49. Fumetsu

982 106 20
                                    

Fumetsu (不滅): Keabadian

Cemburu itu merusak pikiran. Menjeremuskan seseorang pada perbuatan bodoh yang mungkin berakibat fatal. Mencetuskan emosi tak terkendali yang bisa menghilangkan nyawa seseorang. Bagi Sisilia, cemburu mengganggu konsentrasinya. Dia hampir saja menjatuhkan tabung berisi darah Yeri saat mengambil sedikit contoh untuk diperiksa. "Bodoh," gumamnya pada diri sendiri. "Apa yang mesti kucemburui dari Ambrosio, sih?"

Namun bisa saja Ambrosio menemui wanita lain tanpa sepengetahuannya. Wanita bisa memalsukan orgasme, tetapi laki-laki bisa memalsukan seluruh hubungan. Tak sedikit pria yang punya banyak simpanan tanpa diketahui orang lain. Ambrosio kaya raya, masih muda, tampan dan nafsunya cukup besar. Mereka juga sering terpisah cukup lama. Wanita pasti berjejer ingin menemuinya. Ditambah banyak ajudan setianya. Mereka mengurus segala sesuatu dengan efisien dan tanpa jejak. Ambrosio sering mengatakan dia satu-satunya wanita, tetapi jika ditelaah, apa yang diketahuinya sebagai istri yang sering tak ada di sisi sang suami? Dia hanya melihat apa yang Ambrosio ingin perlihatkan.

Sisilia meletakkan pipet dan tabung-tabungnya ke rak. "Berengsek, kenapa aku jadi sensitif begini?" gerutunya lagi. Dia merapikan meja pemeriksaan dan memilih meninggalkan pekerjaannya sejenak untuk menenangkan pikiran. Ketika berbalik, Ren muncul begitu saja di hadapannya. "Ooh, sialan!" maki Sisilia nyaring dan terenyak beberapa langkah hingga membentur bilik penyimpanan spesimen. Beberapa tabung dalam bilik itu berjatuhan. Dia melempari Ren dengan benda terdekat yang bisa diraihnya. "Ini ruangan tertutup, bagaimana kau bisa masuk ke sini? Kau berengsek! Mentang-mentang punya ilmu ninja!"

"Maaf, maaf!" ujar Ren sambil terkekeh dan melindungi wajahnya dengan tangan. "Aku tidak sabar ingin melihat hasil pemeriksaannya dan aku bosan, aku perlu melakukan sesuatu yang menyenangkan."

"Kau tidak boleh berada di sini, kau tidak mengenakan alat pelindung diri!" bentak Sisilia.

Ren memutar tubuh dan yukatanya langsung dilapisi jas putih serta mulut ditutupi masker.  Ren membungkuk anggun. "Aku sudah siap!" ujarnya semringah. Sisilia meringis kesal. "Kau benar-benar tukang sulap rupanya," ejek Sisilia.

"Betul," sahut Ren bangga. "Sejak kecil aku menyukai sulap dan mempelajarinya karena itulah jutsu-ku berkembang jadi seperti sekarang." Dari lengan bajunya keluar sebuket bunga, seekor merpati, sapu tangan warna-warni, kartu remi, hingga konfeti.

Plak! Sebuah buku manual alat menampar wajah tampan Ren. "Hentikan tingkahmu!" ujar Sisilia kesal. "Kau membuat ruanganku berantakan!"

"Wah, tenanglah, Sisilia-san!" seru Ren. "Aku hanya mencoba menghiburmu. Kenapa kau jadi emosi?" Dengan jentikan jarinya,, semua benda tadi menghilang.

"Laboratorium bukan tepat main-main, apalagi bercanda seperti ini!" Sisilia mengomel sambil membuka pintu kaca bilik penyimpanan sampel untuk merapikan tabung-tabung di dalamnya.

"Tunggu sebentar!" Ren meraih tangan Sisilia melalui pundaknya, membuat tubuh Ren mengimpit Sisilia ke bilik berpendingin itu. Ia mengambil tabung bersegel merah dari tangan Sisilia. "Sampel apa ini?" tanyanya.

"Salah satu penelitianku. Sini, kemarikan!" ujar Sisilia sambil meraih tabung itu, tetapi Ren mengangkat tinggi-tinggi benda itu. Perbedaan tinggi tubuh mereka tentu saja membuat Sisilia kewalahan. "Tidak bisa, aku ingin tahu darah apa ini," kilah Ren sambil menjauhkan Sisilia dengan mendorong dadanya.

"Kyaaah, berengsek!" maki Sisilia geram. Sepatu karetnya segera melayang ke kepala Ren. "Kurang ajar! Kau berani menyentuh dadaku, kuhabisi kau Ren! Kuhabisi kau!" bentak Sisilia sambil memukuli Ren. Ren berjongkok sambil melindungi kepalanya. "Maaf, Sisilia-sama, aku tidak sengaja, maafkan aku!" Ren memelas, tetapi Sisilia tetap memukulinya. "Terima saja hukuman dariku ini. Jika Marco-sama yang menghukummu, kau bakalan benar-benar habis!"

Play In Deception 2: Camouflage (END)Where stories live. Discover now