22. The Chef

1.3K 111 25
                                    

Berjalan kaki sambil mengkalkulasikan berbagai reaksi dalam pikirannya, membuat Sisilia tak menyadari dia sudah tiba di halaman Rumah Sakit Universitas T. Koridor rumah sakit tampak lengang, begitu juga ruang makan pengunjung yang buka 24 jam. Sisilia lega melihat juru masak yang dulu masih bekerja di kantin itu. Madame Setsuna tengah mengisi nampan seorang pelanggan sambil tersenyum ramah. Sisilia segera menyapa wanita berpenampilan bak boneka lolita lengkap dengan baju pelayan berwarna krem dan celemek cokelat muda.

"Ohayo, Madame Setsuna!"

Madame Setsuna, The Chef

Mata wanita itu membesar menatapnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mata wanita itu membesar menatapnya. "Eeeee, Sisilia-chan? Hontōni anatadesu ka?" Eh, Sisilia? Ini benar-benar kamu?

"Hai, watashi wa!" Iya, ini saya! sahut Sisilia bersemangat.

"Kenapa kau bisa ada di sini? Jangan bilang kalau kau merindukan masakanku, huahahahaha, banyak lulusan universitas sini bilang begitu ...," ujar Madame Setsuna congkak.

"Wah, memang tak bisa dipungkiri lagi berarti, masakanmu memang memiliki ciri khas yang membuat orang ketagihan," puji Sisilia. Masakan Madame Setsuna memang sangat lezat, meskipun terlihat sederhana dan bahan seadanya, tetapi cita rasanya mengingatkan akan masakan rumahan yang dimasak oleh seorang ibu dengan penuh cinta kasih untuk anak-anaknya. Sebagian besar rasa itu karena para mahasiswa saat kuliah mengandalkan makanan dari kantin Madame Setsuna untuk makan sehari-hari. Harganya murah, porsinya besar dan bisa bayar lain waktu jika sedang tidak punya uang.

Sisilia mengambil nampan dan minta diisi dengan nasi kari ditemani tamagoyaki, telur dadar gulung yang terasa gurih di lidah. "Apa kau baru selesai bekerja, Sisilia?" tanya Madame Setsuna saat menuang kari ke atas nasi putih. Sisilia mengangguk. "Betul. Bagaimana kau bisa tahu, Madame?"

"Aaa, itu, dari penampilanmu. Rambutmu berantakan dan wajahmu kusut kalau kau habis keluar dari lab."

Sisilia tergelak mendengarnya. "Kelihatan sekali ya, kusutnya pikiranku sekusut penampilanku." Sisilia meletakkan nampannya di pantry untuk merapikan rambutnya dengan jemari.

"Memangnya kau bekerja di mana sekarang?"

"Aku Kepala Laboratorium Azteca Lab, laboratorium milik keluarga Yamazaki."

"Kakkoī," keren, ujar Madame Setsuna. "Kau beruntung sekali, Yamazaki-san benar-benar mendukung impianmu."

Ya, dia sangat beruntung, sampai rasanya dia takut jika keberuntungan itu tidak berpihak lagi padanya. "Bagaimana kau bisa tahu aku punya hubungan khusus dengan Yamazaki?" tanya Sisilia sambil bersandar pada pantry.

"Saat pertama kali aku melihat pria itu bersamamu, aku tahu dia tidak akan melepaskanmu. Tak ada pria yang rela mengiringi di belakang seorang wanita ke mana pun wanita itu pergi, kecuali ia sangat mencintaimu."

Kalimat itu seolah menusuk sanubari Sisilia. Apakah sejelas itu orang lain melihat besarnya rasa cinta Ambrosio terhadap dirinya? Sementara dia, hanya bisa memberikan seorang anak untuk Ambrosio. Anak yang berada dalam kandungannya selama 9 bulan, selanjutnya anak itu harus mengikuti jejak sang ayah, menjadi milik klan. Sisilia melirik nampannya yang sudah terisi menu pilihannya. "Terima kasih, Madame Setsuna," ujarnya lalu membawa nampannya ke meja makan.

Play In Deception 2: Camouflage (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang