15. Who Dat B

1.3K 120 9
                                    

Even if you don't try that hard to know
If you know, you know, they already know
Goosip gossip, as if it's the truth
As if that's everything, they all talk
I have no desire to adjust myself
To people I'm uncomfortable with,
I'll just be a bitch

***Who Dat B - Jessi***

Ren berdiri tegap dan mengibaskan poninya dengan anggun. "Istri?" ulangnya ragu. Ia teringat rumor yang menjadi bahan ejekan bagi Marco-sama, gelar lain pria dari Klan Yamazaki di hadapannya.

Matanya berkilat melihat wanita di sisi Ambrosio dan ia bisa melihat kenapa Ambrosio sangat protektif terhadap wanita yang disebut sebagai istrinya. Wanita itu tampak lugu dengan pipi tembem dan bersemu kemerahan, sekilas terlihat tak berbahaya, tetapi dia adalah senjata rahasia Marco-sama. Ren tersenyum tipis dan mengerling tajam. "Aku kira status istri itu terlalu berlebihan, ternyata aku salah. Gomenne, Yamazaki-sama." Ia lalu membungkuk hormat pada Sisilia. "Arigatou, Yamazaki-san!" Terima kasih, Nyonya Yamazaki, ujarnya.

"Tidak apa-apa, Nakamura-san. Panggil aku Sisilia, aku senang bisa membantu," sahut Sisilia merendah.

Ren memperhatikan orang-orang dalam ruangan bergumam gelisah menduga berbagai hal mulai dari konspirasi hingga kutukan para leluhur bahkan perbuatan makhluk halus. "Cerebin?" gumamnya. Ia menelengkan kepala keheranan. "Situasi ini semakin rumut saja."

"Bagaimana keadaan mereka semua?" tanya Sisilia dan Ren menoleh padanya. "Cerebin bereaksi lambat, bisa saja ada yang terkena racun tetapi belum timbul keluhan fatal. Masih ada sisa beberapa ampul Digifeb, jika ada yang memerlukannya lebih baik segera diberikan."

"Oh, aku rasa semuanya sudah terkendali meskipun paramedis belum datang. Beruntung sekali, ada Yui Yoshimitsu yang membantu mengobati mereka," jawab Ren.

"Yui Yoshimitsu?" gumam Sisilia.

Ren berpaling untuk menatap seorang wanita muda dalam balutan kimono hitam yang duduk bersimpuh di belakang Tetua Klan Yoshimitsu, Hayate. Hayate  duduk bersila dengan mata terpejam, sementara Yui, menapakkan telapak tangannya ke punggung ayahnya untuk mengalirkan energi pembersih.

"Yui-chan adalah seorang ninja medis. Dia memiliki jutsu mengalirkan tenaga dalam yang bisa menyembuhkan," ujar Ren.

Yui Yoshimitsu, 25 tahun, Ninja medis

Yui memberi hentakan di punggung ayahnya sebagai tanda penutup jurusnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Yui memberi hentakan di punggung ayahnya sebagai tanda penutup jurusnya.  Hayate langsung berdiri tegap dan melangkah cepat ke arah Ambrosio. "Otou-sama!" panggil Yui, diabaikan Hayate. Wanita itu terbatuk dan memuntahkan darah hitam ke lantai. "Yui-san!" pekik pelayan wanita di sisinya. Yui menyapu sudut bibirnya dan duduk bersemedi untuk menetralisir racun yang diserapnya dari tubuh ayahnya serta beberapa tetua klan yang dibantunya.

"Gicho-sama!" sapa Ren, melihat Hayate Yoshimitsu mendekat. Pria tua berwajah masam itu sepertinya siap meluapkan amarahnya. Hayate melabrak Sisilia.

"Wanita sialan, datang kemari dan membawa penawar racun, berlagak sebagai seorang penyelamat, kau pikir aku akan percaya itu?" ujar Hayate pada wanita yang tergagap menatapnya.

Ambrosio geram menahan marah dan meletakkan pedangnya yang masih bersarung ke leher Hayate. "Hati-hati dengan siapa kau bicara, Hayate-sama, atau kau akan bicara dengan pedangku!"

"Silakan saja penggal leherku ini!" sahut Hayate. "Yang lain boleh takut, tetapi aku tidak. Kau sendiri yang berkata untuk berhadapan langsung denganmu, tetapi kenyataannya kau sendiri yang bermain picik. Kau dan wanitamu yang merencanakan semua ini. Setelah membunuh anak-anak kami, kalian meneror kami dengan racun. Sok membawa penawar, seakan kami berhutang nyawa padamu? Seakan nyawa kami dalam kekuasaanmu? Apa kau kira ini akan membuatku tunduk padamu? Kau salah besar!"

"Gicho-sama, tenangkan diri Anda!" seru Ren sambil merangkul pundak Hayate mengajaknya mundur selangkah. Namun Hayate menepis lengannya. Ren menepis pedang Ambrosio yang teracung ke leher Hayate dan berdiri di depan pria tua itu sebagai penengah. "Gicho-sama, jangan memperkeruh suasana dengan menuduh sembarangan," sarannya.

"Aku tidak menuduh sembarangan!" sahut Hayate berapi-api. "Kau lihat sendiri kenyataannya. Kejadian di onsen Yamaguchi, hanya Marco-sama yang selamat. Yamaguchi-san pemilik vila, menyediakan tempat beserta para pelayan yang kebetulan sekali juga mati semua, agar mereka tutup mulut. Yamaguchi dari dulu adalah pengikut setia Yamazaki dan anak mereka dijodohkan. Yamaguchi tentu saja akan mendukung apa pun rencana Yamazaki.

"Sekarang kejadian hari ini, lagi-lagi hanya keluarga kita yang jadi korban, sedangkan Yamazaki muncul dan menjadikan kita pemeran pertunjukkan kekuasaannya." Hayate mengenyampingkan Ren dari pandangannya agar ia bisa menghujamkan tatapan mencemooh pada Sisilia. "Rumor itu tidak salah jika menyebutkan Marco-sama tunduk pada istrinya. Wanita ini telah mengendalikan Marco-sama dan mungkin seluruh Klan Yamazaki.  Dia tahu beragam racun dan penawarnya. Siapa lagi dalang dibalik semua ini jika bukan dia? Jika semua tetua ini mati, siapa yang mengambil untung dari situasi ini? Sudah jelas wanita ini.

"Dahulu Satoshi, orang dalam Klan Yamazaki yang bernasib tragis karena ulah wanita ini, memperingatkan soal wanita yang dibawa masuk Marco-sama ke rumah mereka bakal menghancurkan Klan Yamazaki. Satoshi tidak salah. Lihat dia, Marco-sama tunduk padanya. Klan Yamazaki sudah dalam kekuasaannya dan sekarang dia mengincar seluruh klan. Wanita ini serakah dan berbisa!"

Trek! Ambrosio mendorong penutup pedangnya. Sisi tajam benda itu berkilat seperti mata pemiliknya. "Cukup bicaranya, Hayate-sama!" desis Ambrosio. "Kau benar-benar mengundang kematianmu sendiri."

Sisilia mematung dengan mulut ternganga dan mata berkedip-kedip tak percaya. Apa tetua Yoshimitsu itu membicarakan tentang dirinya? Dirinya yang tak tahu apa-apa selain bekerja ini, sempat-sempatnya memikirkan konspirasi serumit dan sebesar itu? Mereka pasti salah orang.

*
*
*
😨

Play In Deception 2: Camouflage (END)Where stories live. Discover now