37. Wagasa & Fugu

1K 116 29
                                    

Sisilia terlalu sibuk dengan pekerjaan serta tidak aktif di sosmed. Menurutnya, tidak ada waktu untuk mengurus kehidupan pribadi orang lain, karena itu dia tidak tahu ada berita gosip mengenai Amano Marco Yamazaki dengan sejumlah wanita. Begitu juga dengan Amano sendiri.

Tetsuya tidak rewel lagi. Anak itu sudah sarapan dan sedang bermain di taman bersama Kaori, nenek sambungnya. Matahari merangkak naik ke puncak langit. Ambrosio bersiap ke luar rumah. Ia memasang mantel keluarnya ketika seorang pelayan memberi tahu ada tamu untuknya. Ia pergi ke halaman depan untuk menemui tamu itu.

Yui Yoshimitsu berdiri dengan wagasa terkembang, menatap tanaman-tanaman berdaun kemerahan yang tertata rapi di halaman depan kediaman Keluarga Yamazaki. Dalam balutan kimono klasik, penampilan Yui seperti lukisan indah wanita cantik berpayung kertas di musim gugur yang syahdu.

 Dalam balutan kimono klasik, penampilan Yui seperti lukisan indah wanita cantik berpayung kertas di musim gugur yang syahdu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Yoshimitsu-san?" sapa Ambrosio. Yui berbalik dan menyunggingkan senyum tipis padanya. "Ohayo, Yamazaki-san!" sahutnya. Ambrosio melangkah mendekati Yui, menatap lekat bunga lili putih yang menghias sanggulnya. "Ada perlu apa kau kemari?" tanya Ambrosio sambil memasang sarung tangan kulitnya. Mereka berdiri berdekatan di bawah wagasa. Angin sepoi-sepoi berembus. Pemandangan di sekeliling mereka membuat keduanya seperti sejoli yang berjumpa di bawah rinai dedaunan yang berguguran.

Yui membungkuk sedikit. "Sumimasen, Yamazaki-san, aku baru mendengar kejadian di Azteca Lab. Karyawan di sana keracunan bunga hydrangea. Aku turut bersimpati. Aku ... ingin tahu keadaan Sisilia-san, aku harap dia baik-baik saja. Jika ada yang bisa kubantu, aku akan senang sekali."

Ambrosio sengaja menyentuh bunga di rambut Yui, membuat wanita itu tersentak kaget. Bunga itu masih segar dan kelopaknya tebal. Wangi lembutnya bisa ditangkap oleh indera pembaunya.

"Ya--Yamazaki-san? Ada apa?" tanya Yui gugup.

"Bunga yang cantik," ucap Ambrosio dan senyum tipis tersungging di bibirnya. "Apa kau menumbuhkannya sendiri?" Bunga-bunga tertentu tumbuh pada musim tertentu. Saat ini musim gugur. Bunga-bunga seperti lili dan azalea tidak akan tumbuh kecuali menggunakan rumah kaca.

Yui mengangguk sambil tersipu. "Hai!" jawabnya. "Aku punya banyak waktu luang, menanam bunga bisa jadi kegiatan yang menyenangkan untuk menyibukkan diri."

"Oo," sahut Ambrosio pendek seraya menurunkan tangannya. Ia menatap lekat Yui, membuat wanita itu gugup bukan main.

Yui memegangi gagang payungnya dengan jemari gemetaran dan berusaha memandang ke arah lain. Namun daya tarik pria di hadapannya begitu kuat, sesekali dia mencuri pandang dan mata mereka akan beradu lagi.

"Yoshimitsu-san!" panggil Ambrosio.

"Oh, oh, hai!" sahut Yui gelagapan.

Ambrosio teringat Kenji dan dua karyawan Azteca Lab yang sedang dirawat intensif. Kekhawatiran istrinya akan berkurang jika mengetahui kondisi mereka sudah membaik. Yui bisa berguna. "Ikut aku!" ujarnya, " Kita ke rumah sakit. Katamu kau ingin membantu."

Play In Deception 2: Camouflage (END)Where stories live. Discover now