48. Omiai

1K 111 13
                                    

The arranged marriage in Japan, or "omiai" literally means "to look at each other."
*
*
*

Setiap orang tua ingin yang terbaik untuk anak-anaknya. Pengalaman orang tua lebih banyak daripada anak mereka. Kotaro tahu beratnya hidup dengan darah campuran, besar tanpa kehadiran sang ibu yang berdarah Itali dan dikucilkan karena hal itu. Wanita yang mengurusnya silih berganti dan ia bahkan tidak mengenal mereka, jadi ia tidak bisa memahami keterikatan Amano dengan istrinya. Wanita seperti Sisilia sukar diatur dan tidak akan betah mengikuti aturan klan yakuza. Amano adalah penerus kepemimpinan klan. Wanita yang bisa memuluskan posisinya sebagai ketua klan lebih diperlukan daripada wanita yang sok pintar dan hidup terlalu bebas.

Saat ini Amano mungkin tidak akan menyukai keputusannya, tetapi suatu saat Amano akan berterima kasih padanya. Ia tengah menimbang-nimbang wanita mana yang cocok untuk Amano. Foto-foto mereka tersebar di mejanya. "Menurutmu, mana wanita yang akan disukai Amano, Kiyoshi?" tanya Kotaro pada asistennya. Pemuda itu membungkuk dalam. "Sumimasen, Gicho-sama, saya tidak berpengalaman soal itu. Saya percaya pilihan Gicho-sama adalah yang terbaik," ujar Kiyoshi berhati-hati.

Kotaro memperhatikan foto 3Queen. Mereka wanita yang cantik dan memiliki ilmu bela diri yang bagus, akan tetapi darah Korea mereka membuat ketiga wanita itu tereliminasi dengan cepat. Sementara Reina dengan kelakuannya yang nyeleneh serta suka membuat onar, segera menyusul.  Tersisa lima foto wanita muda nan cantik jelita. Mereka mewakili posisi penting dalam klan masing-masing, tetapi kebanyakan wanita-wanita itu dibesarkan di luar negeri dan gaya hidup serta penampilan kebarat-baratan, bukan tipe menantu idamannya. Ia menyukai tipe wanita tradisional dan menjunjung tinggi tradisi leluhur. Salah satunya adalah Yui Yoshimitsu.

Kotaro menatap foto Yui. Dia pewaris terakhir klan Yoshimitsu. Klan itu memiliki sejumlah prasasti warisan leluhur, seperti pedang samurai kuno, baju zirah antik yang konon memiliki energi mistis yang sangat kuat, serta jutsu langka yang hanya bisa diwarisi keturunan Yoshimitsu. Klan mereka juga menguasai banyak sektor bisnis penting serta rekanan luar negeri. Jika saja Kaiya masih hidup, ia lebih senang Kaiya yang menjadi calon istri Amano. Namun Yui pun bisa berguna. Jika Yui menjadi istri Amano, itu akan membuat klan Yoshimitsu di bawah kendali Yamazaki. Hayate tidak bisa sembarangan lagi mencercanya. Jika menikah dengan Yoshimitsu, bukan tidak mungkin anak mereka kelak mewarisi jutsu klan itu dan Yamazaki menjadi tidak terkalahkan.

Terdengar suara Hiro di depan pintu meminta bertemu dengannya. "Masuklah!" Ia berseru tanpa mengangkat wajah dari meja.

Hiro menunjukkan diri di hadapan ayahnya. "Otou-sama, apa kau yakin terhadap apa yang akan kau lakukan?" tanya Hiro memberanikan diri. Ia tidak ingin mencampuri urusan klan, akan tetapi rencana menikahkan kakaknya dengan wanita lain tentu akan menimbulkan masalah bagi Sisilia, ipar kesayangannya. "Amano-nii tidak akan menyukainya."

"Kau tidak perlu menasihatiku, Hiro, aku tahu apa yang kulakukan," sahut Kotaro sambil besedekap. "Untuk kemajuan klan, kita harus melakukan segala cara. Lagi pula harus ada Anego yang pantas untuk mendampingi Amano melaksanakan tugasnya kelak."

Hiro bersujud di depan ayahnya. "Otou-sama, kumohon tarik kembali rencanamu itu. Mericuh rumah tangga Amano-nii hanya akan menimbulkan masalah baru, tanpa Anego-pun aku yakin Amano-nii akan memimpin klan dengan baik."

Kotaro memukul meja dengan berang. "Bicara apa kamu, Hiro? Anego memegang peranan penting pada masa ketua klan berhalangan atau mangkat. Jika bukan dari kalangan kita sendiri, kau pikir akan ada wanita yang mau mengabdikan seluruh hidupnya untuk klan? Contoh saja ibu Amano sendiri, dia bahkan rela meninggalkan darah dagingnya untuk mengejar impiannya. Dia beralasan aturan klan terlalu mengekang, dia tidak sanggup hidup dalam tekanan teror dan pembunuhan. Aku melihat itu dalam diri Sisilia. Sejarah terulang dengan sendirinya. Aku hanya mempersiapkan yang terbaik bagi Amano."

