45. It's complicated

1.1K 110 2
                                    

Untuk menemukan zat anti terhadap suatu penyakit atau racun merupakan proses yang rumit dan panjang. Kadang memerlukan waktu yang sangat lama dan proses yang berulang-ulang. Belum lagi mengkaji efek sampingnya pada manusia yang akan menerima zat tersebut. Akan selalu terjadi kesalahan atau efek yang tak diinginkan. Tak ada barang atau zat yang 100% aman jika berupa zat asing bagi tubuh manusia.

Dokter memasukkan serum radiasi ke dalam suntikan sebanyak 1 ml. Seorang pengawal membukakan penutup mata Osamu yang tak dapat bergerak di ranjang periksa. Penyumpal mulutnya juga dilepas. "Bedebah!" Kata yang pertama kali terucap dari mulut Osamu. Ia meludahi dokter yang mendekat untuk menyuntiknya.

Bukk!  Pengawal segera menghantam wajah Osamu. Hidungnya mengeluarkan darah segar. Pengawal itu membekap mulut Osamu dengan kain. "Silakan, dok!" ujarnya. Dokter segera menyuntikkan serum pada pembuluh vena Osamu. 

Tak lama berselang serum itu menyebar dalam tubuh Osamu, pria itu mengerang kesakitan dan tubuhnya menyentak-nyentak berontak dari belenggu. "Aaarrgggh!" Detak jantung Osamu menjadi kacau balau membuat alarm mesin berbunyi nyaring. "Dok apakah kita perlu memberikan penenang?' tanya Asisten1. "Tunggu dulu," ujar dokter. Mereka membiarkan Osamu kesakitan untuk beberapa saat hingga pria itu menjadi lebih tenang perlahan-lahan. Osamu terengah dan kesadarannya menurun. Kelopak matanya bergetar lalu tertutup rapat. Ia terlihat sangat mengkhawatirkan, tetapi kondisinya berangsur-angsur stabil.

Dokter melakukan tindakan yang sama pada Daichi. Laki-laki itu mengalami reaksi yang sama dengan rekannya. Setelah beberapa menit dalam kesakitan, pria itu jatuh pingsan. Sisilia mengambil darah Osamu dan Daichi lalu membawanya ke ruangan lain untuk memeriksa kadar U666.

Tak berselang lama setelah Sisilia pergi, alarm monitor pasien kembali berbunyi nyaring. Detak jantung Osamu dan Daichi menurun drastis. Kondisi mereka menjadi kritis. Luka-luka yang sebelumnya tidak begitu mempengaruhi kondisi vital sekarang mulai mengancam kehidupan mereka. Dokter melakukan segala tindakan yang diperlukan untuk menyelamatkan hidup kedua orang itu. Beberapa petugas medis datang membantu.

Ren bangkit dari ranjang sambil membawa infusnya. Ia ingin membantu dokter itu, akan tetapi Ambrosio menghalanginya. "Marco-sama?" gumamnya heran. "Luka mereka terlalu parah, kau hanya akan  membuang-buang energimu. Lebih baik kau memulihkan tenagamu sendiri dan gunakan untuk orang yang layak diselamatkan."

Sekitar 30 menit kemudian, dokter tidak berhasil memulihkan Osamu dan rekannya. Mesin monitor detak jantung berbunyi panjang. Tak terasa lagi kehidupan dalam raga mereka. Kedua pria itu mati. Dokter mencatat waktu kematian. Alat monitor dimatikan dan kabel-kabel dilepaskan. Jasad keduanya ditutupi dengan kain putih.

Ambrosio memberi tanda dengan tangannya memerintahkan para pengawal menyingkirkan jasad ninja pembunuh bayaran itu. Mereka segera bergerak melaksanakan titahnya.

Ambrosio meninggalkan ruang perawatan. Ia menuju ke Lantai 5, tempat Sisilia memroses darah untuk memeriksa kadar U666. Ia menunggu hingga Sisilia keluar dari ruang analisis. Ia sempat menghabiskan beberapa batang rokok di balkon. Udara dingin malam itu tidak mengganggunya.

Ia melihat Sisilia melangkah bersemangat di koridor. Melihatnya ada di balkon, Sisilia menghampirinya. "Ambrosio, serumnya berhasil! U666 lenyap seluruhnya!"ujarnya gembira.

Ambrosio merapikan rambut Sisilia yang berantakan di tepi wajahnya. "Tentu saja, Sisilia, sejak awal aku selalu percaya padamu. Kau pasti berhasil menemukan penangkal U666," ujarnya sambil tersenyum tipis.

Sisilia merasa waswas. "Sesuatu terjadi?"

Ambrosio mengangguk. "Mereka mati."

"Ah, sayang sekali!" gerutu Sisilia. "Padahal aku ingin melihat berapa lama efek serum radiasi bertahan melawan U666."

Play In Deception 2: Camouflage (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang