23. Scar to Your beautiful

1.3K 116 11
                                    

Nyalinya ciut menyadari dia bisa mati saat itu juga jika Ambrosio tidak datang tepat waktu. Rasa takut dan terkejut membuat jantung Sisilia berdegup tak teratur dan kakinya lemas. Dia tahu para ninja adalah pembunuh terlatih dan mereka jarang membuat kesalahan. Dia hanya sulit mempercayai keberuntungan dirinya bisa selamat dari serangan pertama para ninja itu. Apakah mereka hanya ingin menakutinya? Menggertak Ambrosio dengan menyakitinya?

Ambrosio membawanya ke dalam mobil dan merangkulnya selama di perjalanan menuju rumah utama Keluarga Yamazaki. "Apa kau terluka atau merasa sakit di tubuhmu, Sisilia?" tanya Ambrosio sambil memeriksa sekilas tubuh istrinya. Lengan blouse dan bagian lutut celana panjang yang dikenakan Sisilia tampak bernoda tanah. Sisilia menggeleng pelan. "Tidak ada, Ambrosio, aku baik-baik saja," ujarnya.

Selanjutnya Ambrosio menyandarkan kepala Sisilia ke dadanya. Sisilia nyaris tak bisa bernapas dalam dekapan yang begitu posesif. Dia bisa mendengar dan merasakan debaran jantung Ambrosio. Pria itu marah luar biasa sampai ia tak bisa berkata apa-apa. Wajahnya lurus menghadap ke depan seakan tak sabar untuk tiba di tujuan.

Sampai di halaman kediaman Keluarga Yamazaki, Ambrosio keluar dari mobil sambil menggendong Sisilia dan membawanya masuk ke dalam rumah. "Ambrosio, turunkan aku! Aku baik-baik saja!" Sisilia memelas, tetapi pria itu mengabaikannya. "Tidak, kau tidak baik-baik saja, Sisilia, kau terluka!" Tiba di ruang depan, beberapa pelayan bergegas menyongsong mereka. Ada yang membawa perlengkapan perawatan luka. Seorang pelayan menyiapkan kasur di kamar Ambrosio untuk merebahkan istrinya, seorang lagi pergi ke dapur untuk menyiapkan rebusan herbal.

Kotaro sedang berjalan di koridor bersama Tetsuya sambil bergandengan tangan. Mereka menyaksikan kegaduhan itu dan dahi Kotaro  berkerut dalam. Tetsuya terkejut melihat ibunya diangkat oleh ayahnya dengan tergesa-gesa menuju kamar. Anak kecil itu melepaskan genggaman tangan kakeknya dan berlari menyusul ibunya. "Mommy!" teriaknya.

Pintu kamar dibukakan oleh pelayan dan Ambrosio menurunkan Sisilia di atas futon. Tetsuya masuk dan ingin memeluk ibunya. "Jangan dulu, Nak, ibumu sedang terluka," tegur Ambrosio sambil menahan pundak anak itu. "Ambrosio, kau berlebihan, sangat!" rengut Sisilia sambil menarik Tetsuya ke pangkuannya, tetapi tiba-tiba dia terpekik pendek, "Ouch!" Perih mengerubuti lutut dan sikunya. 

"Tuh 'kan! Apa kubilang?" Ambrosio mengangkat Tetsuya dan mendudukkan anak itu di sebelah Sisilia. "Mari kita ganti bajumu." Ia membantu Sisilia membuka kancing blouse lalu melepaskan pakaian dari tubuh Sisilia sehingga hanya mengenakan kamisol. Ambrosio segera melapisi tubuh istrinya dengan kimono tidur dari satin berwarna putih. Tetsuya memandang saja dari tempatnya duduk.

Pelayan menyiapkan kotak berisi perlengkapan perawatan luka di sisi Ambrosio. Wanita itu membukakan penutup wadah keramik berbentuk kerang. Selanjutnya dia membereskan pakaian bekas nyonya mudanya.

Ambrosio menyingkap lengan kimono Sisilia untuk memeriksa luka di lengan dan sikunya. Hanya gores-gores kecil kemerahan, tetapi Ambrosio merawatnya dengan saksama. Ia mengambil secuil krim dari dalam wadah itu. Sisilia ingin menarik lengannya, tetapi keburu digenggam Ambrosio dengan kuat. "Ambrosio, aku bisa melakukannya sendiri, ini cuma luka kecil, dibiarkan juga akan sembuh sendiri," kilah Sisilia.  

"Aku bersikeras," sahut Ambrosio. Ia mengoleskan krim yang terasa lembut dan sejuk itu ke luka di lengan Sisilia. "Luka ini bisa berbekas jika tidak dirawat dengan baik. Kau mungkin tidak peduli, tetapi aku peduli."

Ambrosio menekuk lutut Sisilia di depan wajahnya lalu mengoleskan krim perawatan ke luka lecet di area itu. Dengan mata terfokus pada luka di lutut istrinya, Ambrosio bergumam kesal, "Aku tidak bisa mentolerir jika kau terluka di saat seharusnya aku melindungimu." Ia mengangkat wajah, menatap Sisilia yang terperangah mendengar ucapannya. "Aku tahu kau tidak pernah membutuhkan seorang laki-laki sepertiku untuk merawat lukamu. Kau wanita yang kuat dan luka seperti apa pun kau sanggup menahannya. Namun berbeda jika luka itu akibat keteledoranku. Aku tidak akan pernah memaafkan diriku sendiri. Jadi, biarkan aku merawat lukamu, setidaknya hanya ini yang bisa kulakukan untuk membuat diriku merasa lebih baik."

Play In Deception 2: Camouflage (END)Where stories live. Discover now