"Tetapi kau terlalu terburu-buru. Otou-sama. Kenapa tidak beri kesempatan Sisilia membuktikan dirinya? Lagi pula masalah ini aku yakin Amano dan Sisilia sudah membicarakannya. Jika pun Amano-nii memperistri wanita lain, itu akan menjadi keputusan mereka berdua, bukan Anda ataupun orang lain."

"Omong kosong!" bentak Kotaro. "Jadi Amano akan membiarkan istrinya membuat keputusan untuk dirinya? Memalukan! Sehebat apa pun seorang istri, mereka hanyalah wanita. Mereka tidak membuat keputusan. Mereka ada hanya untuk patuh dan melaksanakan ketentuan yang telah ditetapkan."

"Itu sangat merendahkan, Otou-sama," sahut Hiro getir.

"Memang," balas Kotaro, "tetapi itulah aturan yang berlaku selama ini, turun temurun sejak dunia ini tercipta. Menjadi Anego memang butuh pengorbanan besar, tetapi banyak wanita menginginkannya dan aku akan memilih yang terbaik untuk klan."

Hiro hendak menyela lagi. Namun pintu geser terbuka. Ambrosio masuk dan berdiri tegap dengan wajah dingin dan tatapan setajam mata belati. "Tidak usah bicara lagi, Hiro," tegur Ambrosio. "Berdebat dengan Otou-sama sama saja berdebat dengan batu. Biarkan beliau melakukan apa yang diinginkannya."

"Onii-san, apa maksudmu?" Hiro terperangah.

Ambrosio menoleh pada ayahnya. "Ini hanya soal Anego yang harus sesuai kriteria Anda 'kan, Otou-sama?"

Kotaro tercenung heran. "Oh, iya," jawabnya gelagapan. "Wanita yang bisa mewakili imaji klan dan juga imajimu."

"Baiklah," ujar Ambrosio lagi. "Aku akan menyetujui pengaturan pernikahan ini dengan satu syarat dan kau pun harus setuju."

"Sebutkan saja," sahut Kotaro antusias sementara Hiro tercengang akan ucapan kakaknya itu. Bagaimana mungkin Amano tega menyakiti perasaan Sisilia? Bukankah ia sangat mencintai istrinya?

"Jika aku sudah menikahi wanita pilihanmu, jangan mencampuri urusan pribadiku, termasuk hubunganku dengan Sisilia dan Tetsuya."

Itu syarat yang sepele. Daripada berdebat panjang lebar, Kotaro langsung menyetujuinya. "Baiklah, aku setuju. Aku berjanji tidak akan mencampuri urusan pribadimu lagi," ujar Kotaro dengan senyum lebar menghiasi wajahnya.

Ambrosio menatap Hiro dan Kiyoshi bergantian. Cukuplah dua orang itu sebagai saksi ucapan ayahnya. Mereka mematung, menatapnya tak percaya. Ambrosio berbalik dan keluar dari ruang belajar ayahnya.

Hari masih terang benderang. Ambrosio melintasi engawa dengan mantap. Ia akan ke Azteca Lab lagi untuk melihat perkembangan pemeriksaan Sisilia dan mungkin menjelaskan situasi ini tanpa membuat wanitanya itu marah.

"Onii-san! Onii-san!" panggil Hiro sambil berlari menyusul Ambrosio. "Kamu serius setuju dengan pernikahan itu?"

"Apa aku pernah main-main dengan kata-kataku?" jawabnya tanpa memperlambat langkah.

Hiro mencengkeram rambutnya sendiri. "Aku ... ah, Onii-san, aku sama sekali tidak mengerti jalan pikiranmu," keluhnya.

"Tak perlu kau mengerti. Cukup saksikan saja. Kelak, Otou-sama akan menyesali keputusannya."

"Tetapi, bagaimana dengan Sisilia? Bagaimana jika dia marah ... dan meminta cerai?"

"Aku tidak akan mencerikannya. Sisilia harus menerima hal itu, suka atau tidak" jawab Ambrosio, membuat Hiro bungkam. "Aku bisa melepaskan Sisilia dari jeratan aturan klan, tetapi aku tak bisa melepaskannya dari ikatan pernikahan kami. Tidak akan pernah!"

*
*
*

Hahha, ini hanya bagian drama dari kisah ini, ya, please, santai ajaa, hahaha

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hahha, ini hanya bagian drama dari kisah ini, ya, please, santai ajaa, hahaha

Play In Deception 2: Camouflage (END)Where stories live. Discover now