10. Pretty Age

1.8K 143 8
                                    

Beautiful Young & Free
I think I know what love is now
I won't hide it
I'll show you everything I want to do
It's the moment I've been waiting for

***Pretty Age by Song Ji Eun (Secret)***

🌸
🌸
🌸

Semenjak mereka bersama setelah berpisah cukup lama, luapan rasa rindu itu berlebihan, membuat Ambrosio dan Sisilia tenggelam dalam percintaan mereka. Mereka berada di kamar Ambrosio di kediaman keluarga Yamazaki. Kamar yang luas minim perabot. hanya kasur futon di tengah ruangan, menjadi alas mereka memadu cinta. Meskipun kimono dan yukata mereka masih melekat di tubuh, keduanya merekat seperti sepasang lintah yang bergelut. Basah oleh keringat beraroma memikat spesies yang sama.

Tangan kekar Ambrosio menelusuri pundak Sisilia di balik kimononya yang terbuka sebagian. Ia mendekap wanita yang dipangkunya dan seluruh miliknya berada di dalam liang kesat milik wanita itu. Bibirnya yang kasar memberikan kecupan dalam di bawah tulang selangka wanitanya. Sisilia mejilat lalu menggigit daun telinganya, membuat Ambrosio mengeluarkan suara melenguh dan dengusan keras, dibarengi hentakan tubuhnya serupa ombak besar menghantam karang.

Dengan mata nanar, Sisilia menatap pria itu dan ingin memaki. Mencerca keperkasaan pria itu. Namun ia tahu berkata kasar tak ada gunanya. Alih-alih dia mencumbu bibir Ambrosio di saat pria itu tengah berusaha bernapas. Pria itu malah terkekeh di antara cumbuannya. Senang mengetahui istrinya masih bernafsu untuk bercinta dengannya lagi.

Setelah melepaskan seluruh hasrat cinta mereka, Ambrosio membaringkan wanitanya lalu beranjak. Sisilia berguling di futon dan menengkurapkan tubuhnya, memandangi Ambrosio melepas yukata dan lapisan dalamnya. Dia suka memandangi kepolosan pria itu. Mengagumi tato di tubuhnya yang serasi dengan keperkasaannya.

Ambrosio masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri sebentar. Sisilia termenung sesaat, memandangi sisi kamar mereka yang menghadap taman.

Kamar yang tadinya resah olah suara desahan mereka, sekarang sunyi senyap.

Dari pintu geser berbahan kertas  yang menghadap taman bisa terlihat hari di luar masih terang. Suara gemericik air, cuitan burung dan denting lonceng angin terdengar jelas saat dalam kesunyian itu.

Sisilia tengah terbawa dalam lamunan. Membayangkan wajah Ambrosio, mengamati tiap ekpsresi yang dibuatnya dari jarak yang sangat dekat, wajahnya tidak sekaku yang biasa diperlihatkannya di depan orang-orang. Ia pun bisa terlihat bersahaja, dengan rambut berantakan, tersenyum jahil dan mata menyorot lembut. Pria itu juga bisa terlihat konyol. Wajah tampan itu, tidak akan tampak mengerikan jika ia mati 'kan? Sekilas muncul bayangan mata Ambrosio terbelalak menatap kosong, wajah meringis dengan kulit seputih kertas, persis seperti gambar jasad-jasad di laporan otopsi. Sisilia segera melempar pandangannya ke arah lain.

Ambrosio keluar dari kamar mandi sambil melap tubuhnya. Ia mengambil seset setelan yukata dan mengenakannya di hadapan Sisilia. Ia melirik dan melihat tatapan Sisilia tak beralih darinya. Selesai berpakaian ia duduk mendekat dan Sisilia berbaring telentang. Melihat wanitanya dalam setelan kimono yang terbuka sebagian, membuat bagian pribadi tubuhnya mengintip keluar, Ambrosio berdecak menahan diri. Ia mengusap bibir ranum istrinya dengan ibu jari. "sangat jarang kau memandangiku seperti itu, Aka-chan," gumam Ambrosio lalu tangannya beralih membelai pipi istrinya. "Kenapa? Apa ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu?"

"Tidak ada," jawab Sisilia kikuk. "Aku cuma teringat tempat kejadian di vila onsen itu. Itu seperti lokasi film horor. Itu saja."

Ambrosio menumpu kedua tangannya ke sisi tubuh Sisilia. Ia tertunduk dalam. "Maafkan aku, yang telah kulakukan pasti membuatmu tak nyaman."

Play In Deception 2: Camouflage (END)Where stories live. Discover now