9. HIP

1.9K 149 29
                                    

Ambrosio menyayangi dan menghormati ayahnya, tetapi itu tidak berarti ia akan menuruti semua keinginan ayahnya. Ia  tahu sikap baik ayahnya pada Sisilia karena masih memandang sisi baik Sisilia dan secara pribadi tidak membencinya. Hanya saja pria itu tidak menyukai Sisilia sebagai menantu. Sisilia adalah wanita yang diinginkannya sebagai pendamping hidup. Cepat atau lambat, ayahnya harus menerima hal itu.

Ambrosio tidak akan membuat istrinya berbasa-basi pada ayahnya untuk sekedar cari muka, sehingga ia tidak merasa perlu bagi Sisilia bertemu ayahnya. Lagi pula mereka menikmati kebersamaan sebagai suami istri di apartemennya.

Setelah tiga hari bersama, akhirnya Ambrosio memboyong anak dan istrinya ke kediaman utama Keluarga Yamazaki karena ayahnya menyuruh mereka datang. Ayahnya tidak tahan berpisah lama-lama dari Tetsuya. 

Kotaro menyambut kedatangan anak menantunya di ruang belajar. Sisilia mengenakan kimono sederhana berwarna putih dengan motif taburan bunga ceri warna merah muda, bersimpuh di atas tatami. Dia menyapa ayah mertuanya dengan hormat. "Ohayogozaimasu, Otou-sama! Ogenkidesuka?" 

Pria tua itu menyahut dengan deheman pendek lalu meminum tehnya. Ia melirik sekilas pada Ambrosio dan Tetsuya yang duduk di belakang Sisilia. Demi dua orang itu, ia harus bisa berkompromi dengan wanita di hadapannya saat ini. Lagi pula dia tidak akan tinggal lama di Jepang, jadi ia bisa menerima kehadiran Sisilia untuk sementara waktu. "Tampaknya kau baik-baik saja. Bagaimana pekerjaanmu? Kau jarang pulang belakangan ini."

"Semuanya lancar, Otou-sama, terima kasih telah menanyakannya. Setelah kejadian luar biasa wabah virus Corona dua tahun yang lalu dan banyaknya  virus jenis baru bermunculan, penelitian di sana  semakin gencar, karena itu saya hampir tak ada waktu luang."

Kotaro mangut-mangut mendengarnya. "Ya sudah, karena kau sudah di sini, aku ingin kalian tinggal di  sini saja. Banyak kamar kosong di rumah ini. Tidak masalah 'kan?"

Sisilia menoleh pada Ambrosio terlebih dahulu sebelum menjawab. Pria itu duduk bersedekap dengan tenang dan mata terpejam bermeditasi. Tetsuya meniru pose ayahnya dengan baik. Melihat anggukan kecil dari Ambrosio, Sisilia kembali menghadap Kotaro dan membungkukkan badan. "Tidak masalah, Otou-sama, kami akan tinggal di sini. Terima kasih atas perhatiannya, Otou-sama. Arigatogozaimasu!"

Ketiganya hendak beranjak, tetapi Kotaro berseru, "chottomatte, Amano-san!" Tunggu dulu, Amano. Ambrosio menatap dingin pada ayahnya. "Jangan lupakan tugasmu menyelidiki dalang insiden di vila onsen Keluarga Yamaguchi! Para tetua klan tidak akan senang melihat kau berleha-leha sementara anak-anak mereka harus dimakamkan tanpa kejelasan."

"Aku tidak lupa, Otou-sama," sahut Ambrosio, "aku ketua penyelidikan tersebut. Kebetulan sekali aku sudah memiliki asisten yang cakap untuk membantu penyelidikanku."

"Oh, siapa?"

"Tentu saja Sisilia, Istriku."

*
*
*

Ketika hatimu mengatakan untuk tidak terlibat dalam masalah, kau malah berakhir terlibat di dalamnya.

Sisilia selalu mengalami hal yang bertolak belakang dengan keinginannya. Dia sengaja tidak membahas soal kejadian di vila Keluarga Yamaguchi karena dia memang tak ingin tahu. Itu adalah masalah klan dan di luar wewenangnya. Namun karena dia telah bercinta dengan pria yang salah, masalah akan selalu menjadi bagian dari hidupnya.

Mereka pergi ke vila Yamaguchi yang menjadi tempat kejadian sekaligus meminta salinan hasil otopsi jasad korban. Eiji Yamaguchi menyambut mereka dan menunjukan jalan menuju ruang jamuan malam itu.

"Silakan saja periksa tempat ini, mungkin kalian menemukan sesuatu. Aku sangat berharap masalah ini tuntas. Terus terang saja, mereka menganggapku bekerja sama dengan penjahatnya, padahal aku tidak tahu apa-apa. Aku hanya menyediakan tempat," gerutu Eiji.  Ia dan seorang ajudannya menunggu di ambang pintu ruang jamuan.

Play In Deception 2: Camouflage (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang