21. 3Queen

1.3K 104 2
                                    

3Queen adalah tiga bersaudari yang terbentuk dari sumpah setia mereka pada ikatan persaudaraan di klan. Mereka hanya kelompok kecil dan minoritas. Seluruh anggota mereka adalah perempuan. Kinerja mereka masih di bawah yuridiksi klan Yamazaki, jadi, mustahil bagi Ambrosio tidak mengenal mereka, atau mereka tidak mengenal dirinya.

Ambrosio menapaki tangga ke lantai 2 diiringi ajudannya. Seorang wanita bersetelan jas hitam menyambut kedatangannya dengan membungkukkan badan lalu segera membukakan pintu menuju ruang kerja 3Queen.

3Queen

Yeri, Pertama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yeri, Pertama

Yeri, Pertama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Haeun, Kedua

Chaerim, Ketiga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chaerim, Ketiga

Ketiga wanita yang sebelumnya duduk bersama itu sekarang berdiri tegap dan memasang wajah dingin serta tatapan penuh kewasapadaan melihat kedatangan Ambrosio

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ketiga wanita yang sebelumnya duduk bersama itu sekarang berdiri tegap dan memasang wajah dingin serta tatapan penuh kewasapadaan melihat kedatangan Ambrosio. Yeri, wanita berambut pendek dan bersetelan jas satin merah membungkuk hormat pada Ambrosio, diikuti kedua saudarinya. "Marco-sama! Maaf tidak menyambut kedatanganmu. Yamaguchi-san tadi di sini dan mengajukan pertanyaan yang berbelit-belit."

Ambrosio memperhatikan ketiga wanita itu dari sudut matanya. Ketiga wanita berdarah korea itu membuka usaha tempat hiburan malam dan simpan pinjam uang. Mereka mengelola tenaga kerja wanita yang berminat menjadi wanita penghibur. Setahu Ambrosio mereka tidak pernah memaksa atau menjebak, tetapi mereka memberi peluang para wanita yang hidupnya tersia-sia dan butuh bantuan untuk menyambung hidup. Ambrosio tidak akan menyakiti orang yang membantu sesama.

"Berbelit-belit?" ulang Ambrosio sambil memasang sarung tangan kulit hitamnya, membuat ketegangan dalam ruangan itu meningkat drastis. Jika memakai sarung tangan itu, biasanya Ambrosio akan mengeluarkan belatinya.

"Ya, kau tahu, semacam menyelidiki alibi kami saat kejadian," sahut Haeun yang semoat dibuat kesal oleh Reina yang mencecar mereka dengan pertanyaan memojokkan. "Kami tahu jamuan itu akan diadakan, Eiji-sama yang menghubungi kami. Para wanita pendamping malam itu berasal dari klan kami. Kami yang melatih mereka ...."

"Tetapi kami tidak tahu apa-apa soal rencana mereka! Kami tidak bersalah!" potong Chaerim setengah membentak. Wanita bersanggul dengan bunga bakung tersemat di rambutnya itu terlihat paling emosi di antara kedua saudarinya. Sebagai orang Korea, membuat sebagian kalangan sukar menerima keberadaan mereka dalam dunia bisnis di Kota T. Ditambah insiden itu, membuat 3Queen dicurigai berniat menyingkirkan ketua klan dan mengambil alih wilayah kekuasaan mereka.

Ambrosio melangkah perlahan mengitari ruangan, melihat-lihat hiasan dinding mereka dan berhenti di depan sebuah kaligrafi bertuliskan huruf cina kuno.

敬小慎微動不失時=

Hadapi tiap kejadian dengan waspada meskipun tampak sepele.
Jangan sampai melewatkan kesempatan bertindak.

Ambrosio bicara tanpa mengalihkan pandangannya pada lukisan itu. "Aku hanya ingin bertanya, apa kalian paham soal racun?" Ketiga wanita itu tidak segera menjawab. Mereka bertukar pandang untuk sesaat. Chaerim, yang termuda, menelan ludah dengan gugup dan berkata, "aku banyak tahu soal racun, tetapi para saudariku tidak."

Ambrosio menoleh sekilas lalu memutar badan dan melangkah ke tengah ruangan di mana sebuah meja tamu berada. "Baiklah," ujarnya. Ia memberi tanda dengan dagunya dan ajudan yang berada di tepi ruangan segera mendekat sambil membuka kotak besi berisi sederet tabung vakum setinggi 10 cm. Ia menatap wanita-wanita cantik itu satu persatu. "Jika kalian masih ingin berbisnis di sini, aku butuh tanda kesetiaan kalian. Keluarkan darah kalian dan masukkan dalam tabung itu!"

Ketiga wanita itu telah mengalami berbagai siksaan dalam hidup dan rasa takut tidak akan membuat mereka gentar. Yeri sebagai yang tertua sekaligus pemimpin klan Queen segera mengeluarkan belati dan mengiris telapak tangannya sendiri. Darah yang mengalir segera ditadah dalam tabung yang disiapkan Ambrosio untuk mereka. Setelah setengah tabung terisi darah, Yeri membalut telapak tangannya dengan sapu tangan. Seakan tak punya pilihan lain, Haeun dan Chaerim segera melakukan hal yang sama. Tiga buah tabung telah terisi dengan darah mereka. Sebagai pebisnis di dunia hitam, mereka tahu artinya menyerahkan darah mereka pada pihak lain. Darah itu bisa dipergunakan sebagai barang bukti tak terbantahkan untuk menjadikan mereka pelaku tindak kejahatan yang sebenarnya tidak mereka lakukan. 

Ambrosio tersenyum tipis melihat tabung-tabung itu yang tersusun rapi dalam kotak. Itu akan jadi suvenir yang sangat disukai istrinya. Ambrosio mengambil kotak itu lalu menutupnya dan menyerahkan benda tersebut pada anak buahnya. "Yoshi, josei!" Baiklah, nona-nona, ujarnya, "Otsukaresamadeshita!" Terima kasih atas kerjasamanya. Ambrosio lalu melenggang keluar bersama ajudannya.

Ketiga bersaudari Yeri, Haeun dan Chaerim bernapas lega setelah Marco-sama tak tampak lagi. Mengherankan rasanya. Pria itu nyaris tak melakukan apa-apa. Namun membuat seakan hidup mereka ada diujung tanduk

Dalam mobil, Ambrosio menyimpan kotak berisi tabung sampel itu ke dalam saku mantelnya. Ia duduk tenang sambil membuka ponselnya dan keningnya bertaut dalam. 

Pesan masuk dari Kenji HImura. [Marco-sama, Nyonya pergi keluar sendirian. Dua orang membuntutinya]

Ambrosio menyentak belakang kursi sopirnya. "Sisilia dalam bahaya! Cepat kebut mobil ini, jangan sampai kita terlambat!" Sopir dan ajudan Ambrosio gelagapan di kursi mereka. Jika bisa mereka ingin memacu kecepatan mobil itu hingga maksimal. Namun apa daya, kepadatan kerumunan manusia di jalan menghambat mereka.

*
*
*

Play In Deception 2: Camouflage (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang