinar dalam temaram kamar mereka. "Aku mencurigai semua orang, Sisilia," ujarnya dengan suara direndahkan, "tetapi seperti yang terjadi padamu, aku tak bisa menuduh orang sembarangan. Tersangkanya bisa siapa saja karena itu aku membiarkan para tetua saling mencurigai. Mereka harus melindungi sendiri keluarga dan orang-orang tercinta mereka. Sehebat apa pun aku, aku tidak bisa melindungi atau menyelamatkan semua orang. Prioritasku adalah melindungimu dan anak kita, melindungi keluargaku sendiri." Sisilia membisu dan hanya bisa mendesah ketika Ambrosio membenamkan ciuman dalam ke bibirnya. "Aku tidak pernah memikirkan soal klan, Sisilia. Hanya kau ... dan anak kita yang ada dalam benakku," ujar Ambrosio lagi sambil memberikan kecupan-kecupan ringan sebelum melepaskan sepenuhnya bibir manis itu.

Ambrosio menekan saklar lampu yang berada di samping Sisilia. Ia melihat jelas wajah istrinya itu memerah hangat dan menggigit bibirnya sendiri karena menginginkannya. Ia melangkah mundur dari Sisilia dan membuka yukata melayatnya, menampilkan tubuh padat dan otot dada dan perut yang terpahat sempurna. "Aku harus melatih Tetsuya dulu," ujarnya sambil meraih setelan yukata biasa dalam lemari. Ia mengenakan pakaian itu sambil menatap Sisilia dan tersenyum semringah. "Akan kumulai lebih awal supaya aku punya lebih banyak waktu untuk berlatih bersamamu."

"Berlatih bersamaku? Ambrosio aku tidak pandai dalam ilmu ninjutsu, sia-sia saja melatihku."

"Ck! Siapa juga yang mau mengajarimu ninjutsu," gumam Ambrosio sambil merapatkan belahan yukatanya. Ia mencubit ringan pipi Sisilia lalu mengecup sekilas bibirnya. "Maksudku berlatih hal lain, Sisilia, seperti berlatih membuat adik untuk Tetsuya," ujar Ambrosio. Sembari tertawa kecil, ia meninggalkan istrinya yang berwajah merah padam. "Kalau begitu ...," ujar Sisilia, membuatnya menghentikan langkah saat di ambang pintu. Ambrosio menatap Sisilia yang tertunduk sambil menyatukan kedua ujung telunjuknya. " ... cepatlah kembali, Amano-san, agar kita bisa secepatnya ... berlatih bersama." Ah, memalukan! Seperti pasangan yang baru menikah saja.

Ambrosio bergemiing di ambang pintu dan frustasi sendiri. "Ah, sialan! Sisilia, kalau kau bertingkah begitu ... lebih baik kubatalkan saja latihan Tetsuya malam ini."

"Eit, jangan!" Sisilia buru-buru berlari ke pintu geser, menahan pintu itu dan mendorong Ambrosio keluar. "Latihan Tetsuya penting untuk menjaga dirinya kelak. Kau tetap harus melatihnya. Lagi pula aku ingin mandi dulu. Kita ketemu lagi setelah latihan, ya?" ujarnya dan langsung menutup pintu di depan wajah Ambrosio. "Wakatta!" ya, aku mengerti, seru Ambrosio dari luar kamar lalu beranjak sambil senyum terkulum. Menyenangkan sekali menjadi pria yang jatuh cinta dan ada istri yang siap sedia untuknya saat ia kembali ke kamar.

Play In Deception 2: Camouflage (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang