29. Kebenaran di Padang Lili

1.2K 102 6
                                    

"Semakin cantik dan harum sebuah bunga, maka bunga itu semakin beracun dan berbahaya," ujar Ren menutup pembicaraan mereka di ruang jamuan keluarga Suzuki. "Tampaknya mulai saat ini aku harus mewasapadai bunga-bunga di sekitarku." Hal itu segera diamini Hiro dalam hati, karena dirinya sendiri banyak dikelilingi wanita. Bunga-bunga itu umpama wanita-wanita cantik. Semakin cantik, semakin sadis.

Setelah mendapat jamuan yang cukup menyenangkan di kediaman Suzuki, Ambrosio beranjak dari ruang jamuan, diiringi Hiro, Ren dan Yui. Suzuki berjalan di depan, menujukan mereka ke pintu keluar. Mereka melintasi engawa panjang yang membelah kolam jernih dipenuhi teratai. Sesekali terlihat ikan koi berenang ke permukaan air.

Hiro dan Ren berjalan sambil berbincang dengan Suzuki-san yang masih muda belia. Pemuda itu baru kelas 3 SMA. Kematian kakaknya membuat Hikaru menjadi calon ketua Klan Suzuki berikutnya. Yui Yoshimitsu berjalan di belakang Ambrosio dan menarik siku mantelnya. "Yamazaki-san," panggilnya. Ambrosio menghentikan langkahnya dan menoleh pada Yui melalui bahunya. "Ada apa, Yoshimitsu-san?" 

"Umm ...." Yui tertunduk dan ragu-ragu berucap. Setelah orang lain sudah cukup jauh berada di depan mereka. "Ada sesuatu yang ingin kubicarakan."

"Katakan saja," tegas Ambrosio. Yui melepaskan lengan mantelnya dan mereka berdiri berhadapan. "Kejadian ini, aku ingin membantu menyelidiki," ungkap Yui. 

"Kenapa? Apa kau punya informasi penting?"

"Aku yakin kau mengetahui kejadian 10 tahun yang lalu yang menyebabkan aku keracunan bunga lili. Firasatku mengatakan kejadian baru-baru ini berhubungan dengan hal itu." Yui menepi ke pagar engawa dan menatap kolam yang jernih memantulkan bayangan langit sore. "Aku dan Kaiya bisa sampai ke padang lili itu bukan tanpa sebab. Kami ke sana untuk mengumpulkan tanaman-tanaman berkhasiat. Banyak orang mengira kami diserang makhluk buas, karena itulah yang aku ceritakan. Aku melihat makhluk hitam mirip laba-laba raksasa menyerang Kaiya, tetapi sebenarnya aku tidak yakin itu nyata. Aku keracunan dan setengah sadar, apa yang kulihat bisa jadi hanya halusinasi. 

"Kejadian yang sebenarnya adalah kami berkelahi. Aku dan Kaiya. Kaiya mewarisi jutsu  penyerap jiwa sedangkan aku mewarisi jutsu penyembuh, pemberi kehidupan. Kaiya berpikir jutsu kami bertentangan dan jutsu-ku bisa mematahkan jutsu miliknya. Kaiya tidak ingin itu terjadi jadi dia berusaha membunuhku."

Kening Ambrosio mengernyit dalam mendengar penuturan wanita itu. Ia tidak mengenal Kaiya secara pribadi, hanya tahu namanya dan wanita itu memang memiliki ilmu pedang yang hebat. Sayang sekali dia sudah lama menghilang.

"Kaiya melukaiku dan aku rasa dia meninggalkanku untuk mati di tempat itu."

Ambrosio tidak berkomentar apa pun. Ia mendengarkan saksama cerita Yui. "Aku tidak tahu kenapa dia menghilang selama ini. Aku pikir dia mungkin merasa bersalah, tetapi kadang aku menduga dia berkelana mengumpulkan perbekalan untuk mewujudkan obsesinya. Dengan adanya rentetan kejadian ini, aku merasa Kaiya mulai melancarkan aksinya. Dia mengetahui banyak racun dan modus yang tepat untuk meruntuhkan seluruh klan." Yui memutar badan untuk menatap Ambrosio. "Yamazaki-san, aku yakin Kaiya terlibat dalam semua kasus ini, karena itu aku mohon padamu untuk melibatkan aku dalam penyelidikanmu. Aku yakin aku bisa membantu dan mungkin ... memancing Kaiya menunjukkan diri."

Ambrosio menatap Yui sejenak. Jika Yui bergabung dalam timnya, jika terjadi sesuatu pada wanita itu, Hayate Yoshimitsu pasti akan mencari masalah lagi dengannya. Lagi pula jika dugaan Yui benar, sudah ada Sisilia yang menjadi incaran Kaiya. Ia tidak mau menambah-nambah masalah dan tak ingin perhatiannya terbagi. Cukup Sisilia seorang yang harus dilindungi. Ambrosio tanpa ragu menolak Yui. "Tidak perlu, Yoshimitsu-san. Aku punya caraku sendiri. Lebih baik kau fokus pada dirimu dan keluargamu. Aku rasa setelah Kankuro dan Kaiya tiada, keluargamu bergantung padamu seorang."

"Oh...." Yui tertunduk jengah. Ambrosio berbalik hendak meninggalkannya. "Permisi, Yoshimitsu-san!" Tanpa disangka, tubuh Yui oleng dan terkulai lemas. Refleks Ambrosio menangkap tubuh tak berdaya itu dan mengangkatnya. "Yoshimitsu-san!" Tak ada sesiapa pun di engawa itu, Ambrosio terpaksa membawa tubuh Yui di gendongannya sambil memanggil yang punya rumah.

Tepat di genkan (ruang transisi antara pintu depan dan ruang depan) Ambrosio menemukan Hikaru Suzuki dan yang lainnya. Pelayan dari keluarga Yoshimitsu juga ada di sana dan terperanjat melihat nonanya tak sadarkan diri. Yui disandarkan di asuhan pelayan itu. Ren berjongkok memeriksa denyut nadi Yui dan merasakan napasnya dengan jari di depan hidung Yui. "Dia baik-baik saja, hanya denyutnya sedikit kurang." 

"Yui-san! Yui-san!" ujar pelayan sambil menepuk-nepuk pipi Yui . Perlahan Yui membuka matanya. Melihat orang-orang mengerumuninya, Yui segera mengumpulkan kesadarannya. "Uh, oh, maafkan aku, aku pasti sudah membuat kalian cemas. Maaf!" Yui duduk tegap dan membenahi penampilannya.

"Kamu yakin tidak apa-apa?" tanya Hiro. Wajah Yui tadinya pucat pasi, sekarang sudah mulai sedikit merona. "Aku tidak apa-apa. Itu sudah biasa kualami. Pantas saja .... Ah, pasti aku telah merepotkan semua orang, maafkan aku."

Setelah Yui merasa baikan, wanita itu pulang lebih dulu dengan pelayan dan sopirnya. Ambrosio, Hiro dan Ren dalam satu mobil, berangkat kemudian. Tak berselang lama di perjalanan, Hiro menjawab panggilan telepon, kemudian berbalik menghadap yang lainnya. "Ada kabar baik," ujarnya sambil menyimpan ponselnya ke dalam saku jaket. "Polisi telah menahan manajer perusahaan pembuat karangan bunga itu. Mereka juga telah menemukan penyebab keracunan di krematorium. Bingkai foto berhias karangan bunga waktu itu diolesi racun cerebin. Para tetua memegang bingkai tersebut dalam waktu yang cukup lama sehingga racunnya terserap banyak. Rupanya ada yang mengoleskan racun itu ketika para florist menata bingkai. Dari CCTV seragam dan perawakannya serupa dengan yang mengantar bunga ke rumah sakit. Keduanya berasal dari perusahaan yang sama. Han Florist."

Ambrosio meniruskan pipinya. Terasa masam dalam mulutnya. Han Florist adalah perusahaan penjual bunga milik 3 wanita Korea yang dikenalnya. Geng 3Queen. Ketiga wanita itu bersumpah tidak terlibat dalam kejadian ini. Sekarang kenapa bukti-bukti mengarah pada mereka?

*
*
*

Play In Deception 2: Camouflage (END)Where stories live. Discover now