51. Time-Reversing

1.1K 118 19
                                    

Memutar balik waktu, membuat Sisilia teringat ketika dia dan teman karibnya sewaktu SMA membuat Grade S untuk pertama kali. Ramuan yang disebut Zullmand sebagai Cinta. Bubuk kristal Silver, Gold dan Platinum. Kristal yang membawa kebahagiaan sekaligus kehancuran. Ekspresi Ren saat ini sama dengan ekspresi Zullmand waktu itu. Bahagia.

"Belum bisa dipastikan, Ren, kita mesti mencobanya pada organisme hidup terlebih dahulu. Apa yang bereaksi dalam tabung tes belum tentu bisa bereaksi sesuai ekspektasi pada manusia." Sisilia mengingatkan.

"Ah, kau benar, tetapi itu tinggal masalah waktu saja sampai kita menemukan orang yang mau menjalani uji coba. Aku bisa mencari beberapa orang jika kau mau. Aku yakin tes ini tidak akan berbahaya."

Sisilia menemukan lagi orang yang tergila-gila pada tes dan percobaan melebihi dirinya. Sejarah seakan terulang lagi. Sisilia merapikan peralatan di meja periksa. "Kita bahas itu nanti saja, Ren, sekarang kita rangkum dulu penemuan hari ini. Aku yakin ada hal-hal yang harus kita evaluasi terlebih dahulu sebelum melakukan percobaan selanjutnya."

"Ah, Sisilia kenapa kau jadi pesimis? Tes ini sudah jelas berhasil. Kau bisa melihatnya sendiri"

"Aku tidak pesimis, aku berhati-hati," sahut Sisilia setengah gusar. "Wawas diri lebih baik daripada bertindak cepat tetapi ceroboh. Tanpa perhitungan yang cermat hanya akan membuatmu melakukan lebih banyak kesalahan dari yang seharusnya. Kurasa karena itu metode pengobatanmu tidak berhasil sesuai keinginanmu. Kau terburu-buru. Apa kau tidak belajar dari kesalahanmu sendiri?"

"Yah!" Ren berseru kecewa akan tetapi dalam hati membenarkan ucapan Sisilia. Ia seorang pengambil risiko yang suka menyepelekan hal-hal kecil. Ujung-ujungnya merugikan orang lain dan dirinya sendiri. Akhirnya ia membantu Sisilia membersihkan meja pemeriksaan.

Ambrosio masuk ke dalam ruang analisis. "Oh, kalian sudah selesai," gumamnya. Sisilia  menatapnya keheranan. "Baguslah, karena aku ingin tahu pendapatmu mengenai Kaito. Pria itu membuatku kesal bukan main. Jika kau tidak ada kepentingan dengan orang itu, aku akan mempercepat kematiannya."

Pria yang tidak suka bertele-tele. Sisilia menyukai hal itu. "Aku ingin menemuinya. Kaito pasti dendam kesumat padaku," keluh Sisilia.

Mereka menuju ruang isolasi di lantai dasar. Tepatnya di bagian belakang Azteca Lab. Petugas di sana mengenakan setelan hazmat level 3 karena Kaito membawa penyakit menular dalam tubuhnya. Pria itu disalib pada tiang beroda, mengenakan celana compang-camping bekas cakaran tangannya sendiri. Tangan dan kakinya terikat pada palang besi yang berdiri tegak. Wajahnya yang berbentuk tak karuan penuh luka membusuk. Tubuhnya penuh luka cakar lama dan baru dengan lelehan darah kotor. Tiang itu didorong ke depan jendela observasi agar bisa bertatapan lekat dengan orang di ruang observasi.

Sisilia dalam balutan jas lab putih berdiri bersedekap berhadapan dengan Kaito. Ambrosio dan Ren duduk jauh di belakangnya, di sudut gelap ruangan itu.

"Sisssilliaaa ...," desis Kaito dari bibirnya yang nyaris tak bisa bergerak. Mata hitamnya menatap bengis. Air liur menetes dari sela mulutnya. Sisilia menatapnya datar. "Ohayo, Kaito-san!" ucapnya sopan sambil membungkuk hormat. Bagaimanapun, melihat orang sakit, Sisilia terbiasa menyapa pasiennya terlebih dahulu. "Bagaimana kabarmu hari ini?"

Kaito tertawa panjang kemudian bicara tertatih. "Kau sung-guh-sung-guh wan-ita be-reng-sek. Ka-u se-nang me-lih-atku me-men-de-ri-ta, hah?!"

"Aku tidak bermaksud menyakitimu," ucap Sisilia tulus. "Aku bahkan membuat antivirusnya secepat mungkin agar kau tidak perlu menderita seperti ini."

"Kau berbohong!!" teriak Kaito sekencang-kencangnya hingga kaca berembun oleh uap mulutnya. Sisilia bergeming. "Aku tidak bohong," sahut Sisilia datar, "tetapi saat ini sudah terlambat untuk menggunakan antivirus. Infeksinya sudah terlalu parah. Kau seharusnya datang menemuiku maksimal 3 hari sesudahnya."

Play In Deception 2: Camouflage (END)Onde histórias criam vida. Descubra agora